Yoonmin baru saja memasuki apartemen miliknya. Yoonmin lalu menjatuhkan dirinya di sofa dengan cukup keras. Beberapa hari ini pikirannya sedang tidak fokus, setiap harinya Dia selalu memikirkan Sera. Dia terus saja mengingat perkataan Sera yang ingin menggugurkan calon bayinya. Bersih kukuh Yoonmin melarang, tapi seteguh itu pula Sera tetap berpegang dengan keputusannya. Yoonmin tidak bisa melakukan apa-apa, terlebih lagi saat Sera bilang kekasihnya bahkan jarang sekali tidur dengannya. Kalau sampai kekasihnya tahu kalau Sera hamil, bisa-bisa mereka akan berpisah. Yoonmin tidak mungkin memaksakan Sera untuk bersamanya dengan posisi Sera yang memiliki kekasih saat ini.
Yoonmin mengusap wajahnya pelan lalu menghela napas berat. Yoonmin baru saja akan berdiri tapi ponselnya sudah lebih dulu berdering. Dia lalu merogoh saku celananya, nama Ayahnya tertera di layar. Dengan setengah hati Yoonmin lalu mengangkat panggilan Ayahnya itu.
"Ada apa?" tanya Yoonmin dengan suara jengah.
"Besok Kau harus pulang ke rumah, besok keluarga Park akan datang. Kami sudah menyiapkan tanggal pertunangan kalian," ucap Ayah Yoonmin di seberang sana.
Tanpa sadar Yoonmin mendegus kesal. Wajahnya lalu berubah menjadi sangat dingin.
"Baiklah," singkat Yoonmin yang lalu memutus sambungan telepon itu sepihak.
Di tempat lain, Sera sedang duduk di halte bus. Dia menunggu bus yang akan membawanya ke Rumah sakit dengan sedikit gelisah. Awalnya Sera sudah yakin akan menggugurkan bayinya, namun kemudian Dia menjadi ragu karena merasa akan melakukan dosa untuk kedua kalinya. Sera duduk dengan berkeringat dingin, padahal cuaca cukup dingin. Bocah kecil laki-laki yang duduk di sampingnya melirik sekilas, bocah itu lalu membuka tas yang Dia bawa. Bocah itu mengeluarkan tissu dan menyodorkannya pada Sera.
"Noona, berkeringat bersihkan dengan tissu ini!" ucap bocah itu.
Sera terkejut dan lalu menoleh pada bocah cilik itu. Dengan senyum di bibir, Sera mengambil tissu itu dan menyeka keringat di kening dan lehernya.
"Gumawo," -terima kasih- ucap Sera kemudian.
"Sama-sama, Noona," sahut bocah itu lagi riang.
Melihat bocah itu Sera terdiam, Dia sedang membayangkan kalau bocah di hadapannya ini putranya. Betapa bangganya Sera kalau memiliki anak seceria dan sebaik bocah ini. Sera lalu mengusap belakang kepala bocah itu pelan sembari terus tersenyum.
***
"Tumben sekali, Kau mengajakku jalan seperti ini?" ucap Taeyoon sembari memotong steak pesanannya tadi.
Sera sendiri tersenyum tipis lalu ikut memotong daging steak miliknya.
"Sudah lama sejak Kita pergi berdua, Kau terlalu sibuk, Taeyoon_a," sahut Sera kemudian.
Taeyoon tertawa kecil lalu mengangguk-anggukkan kepalanya sepaham dengan Sera. Mereka memang sudah pacaran sejak 2 tahun yang lalu, selama itu pula Taeyoon dan Sera hanya beberapa kali saja jalan berdua.
"Kau benar, maaf jabatanku sekarang menuntut waktu kerja yang semakin padat. Kau pasti kesepian 'kan? Maaf ya?" ucap Taeyoon penuh penyesalan.
Sera terdiam mendengar perkatan Taeyoon, Dia benar-benar merasa bersalah karena sudah menghianati Taeyoon sampai hamil seperti ini. Niatnya menggugurkan bayi ini sudah Sera batalkan kemarin, tapi mendengar perkataan Taeyoon barusan membuat Sera kembali yakin untuk menghilangkan satu-satunuya pengikat antara dirinya dan Yoonmin.
"Hei! Kenapa diam saja? Apa yang Kau pikirkan?" tanya Taeyoon yang melihat ekspresi wajah Sera yang tidak bisa di baca artinya.
Sera terkesiap lalu menggelengkan kepalanya pelan, Sera tidak mungkin mengatakan sebenarnya pada Taeyoon, tapi mau sampai kapan Dia membohongi Taeyoon? Sera lalu menarik napas mengumpulkan keberaniannya. Taeyoon mengerutkan dahinya bingung, Sera tidak seperti sekarang sebelumnya.
"Kau kenapa, Ser?" tanya Taeyoon merasa khawatir.
"Tae, boleh Aku bertanya sesuatu?" ucap Sera kemudian.
"Iya, tanya saja!" sahut Taeyoon singkat.
