webnovel

(In)Sanity

*(R-18)!!! Yuna Akari, Sejak kecil sudah sendiri. Dia selalu sendiri dan tidak pernah ada seorang pun yang ingin bersamanya. Dia selalu di nilai aneh dan sangat Misterius dengan perban yang membalut beberapa bagian tubuhnya. Dia di jauhi, Tidak dicintai, dan tidak di pedulikan. Kedua Orang tuanya mencampakkannya. Orang-orang menjauhinya. Membuatnya selalu..Menyendiri. Yuna Akari memiliki masalah Mental yang sudah ada di dalam dirinya semenjak kecil, Yaitu merasakan rasa bosan yang amat cepat. JikaYuna tidak melaksanakan Hobinya setiap waktu yang sudah ia tentukan, Maka Yuna akan..Menjadi…GILA! Dan jika ada yang berani untuk menyakitinya, Yuna juga akan menjadi…GILA! Dari kecil ia sudah memiliki hati yang Kosong, Hampa, yang tidak dapat di isi oleh siapa pun. Lalu, Dia bertemu dengan seorang Malaikat. Seseorang yang dapat mengisi hatinya yang kosong dan hampa. Seseorang yang dapat menenangkan dirinya dari masalah Mentalnya. Tapi jalan untuk mendapatkannya tidak lah mudah. Selalu saja ada seseorang yang ikut campur dengan Malaikatnya. Selalu saja ada orang yang mendekati Malaikatnya. Selalu saja ada orang yang menghalangi jalannya untuk mendapatkan Malaikatnya. Dan orang-orang itu membuat Yuna Akari iritasi. Yuna akan melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan Malaikatnya. Yuna akan melakukan berbagai macam cara untuk menghentikan orang-orang yang mencoba untuk mendekati Malaikatnya. Itupun jika dia harus.. MENYAKITI MEREKA SEMUA! Itupun jika Yuna harus… MEMBUNUH MEREKA SEMUA! ..Mereka tidak punya pilihan lain. ..Malaikatnya Harus menjadi miliknya. ..Menjadi milik Yuna Akari.

FHNorai · สยองขวัญ
Not enough ratings
41 Chs

Vol. 1 - CH. 2 - Part Three

30 menit kemudian.

Di saat aku hanyut dalam pikiran dan rasa bosanku.

Bau gosong yang sangat tidak sedap menyegat masuk kedalam hidungku.

Aku kemudian melihat kedepan dan baru teringat sesuatu.

"A!..Benar juga..."

Aku baru ingat kalau aku sedang menyetrum Himawari dengan listrik bertegangan sangat tinggi.

Aku terlalu fokus dengan apa yang ku pikirkan sampai melupakan Himawari.

Tubuhnya gosong menghitam.

Mulutnya terbuka lebar.

Dari lubang mata, kuping, hidung, dan mulutnya keluar darah yang langsung mengering.

Tubuhnya sudah tidak lagi utuh dan sudah tidak dapat di selamatkan.

"Hoooo...Himawari-chan..Kau menjadi berwarna"

"Sepertinya aku memanggang mu terlalu lama...Tidak, Ini baru saja 30 menit..Aku penasaran bagaimana jika kau dapat bertahan 5 menit lagi..Sepertinya tidak karna kau sudah tidak lagi hidup"

Aku kemudian mematikan listrik yang menyetrum Himawari dengan remot.

"Ufff...Himawari...Kau bau...Kau sangat bau...Baunya sangat menyengat di hidung. Tapi aku menyukainya~"

Aku menutup hidungku dengan cara menjepitnya menggunakan tanganku.

"Mari kita lihat..."

"Yup...Sangat sempurna~"

"Kau menjadi mahakarya yang sangat sempurna, Himawari-chan~"

"Walaupun kau...Gosong...Tapi itu tidak apa...Kau bahkan tidak layak untuk menjadi makanan anjingku dan hewan buas"

"Sayang sekali, Shirou harus makan dengan makanan anjing besok. Padahal aku sudah janji ingin memberi jari-jarimu padanya..Maafkan aku, Shirou~"

"Baiklah...Saatnya untuk bekerja"

Di lihat dari manapun, Himawari sudah tidak bernyawa lagi, Bahkan tubuhnya sudah tidak dapat di kenali lagi..Wajahnya terutama.

Apa yang harus ku lakukan pada tubuhnya sekarang?

Aku berencana untuk membuangnya ke sebelah sungai dekat sekolah setelah ini.

Tapi..

Kelihatannya itu terlalu cepat.

Aku bisa melakukan sesuatu yang lain terhadap tubuhnya dulu.

Hmmm???

Mungkin memutilasi beberapa bagian tubuhnya adalah pilihan yang tepat.

Alih-alih sebuah kenangan dan souvenir dari Himawari.

Aku akan memutilasi beberapa bagian tubuhnya sebagai kenanganku.

