webnovel

“Benarkah ini Takdir?”

🌹 Yuna Pov~

Semua yang ada di bumi sudah diatur oleh yang maha kuasa, bahkan pertemuan antara dua insan entah disengaja atau pun tidak tetap saja itu adalah takdir. Harapan seluruh manusia ialah menjadikan takdir itu sebagai kabar baik dalam hidupnya, begitupun denganku yang berharap agar dikaruniakan takdir yang terbaik.

"Selamat malam pikiran yang 'pusing', hati yang 'sakit', sabar yang 'capek' dan tubuh yang 'lelah' semoga kalian cepat sembuh". Imbuhku di keheningan malam sambil terkapar di atas kasur

Ponselku berbunyi, sebuah notifikasi masuk dari akun media sosialku. Pesan itu berbunyi ucapan "Hai" dari salah satu akun pengguna facebook. Pesan datang dari akun tersebut bukan hanya kali ini saja, tetapi pesan tersebut sudah beberapa kali ia kirimkan dan selalu aku abaikan.

Pagi hari ditemani cuaca mendung, sebelum berangkat ngantor, aku menyambangi sebuah mini market, membeli roti untuk sarapan. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, kalau tak ingat ada tugas negara rasanya ingin sekali aku bermalas-malasan. Aku membayar roti itu ke kasir, sekaligus membeli payung plastik karena tidak mungkin aku pergi tanpa sebuah payung di saat hujan deras seperti ini.

Keluar dari mini market dan hendak membuka payung, seseorang tiba-tiba menabrakku dan membuat payungku jatuh ke lantai. terlihat jelas bahwa dia adalah pria, perawakannya kekar dan tinggi. Sayang sekali aku tak melihat wajahnya karena tertutup payung. Pria itu mengucapkan kata"maaf" sembari mengambil payung milikku. Aku mengambil payung dari tangannya dan menjawab "tidak apa-apa" kemudian aku segera pergi.

🍁 Faza' Pov~

Menjadi pura-pura tak mengenal kamu adalah suatu kebodohan untukku, tapi jika itu mau kamu maka akan aku penuhi agar kamu benar-benar tahu bagaimana rasanya ditinggal orang yang tadinya care banget tiba-tiba diam dan gak peduli lagi.

Sudah aku putuskan prinsipku jiga bertemu dengan Yuna 'ditanya ya jawab, gak ditanya ya diam, disapa ya senyum, gak disapa ya cuek' dan semoga kamu puas dengan sikapku ini.

Takdir baik yang aku harapkan setelah bertemu lagi denganmu pupus sudah, kamu hanya orang yang aku paksakan agar bertakdir baik denganku.

🌺 Dean Pov~

Terima kasih Heru, setidaknya berkatmu aku masih bisa menyumbang kemampuanku untuk membela mereka di depan peradilan. Berkatmu kini aku tidak menjadi supir pribadi Diana lagi dan berkatmu aku tidak perlu mengantar ibu ke pasar. Bertemu dengan mu adalah takdir terbaikku, Heru ckckck.

Hari ini adalah hari pertama aku bekerja di firma hukum yang sama dengan Heru.

'Tuk tuk tuk' suara pintu kantor yang aku ketuk.

Ku buka pintu,

'duuarrrr' suara balon meletus tanda penyambutanku di firma hukum Kita Satu, tersentuh sekali hati ini melihat antusias orang-orang yang akan menjadi rekan kerjaku.

"Perkenalkan ini Dean, rekan kerja baru kita" ujar Heru kepada kedua rekannya

"halo,, saya Fildan" ucapnya seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"saya Ghea" ujar seorang wanita yang juga mengulurkan tangannya.

"saya Dean, senang bisa bekerja sama dengan kalian" pungkas ramahku setelah bersalaman dengan mereka.

"di sana tempat duduk lu" ucap santai Heru menuduhkan tempat kerjaku.

Semua orang kembali ke posisinya masing-masing. Ruangan ini cukup besar untuk empat orang pegawai, jadi cukup nyaman untukku bekerja.

Meja tempatku bekerja masih bersih, tak ada satu pun berkas. Namun setelah ku duduki, Ghea datang membawa box ukuran sedang berisi berkas kasus yang harus ditangani.

"ada beberapa kasus yang tidak diminati oleh mereka berdua, jadi.." ujar Ghea kepadaku dengan nada menggoda yang lain

"maksudnya apa??" tancap Fildan memarahi Ghea dengan maksud bercanda

"ya kan emang kalian gak minat sama kasus ini" bela Ghea

"kita tuh bukan gak minat sama kasusnya, tapi gak minat sama terdakwa nya" balas Heru

"ya kan sama aja"

"emang kenapa?" tanya penasaranku kepada mereka.

Pertanyaan penasaranku akan terjawab sebentar lagi, ketika terdakwa itu datang menemuiku di lembaga pemasyarakatan.

