🌹 Yuna Pov~
Pagi-pagi sekali ponselku berdering beberapa kali, dan aku enggan sekali mengeceknya karena mata ini terasa berat untuk dibuka.
Sebelum berangkat kerja aku mengecek ponsel, tertera 20 panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal.
🍁 Faza Pov~
Di gedung pengadilan aku berpapasan dengan 2 rekan kerja Yuna. Mereka menyapaku lebih dulu.
"gimana kabarnya pak jaksa?" tanya Tiara
"kabar baik. Kalian ada jadwal sidang?" imbuhku dengan ramah
"enggak. Kami cuma mau menghadiri sidangnya Yuna" jawab Febry
"ooh" imbuhku karena yang akan melangsungkan sidang itu Yuna
"kalau gitu, kita pamit duluan" ucap Tiara
"iya, iya silakan!!" balasku dengan senyum
🌹 Yuna Pov~
Sidang telah usai, orang-orang berurutan pergi keluar meninggalkan ruangan. Febry dan Tiara masih menemaniku, mereka berdua duduk di kursi penonton sidang.
"kamu bener-bener ssttt" ujar Febry sambil mengacungkan jempol memuji penampilan sidangku
"karena kamu udah kerja keras menangin sidang ini, aku akan traktir makan dehh" kata Tiara
"kenapa kamu yang traktir? Aku aja yang traktir. Ayo!!" imbuhku
Kami menemukan tempat makan dekat gedung pengadilan, di salah satu meja sudah hadir Faza' yang sedang melahap makanannya sendirian.
"ohh, bukannya itu Faza'?" tanya Tiara yang melihat Faza'
"kayaknya iya" jawab Febry
"ayo!!" ajak Tiara dengan menyeret lenganku
"kemana?" tanyaku
"kita temenin dia makan!"
"enggak ya enggak" balasku dan melepaskan tangannya
"kamu gak liat ya? mejanya tuh udah keisi semua! Ya kali kita makannya di luar?"
"ya tapi kan gak duduk di sana juga Ti" ujarku
"Yuna,, kamu masih punya perasaan sama dia ya?" tanya Tiara dengan tatapan tajamnya
"apa?" ucap kagetku mendengar pertanyaan yang tidak masuk akal dari Tiara "enggak!!"
"kalo gitu ayo!! Gak ada salahnya kok kalo kita duduk bareng dia" imbuhnya dengan sumringah dan membuatku putus asa.
Tiara lebih dulu mendatangi meja tempat Faza' makan dan kami mengikutinya dari belakang. Dia menepuk laun Faza' dari belakang. Faza' menoleh keheranan.
"boleh gak, kalo kita duduk di sini?" pinta manja Tiara dan melanjutkan "Mejanya udah penuh semua. Pak jaksa kan duduknya sendirian"
Faza' melihatku kemudian melihat sekeliling. dan berucap "iya boleh"
Lalu kami berada di satu meja yang sama dengan Faza'.
"aku pesenin makanannya dulu! Kalian mau apa?" tanya Tiara
"aku sama kayak kamu" balas Febri
"aku juga". sambung ku
Rasanya canggung sekali "aku pengen pulang" ucapku yang hanya dalam benak. Sementara Tiara pergi memesan makanan, Febri mulai mencairkan suasana. dia membuka percakapan diantara kami.
"pak jaksa udah kenal Yuna dari kapan?" tanya Febri yang membuatku semakin tak nyaman
"heuh??" imbuh Faza' yang terlihat sama-sama merasa tak nyaman mendengar pertanyaannya.
Aku menggeleng-gelengkan kepala kepada Febri sebagai tanda agar ia tak bertanya hal-hal konyol seperti itu.
"aku udah tau kalo kalian kenal dari dulu, tapi itu dari kapan ya??" lagi-lagi ucap pertanyaan konyol dari Febri
Untungnya Tiara datang yang secara tidak langsung menghentikan pertanyaan Febri.
Ponsel yang ku taruh di atas meja berdering, panggilan masuk dari nomor yang tak diketahui. Melihat ini, Tiara bertanya "siapa?"
"enggak tau, dari tadi pagi dia nelepon terus" balasku
"coba jawab!!" tutur Febri
Aku pun menjawabnya, tapi tak terdengar apapun, yang ada hanya keheningan jadi aku yang lebih dulu mengatakan "halo". Dan selama 2 menit ini, sama sekali tak ada umpan balik dari si penelepon.
"matiin!!" suruh Tiara, "lain kali panggilan kayak gitu jangan dijawab" tutupnya.
"aku udah selesai, aku pergi duluan ya!!" ujar Faza' menyela pembicaraan kami kemudian pergi.
Sebenarnya aku tak memahami perasaanku, melihat tingkah laku Faza' yang seakan mengabaikanku, aku merasa tidak bisa menerima itu. tapi 5 menit kemudian setelah dipikir kembali aku merasa lebih baik seperti ini. Aku menggila, pikiran dan hati benar-benar tak bisa berjalan seirama. Pikiranku tak bisa melupa tentangnya, sedangkan hati ini seperti tercabik-cabik olehnya.