Ya...Akan ku lakukan.

Terima kasih atas tubuhmu, Himawari-chan~.

Tulangnya juga bagus untuk Shirou..Kalau tidak gosong juga.

Aku akan menjadikan tangannya sebagai alat penggaruk punggung.

Kakinya untuk mengganti kaki meja yang rusak.

Kedua matanya akan ku simpan di dalamp toples.

Kelihatannya hanya matanya yang masih sempurna...Sedikit.

Organ tubuhnya akan ku ambil beberapa dan akan ku simpan...Jika masih ada yang bagus atau masih berguna...Mungkin...Akan ku jual...Alih-alih mengisi dompetku.

Untuk tulangnya tentu ku beri ke Anjing peliharaanku, Shirou.

Shirou sangat suka tulang manusia. Kapan-kapan aku akan mengajaknya main lagi dengan mainan ku yang baru nanti.

Baiklah aku sudah membuat listnya, Saatnya bekerja.

Sekali lagi Terima kasih atas tubuhmu, Hide Himawari-chan~.

Dengan begini...

Himawari tewas dalam penyiksaan.

Aku kemudian mengambil kotak perkakas milikku yang ada di rak. Aku mengambil kotak perkakasku dan membukanya. Di dalamnya ada berbagai macam alat-alat yang telah di selimuti oleh darah yang sudah mengering.

Aku mengambil gergaji yang ada di dalam kotak perkakas. Gergaji yang ku ambil tidak terlalu besar namun tipis, Bagian tajam gergaji itu di selimuti oleh darah dan sudah mulai berkarat.

Sepertinya aku harus membeli gergaji yang baru.

Kapan terakhir kali aku memutilasi seseorang?

Hmm...Aku tidak bisa ingat. Terlalu banyak orang yang sudah ku bunuh dengan berbagai macam cara dan aku tidak dapat mengingat wajah mereka lagi dan bagaimana aku membunuhnya.

Aku mungkin dapat mengingatnya kembali jika ada yang bisa membantuku mengingat korbanku.

Seperti nama dan ciri khas mereka...Yaa, Lagi pula siapa yang ingin membantuku mengingatnya, Tentu saja tidak ada.

Aku kemudian melepas mayat Himawari yang terikat di atas kursi kayu.

Tubuhnya sangat kaku dan berat tapi tidak seberat pertama kali aku mengangkatnya.

Aku menaruh tubuhnya di atas meja besi yang ada di bagian lain dari basement. Meja besi itu sangat lebar dan cukup besar untuk menaruh tubuh manusia dewasa di atasnya.

Aku membaringkan tubuh Himawari yang kaku secara paksa dengan sekuat tenaga. Rasanya tulang-tulangnya ingin patah, Setiap kali aku menggerakkan tubuhnya baik kaki dan lengannya, Dari dalam tubuhnya mengeluarkan suara yang nyaring.

Tapi aku tidak peduli, Lagi pula aku akan memutilasi beberapa bagian tubuhnya jadi jika baik tangan atau pun kakinya patah atau terlepas dari tubuhnya, Aku tidak keberatan.

"Baiklah, Darimana kita mulai"

Aku memikirkan dan memilih-milih bagian yang mana yang ingin ku potong dari Himawari.

Sepertinya mulai dari lengan lebih baik.

Aku kemudian meluruskan lengan kanan Himawari kesamping dan menahannya dengan satu tanganku yang kosong.

Aku menempelkan gergaji ke lengan Himawari dan siap memotong.

Dengan tenaga dan kecepatan juga tekanan, Aku menggesekkan gergaji ku ke lengan Himawari.

CRACK! CRACK! CRACK!

Aku dapat mendengar tulang dari lengan Himawari terkikis.

Setiap kali aku menggerakkan gergajiku, Darah keluar dari lengan Himawari dan mengenai Tangan, Lengan, Baju, dan wajahku.

Aku terus menggesekkan gergaji ku di lengan Himawari sampai lengannya terlepas dari tubuhnya. Dan sekiranya tidak lebih dari 2 menit, Lengan kanan Himawari akhirnya terlepas.

Phew...Ini cukup melelahkan, Sudah lama aku tidak memotong sesuatu.

Baiklah coba kita lihat.

Aku mengayunkan lengan Himawari kesana-kemari tapi lengannya tidak banyak bergerak karena kaku baik karena sudah lama tidak di gerakkan dan gosong akibat sengatan listrik.

Yaa, Aku tidak peduli lagi pula lengan dan tangannya hanya akan jadi souvenir saja.

Hmm...Ini akan memakan waktu yang sangat lama, Apakah aku ada waktu untuk membuang mayatnya sehabis ini?

Kalau begitu aku hanya harus bekerja dengan cepat setelah itu memasukkan mayatnya ke kantung mayat dan membuangnya di dekat sungai di belakang sekolah.

Baiklah..Mari bekerja...

..Memotong mayat.