webnovel

#23 skutu yang tidak diharapkan

Aku "jika kamu ikut dan bekerja sama dengan kami"

"Ada syarat yang harus kamu taati."

Wanda "apa syaratnya?"

"Aku lah bos nya. Kamu harus menuruti smua printah ku"

ujar ku sambil menatap wanda

Wanda "kau pikir kau siapa?"

"Aku tidak suka menjadi pelayan klompok penjahat seperti kalian."

"Sebaik- baiknya kalian, kalian tetap para bajingan."

Wanda marah ketika mendengar syarat dari ku. Dia meninggal kan tempat duduk nya dan mau meninggal kan ruangan dimana kita sedang berdiskusi

"Sendiri itu menyakitkan" ujar ku dengan kedua tangan di dahi.

Wanda "aku sudah terbiasa. Dan ak menikmatinya"

Aku "aku bukan membahas mu."

Sejenak suasana tenang.

Kami pun juga meninggalkan tempat itu. Kami melewati Wanda yang masih berdiri di depan pintu.

"Adik mu mukmin tidak siap dengan kesendirian" ujar ku saat melewatinya.

Kami pun sampai di gerbang depan. Namun ada suara teriakan.

"Mas mas. Tunggu!!"

"Pak kyai ingin bertemu kalian"

Brendy "maksutnya mas??"

Ternyata dia Santri pondok

"di tunggu di ruangan pak kyai mas"

Aku "baik lah ak akan ke sana mas."

Aku sangat menghargai seorang kyai.

Dan Kami bertiga menuju ke ruangan pak kyai.

sesampainya di sana Wanda juga sudah ada di ruangan tersebut.

Setelah itu kami duduk.

"Dulu ada pemuda yang setiap hari mabuk. Namun solatnya tak pernah di tinggalkan olehnya."

"Setiap datang dia membawa banyak uang. Dan mengucapkan ("yang kharam yang kharam")

"Entah dari mana uang itu. Tapi dia jujur kalau itu uang kharam"

"Dia selalu berbincang lama dengan ku setiap malam Jumat."

"Dia selalu bercerita panjang lebar setelah pengajian jumat. "

"dan dia menceritakan cita-cita terkoyol yang pernah aku dengar"

ujar pak kyai. Namun terhenti karna saya memotong nya

Aku "maaf yai. apa anda menyuruh kami kesini untuk mendengar cerita pak yai"

Pak kyai meneruskan lagi ceritanya tanpa menjawab pertanyaanku

Kyai Bahrul "berkat dia aku bisa membangun pondok dan panti sebesar ini"

"Dia berharap tidak ada lagi anak yang terlantar dan merasakan kejamnya jalanan, pahitnya kehidupan."

"Oleh sebab itu dia memberikan ku uang agar membuat panti dan pondok pesantren untuk menampung anak-anak itu."

("Terkadang orang tua kita pergi tanpa ada sebuah rencana atau pun himbauwan")

"itu kalimat yang pernah di ucapkan kepada ku."

Aku "asalammualaikum pak kyai.saya pamit"

Karna saya berfikir percuma kami berada di ruangan tersebut. Kami tidak ingin mendengar sebuah cerita pendek yang tidak berguna.

"Ahmad ruly nama pemuda itu"

"Ahmad adalah nama tambahan yg kuberikan untuk nya"

ujar pak kyai

Langkah ku terhenti. Jantungku berdebar. Tubuh ku berkrinat.

Seperti aku mendengar sebuah keajaiban.

Aku "darimana anda....."

Belum menyelesaikan ucapan ku pak kyai memotong kalimatku.

"semalam aku di sapa oleh ayahmu."

"Dan memberitaukan ku bahwa hari ini anaknya akan berkunjung."

Tubuh terasa bergerak sendiri untuk bersujud di depannya. Beliau orang yang hebat. Dalam Jawa bisa di sebut para normal tapi di jalan Allah.

"Angkat tubuh mu, aku bukan tuhan" ujarnya

Setelah bincang-bincang dengan beliau

3hari kami disana.

Kami di ajari menangkal ilmu hitam. Dan di beri sebuah bacaan agar senantiasa di lindungi oleh Allah.

Tak lupa sebuah jimat ditanamkan di tubuh ku.

Setelah selesai kami pamit .

'apapun resikonya. Jika itu hal baik, lakukanlah dengan sungguh-sungguh'

Itu kalimat yang di ucapkan untuk salam perpisahan.

Ketika kita masuk mobil.

Tek*Tek*Tek*

Wanda mengetuk jendela mobil kami. Dan berkata

"Aku ikut"

bersambung....