"Kita sudah selama ini bersama misalkan, Aku melakukan kesalahan. Apakah, Kau akan memaafkanku?" tanya Sera.
"Ah? Kenapa Kau bertanya seperti itu? Tentu saja Aku memaafkanmu, Ser. Memangnya, Kau melakukan kesalahan apa?" tanya Taeyoon balik.
Sera tidak segera menjawab, Dia hanya menatap Taeyoon dengan wajah bingung. Haruskah Dia mengatakannya sekarang? Atau biarkan saja tidak perlu Taeyoon tahu dan Sera menggugurkannya saja?
"Ser, kenapa diam saja? Kau melakukan apa?" tanya Taeyoon lagi.
"Tae, Aku hamil," tandas Sera akhirnya mengatakan yang sebenarnya.
Taeyoon melebarkan matanya tidak percaya mendengar pernyataan Sera. Taeyoon menoleh kekanan dan kekiri bingung, Dia mendadak kikuk dan salah tingkah. Taeyoon lalu meneguk air putih miliknya hingga tandas, Dia sedang menahan diri untuk tidak murka. Saat ini amarah di kepalanya sudah hampir meledak rasanya.
"Sejak kapan, Kau hamil? Gugurkan atau Kita berpisah sekarang juga!" ucap Taeyoon penuh dengan penekanan tapi pelan.
Sera terbelalak mendengar perkataan Taeyoon itu, bukannya bertanya ini anak siapa. Kenapa Taeyoon justru to the poin menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya.
"Tae," lirih Sera sedikit tidak percaya.
"Itu hanya kesalahan yang di lakukan olehku, mungkin Kita hanya sama-sama hilaf hari itu. Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kalinya Kita melakukan hal itu. Tapi persetan dengan itu semua, Kau harus gugurkan bayi itu. Aku belum mau terikat dengan apapun yang berbau dengan bayi," ucap Taeyoon lagi.
Sepertinya Taeyoon salah paham dan mengira kalau bayi yang Sera kandung itu adalah Anaknya. Sera sendiri terkejut mendengar perkataan Sera. Dia dan Taeyoon memang juga pernah melakukan hal itu juga, namun Sera tidak yakin kalau ini benih dari Taeyoon. Yang Dia yakini justru ini adalah Anak Yoonmin.
"Ah? Kenapa Kau justru berpikir seperti itu, Tae?" tanya Sera kemudian.
"Pikirkan perkataanku, Ser! Pilih pertahankan bayi itu, Kau kehilanganku. Atau gugurkan bayi itu, Kita lanjut," ujar Taeyoon lagi.
Sera terdiam, Dia bingung harus mengatakan apa sekarang pada Taeyoon. Dia juga tidak memiliki niatan untuk mempertahankan bayi ini, hanya saja mendengar perkataan Taeyoon barusan sedikit membuat Sera tidak nyaman dan ada sedih yang menelisip di hatinya secara tiba-tiba.
***
Yoonmin menggulung kedua lengan baju kemejanya. Dia baru saja akan membuat sarapan pagi untuk dirinya. Hari ini Dia piket pagi, jadi Dia harus menyempatkan dirinya untuk sarapan pagi. Baru saja akan mengupas bawang bombay, Yoonmin merasa perutnya seakan di kocok-kocok sekarang. Yoonmin lalu menutup hidungnya dan memalingkan wajahnya.
"Kenapa baunya menyengat seperti ini? Apa bawang bombay ini busuk?" tanya Yoonmin bermonolog.
Yoonmin lalu menjauhkan bawang bombay itu dari dirinya. Yoonmin lalu pergi dari depan meja memasak, Dia menuju wastafel dan mencuci tangannya. Dia sampai menggunakan sabun supaya bisa menghilangkan bau bawang bombay yang seakan melekat di tangannya. Setelah selesai, Yoonmin lalu mengeringkan tangannya dengan tissu. Yoonmin lalu mengurungkan niatnya untuk memasak sarapan, Dia berjalan menuju kulkas dan mengambil susu kotak yang ada di dalamnya. Yoonmin lalu menuju meja makan dan duduk, Dia meminum susu kotak itu pelan. Yoonmin menatap lurus ke depan lalu Dia menghela napas dalam.
"Apa Sera sudah sarapan? Apa Dia benar-benar sudah menggugurkan kandungannya?" tanya Yoonmin bermonolog.
Yoonmin lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja makan. Dia menghidupkan layar ponselnya, dan kemudian kembali ragu-ragu untuk menghubungi Sera.
"Kalau Dia tidak mau mengangkat teleponku, bagaimana? Dia sudah memiliki kekasih dan Aku tidak mungkin merusak itu kan?" gumam Yoonmin berbicara sendiri.
Yoonmin menghela napas lalu kembali meletakkan ponselnya di meja. Yoonmin lalu kembali meminum susu uht yang akhir-akhir ini terasa sangat enak di lidahnya. Yoonmin mengalihkan perhatiannya kembali pada ponsel saat ponselnya itu berdering. Yoonmin lalu membulatkan matanya terkejut membaca nama yang tertera di layar ponselnya.
***