"SUMPAH, tolong gue, Chan," lirih Wendy ketakutan di telepon, sambil memegang dahinya yang berkerut panik. "Ada orang aneh banget! Gue gak tahu dia mabuk atau kesurupan—yang jelas, dari tadi dia gak berhenti ketuk-ketuk pintu rumah gue."
Kedua kaki Chanyeol bangkit dan mondar-mandir khawatir, sambil telinganya memasang untuk mendengar Wendy.
"Gue udah sempet bukain pintu, terus dia diem aja sambil tutup mata. Gue tanya, ada apa, dia gak jawab. Gue takut banget—gak tahu, gak tahu... tolong gue, Chanyeol," racau Wendy dengan suaranya yang bergetar.
"Tenang dulu, ya." Sambil berbicara, Chanyeol buru-buru mencari sendalnya. "Gue ke sana. Tenang, ya, Wen."
Bukannya tenang, Wendy malah makin khawatir karena mikir: gimana kalau habis ini, orang itu merangsek ke rumah lalu menyekapnya, kemudian dia jadi gak bisa ketemu atau mendengar suara Chanyeol lagi?
Overthinking sendiri, dia nangis kejer.
"Waduh, jangan nangis! Ya udah, ini gue berangkat ke sana." Sebelah tungkai Chanyeol sampai mengetuk-ngetuk lantai gak sabaran, gara-gara Wendy gak jawab apa-apa. "Wendy, gue tutup, ya, teleponnya? Lo tenang dulu."
"Cepetan..."
"Iya. Sabar, ya, Wendy. Sebentar."
Tanpa nunggu apa-apa lagi, Chanyeol langsung memutus sambungan teleponnya dan memakai sendalnya, menutup pintu, dan cabut lari ke rumah Wendy dengan tergesa.
•••
Sesampainya, matanya melihat ada laki-laki berpostur bungkuk yang setia berdiri di depan pintu rumah Wendy, tanpa alas kaki dan piyama yang lengkap.
Gak ada rasa takut, Chanyeol menghampiri dan menepuk bahunya. Postur orang itu, yang tadi bungkuk, kini menjadi tegak.
"Bang Suho?"
"Lah, Chanyeol?"
Tadinya, Chanyeol mau marah. Tapi, ngelihat Suho–tetangga baru di depan rumah Wendy–linglung dan terperengah, Chanyeol jadi heran.
"Abang ngapain di sini?" tanya Chanyeol sambil mengerutkan keningnya.
Beberapa detik cuma tengok-tengok, Suho lantas menepuk jidatnya berulang kali sambil menelan ludah. "Astaga, mimpi lagi."
Kepala Chanyeol sedikit-sedikit miring karena masih bingung. "Maksudnya?"
Suho mengusap wajahnya beberapa kali. "Abang punya kebiasaan kalau mimpi sambil jalan dan ngelakuin hal yang Abang gak sadar. Tapi, ini pertama kalinya Abang jalan sampai ke luar rumah."
"Lo mimpi apaan, Bang?"
"Gue mimpi ngetuk pintu ke mana saja punya Doraemon."
Mendengar itu, Chanyeol langsung ketawa dan menutup mukanya, canggung. "Aduh, Bang. Aneh-aneh aja. Yang punya rumah lagi ketakutan di dalem, sampai telepon gue. Makanya, gue ke sini."
Suho mengacak rambut, masih dengan ekspresi kantuknya. "Lo sampein, ya. Abang minta maaf kalau bikin parno. Abang cabut dulu, kalau gitu. Aduh... gue nyeker lagi..."
Chanyeol masih ketawa waktu Suho udah pergi.
Sepeninggal Suho, ia buru-buru mengetuk pintu rumah tersebut. "Wendy. Ini gue."
Wendy langsung membuka pintu dan mengecek sekitar rumahnya, lalu mendadak menyerbu tubuh Chanyeol yang sigap menerima pelukannya.
"Udah, gak usah takut." Telapak tangan Chanyeol meraih kepala Wendy dan mengelusnya.
Lagi-lagi, suara tenang Chanyeol jadi kelemahannya. Wendy sedikit-sedikit terisak lagi.
Mendengar Chanyeol ketawa, Wendy bertanya, "Kenapa lo ketawa?"
Sambil masih mengusap kepala Wendy, Chanyeol menjelaskan, "Yang tadi itu namanya Bang Suho. Dia baru pindah di depan rumah lo, dua minggu lalu. Gue kenal baik, kok. Dia kadang-kadang main catur sama gue—makanya, Wen... kenalan sama tetangga. Jangan kayak orang anti-sosial."
Kepalan Wendy berlabuh di punggung Chanyeol dengan pelan. "Ya, terus? Kenapa juga, dia kayak orang kesurupan, datengin rumah gue?"
"Dia sleep-walking. Emang ada-ada aja itu orang," jawab Chanyeol. Ia menaruh kedua tangannya di bahu Wendy dan mendorong tubuhnya sedikit menjauh. "Masih takut?"
Dua ujung bibir Wendy cenderung melengkung ke bawah. "Sedikit."
Senyum Chanyeol merekah. "Gue punya cara biar lo gak takut lagi."
Waktu Wendy mengangkat alis sebagai jawaban, Chanyeol melanjutkan, "Caranya adalah... jadi pacar gue. Mau gak?"
"Nyebelin lo!"
Tubuh menjulangnya didorong kuat-kuat oleh Wendy sampai nyaris jatuh terduduk di teras.
Cewek itu kemudian pergi memasuki rumahnya.
Chanyeol berani sumpah. Barusan, dia lihat dengan mata telanjang.
Gak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini wajah Wendy gak menunjukkan sebal sama sekali. Malahan, ada senyum yang mengembang di sana.
<ʷnͬoͥtͭeͤʳˢ>
Appearance Suho di sini bener-bener gak lucu dan absurd banget anjir. Maaf, ya. :(