Ruangan kecil sudah aku tempati di lapas ini, petugas membawa seorang narapidana ke hadapan ku yang tangannya terborgol.

Kami duduk berhadapan, kemudian petugas pergi meninggalkan kami. Memang tak ada yang aneh ketika aku melihat wajahnya, hanya saja ia sudah nampak usia lanjut.

"dengan pak Dani?" imbuhku memastikan nama terdakwa

"apa??"

"dengan pak Dani??" ucapku kedua kalinya

"tidak kedengaran, coba sekali lagi!" pinta pak Dani dengan nada keras

Dalam hati ku bicara 'pantas saja mereka menolak ternyata hmmmmmmm' diiringi tarik nafas yang amat dalam.

"Sabar Yan!! ini masih kasus pertama, masih ada kasus-kasus yang bikin greget lagi nantinya" pungkasku menenangkan hati sembari berjalan keluar lapas.

"Dean!!" panggil seorang wanita di belakang

Aku menoleh, "Yuna!"

Ini adalah kali pertama kami bertemu tanpa sengaja di lembaga pemasyarakatan sekalipun profesi kami sama.

"ngapain di sini??" tanya Yuna

"ya ampun, nanya nya kayak yang gak ada pertanyaan lain" balasku menyeringai

"canda deng. Hehe. Kenapa?? Kok mukanya ambyar gitu?? Haha"

"tau deh, dapet klien kok kayak gini amat"

"nikmatin aja lah haha" balas Yuna yang merasa puas melihatku

🌹Yuna Pov~

Setelah menyelesaikan persoalan di lapas ini, aku bergegas pergi. Menuju ke arah luar, aku melihat seorang laki-laki yang nampak dari belakang seperti Dean. Sudah yakin dengan instingku, maka aku memanggilnya,

"Dean!!"

Dia menoleh, "Yuna!"

Aku mendatanginya dan bertanya"ngapain di sini??"

"ya ampun, nanya nya kayak yang gak ada pertanyaan lain" balasnya dengan menyeringai

"canda deng. Hehe."

Raut wajahnya terlihat sedang bad mood "Kenapa?? Kok mukanya ambyar gitu?? Haha" lanjutku dibarengi candaan

"tau deh, dapet klien kok kayak gini amat"

"nikmatin aja lah haha" balasku.

Kasus yang ia tangani sekarang adalah kasus pertama yang akan dilaluinya, terlebih aku belum memberikan ucapan selamat yang pantas untuk Dean. Sebagai bentuk rasa simpati ku kepadanya, aku membawa ia ke restoran untuk makan malam bersama.

Di restoran ini, aku menyuruh Dean memilih menu yang ia inginkan.

"kamu bebas pilih menu apa aja!!" imbuhku

"tumben! Ada apa??"

"anggap aja bentuk ucapan selamat dari aku karena kamu udah kerja di firma hukum yang bagus"

Sembari menunggu hidangan yang di pesan sebelumnya, aku meminta izin sebentar untuk ke kamar mandi. Ponsel dan tas aku tinggalkan di kursi.

Seusai dari kamar mandi, hidangan sudah siap untuk disantap.

"ponsel kamu dari tadi bunyi" ujar Dean

Aku membuka ponsel dan isinya hanya pesan notifikasi facebook dari akun yang sebelumnya sering mengirim pesan.

"siapa??" tanya penasaran Dean.

"nggak tahu, udah beberapa hari dia sering ngirim pesan lewat facebook"

"kalo risih mending blokir aja. Mana coba sini!!" pinta Dean untuk menyerahkan ponselku

Aku serahkan ponselku padanya.

"udah!! Dia gak bakal ngirim pesan lagi sama kamu" balasnya dan melanjutkan makan.

Selepas makan, giliran Dean yang meminta izin untuk ke toilet, sedangkan aku membayar tagihan makanan kemudian menunggunya di luar.

Sembari berdiri menunggu Dean, aku melihat id card jatuh tepat di depanku. Si pemilik barang belum menyadari bahwa id card miliknya jatuh. Aku mengambilnya lalu memanggil orang itu.

"mas, mas!!" panggilku disertai larian kecil mengejar pria itu

"saya??" tanya ia yang ragu jika ia dipanggil oleh ku

"ini punya mas ya? tadi jatuh di sana"

"ohh iya terima kasih. Kalo ilang bisa berabe, thank you ya!!" imbuhnya

"iya sama-sama" balas ku

"loh, bukannya kita pernah ketemu ya?" ujar dia

"iya gitu??" tanya ku

"kemarin kita ketemu depan mini market, waktu itu saya gak sengaja nabrak kamu.."

"ahhh iya" ucapku selagi mengingat kejadian tersebut

"bukankah ini takdir??" tanya si pria itu padaku

Dean memanggilku dari dekat pintu restoran, dan aku pun pamit pada pria itu untuk pergi lebih dulu.

Next chapter