webnovel

Bab 2

Sera merapikan ranjang kamarnya, sejurus kemudian Sera kembali meringis merasakan perutnya yang kram. Sera lalu menarik napas dalam dan duduk di tepi ranjang, Dia memegangi perutnya yang sangat sering kram akhir-akhir ini.

"Kenapa sering sekali sakit seperti ini," gumam Sera bermonolog.

"Apa Aku harus mengikuti anjuran Dokter untuk cek up kehamilan setiap bulannya?" ucap Sera lagi.

"Hah,,,kenapa hamil saja begitu merepotkan," tukasnya menghela napas dalam.

"Eonni,,,cepatlah keluar! Kami menunggumu untuk sarapan!" ucap Wooni Adik perempuan Sera dari luar kamarnya.

"Eo! Sebentar lagi Aku keluar," sahut Sera menahan suaranya supaya tidak terdengar sedang menahan sakit.

"Baiklah, Aku ke ruang makan dulu!" pamit Wooni lagi.

Sera melihat ke arah pintu lalu menghela napas dalam. Dia kemudian menguatkan dirinya sendiri dan kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar dan menuju ruang makan.

"Kau tidak bekerja? Kenapa masih mengenakan baju seperti itu?" tanya Ibu Sera yang kemudian memasukkan sesuap makanan ke mulutnya.

Sera yang sama sekali tidak nafsu makan dan sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanannya mendongak. Dia melihat ke arah Ibunya lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Hari ini Aku harus melihat rumah yang akan Aku sewa," jawabnya kemudian.

Kening Ayah Sera mengkerut bingung merespon apa yang putrinya ucapkan. Sedangkan Wooni membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang di ucapkan Kakak perempuannya ini.

"Untuk apa? Apa akhirnya Kau memilih pindah dari rumah ini?" tanya Ibu Sera lagi.

"Em,,,Aku ingin tinggal sendiri," sahut Sera cepat.

"Eonni, untuk apa? Bukankah ini juga rumahmu? Kenapa harus tinggal sendiri?" tanya Wooni tidak memahami pemikiran sang Kakak.

"Biarkan saja kalau Dia memang ingin pergi! Tapi asal Dia ingat, hutangnya belum lunas. Tinggal disini atau tidak, Kau tetap harus membayar sewa padaku," tukas Ibu Sera yang kemudian memasukkan makanan lagi ke mulutnya.

Sera yang awalnya melihat ke arah Wooni sekarang kembali melihat ke arah Ibunya. Dia menghela napas dalam lalu menganggukkan kepala mengiyakan.

"Aku tidak akan lupa, Eomma," ujarnya kemudian.

Ayah Sera sendiri hanya diam saja dan berwajah datar sekarang. Laki-laki yang sudah terlihat sedikit tua itu, seakan tidak peduli pada putrinya yang ingin tinggal sendiri. Dia melanjutkan sarapannya, sedangkan Wooni masih memandang tidak percaya pada Sera.

***

Wooni meletakkan kepalanya di atas meja, berkali-kali Dia menghela napas dan tidak menghiraukan riuhnya kelas saat ini. Beginilah kalau sudah jam kosong, dan kebetulan sekali kelasnya memang ada di ruangan paling pojok. Jarang sekali guru piket datang hanya untuk memberikan tugas.

"Kau kenapa?" tanya Tae Bom yang baru saja masuk ke kelas entah dari mana.

Wooni mendongak dan melihat laki-laki yang tampannya sudah sekelas Byun Baekhyun dan mirip sekali dengan Kim Taehyung ini.

"Tidak kenapa-kenapa, hanya saja moodku jelek sekali," sahut Wooni kemudian kembali meletakkan kepalanya di meja.

"Apa yang membuat moodmu jelek? Mau ke rooftop mencari udara segar?"ajak Tae Bom kemudian.

Wooni menggelengkan kepalanya menolak.

"Aku ingin diam disini saja, mendengarkan hiruk pikuk suara cecunguk-cecunguk kelas. Yang haus bentakan dari guru," tukas Wooni kemudian.

Tae Bom terkekeh pelan mendengar ucapan Wooni. Dia tidak punya niat untuk bertanya lagi, karena kalau sudah seperti ini. Berarti Wooni sedang butuh untuk menenangkan dirinya.

Yoonmin sedang menikmati makan siangnya, melihat semangkuk sup ayam ginseng yang Dia pesan baru saja. Membuatnya ingat pada Sera, Dia lalu meletakkan sendok yang tadinya Dia pegang. Tangannya lalu mengambil ponsel di dalam saku celana jins miliknya. Yoonmin lalu menghubungi seseorang.

"Eo, ini Aku. Bagaimana Anda sudah menemukan data lengkap pasien itu, Suster Choi?" tanya Yoonmin to the point.

"Baiklah, Aku mengerti. Segera kirim padaku sekarang juga ya," ucap Yoonmin kemudian memutus sambungan telepon itu cepat.

Yoonmin lalu melanjutkan makan siangnya, tidak lama ponselnya berdenting menandakan ada pesan masuk. Suster Choi benar-benar mengirimkan data lengkap Sera, beserta dengan alamatnya juga. Yoonmin tersenyum puas lalu membalas pesan itu dengan ucapan terima kasih.

"Apa kehamilannya baik-baik saja?" tanya Yoonmin bermonolog sembari terus memandangi pesan dari Suster Choi itu.

***

Sebuah mobil palisade hitam berhenti tepat di depan rumah Sera. Ternyata si pemilik mobil itu tidak lain dan tidak bukan ialah Yoonmin. Laki-laki itu lalu melihat sebentar ke arah pintu gerbang rumah Sera yang terlihat besar dan megah. Yoonmin reflek tersenyum mengingat pagi itu Sera memberinya uang beberapa ratus won.

"Pantas saja, Dia anak orang berada sepertinya," ucap Yoonmin yang kemudian melepas sabuk pengamannya.

Yoonmin lalu keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju pintu pagar rumah Sera. Belum juga Yoonmin menekan bel rumah Sera, terdengar suara seseorang dari arah samping.

"Mencari siapa?" tanya Wooni yang berjalan mendekat pada Yoonmin.

"Dia pasti adik Sera," batin Yoonmin sembari melihat ke arah Wooni dengan lekat.

Wooni mengerutkan keningnya karena Yoonmin di tanya bukannya menjawab, justru memandangi dirinya sekarang.

"Ahjussi, Kau mencari siapa?" ulang Wooni bertanya pada Yoonmin.

"Oh,,,Aku sedang mencari Sera," jawab Yoonmin kemudian.

"Mencari, Eonni? Untuk apa? Dia tidak tinggal disini, Dia baru saja pindah beberapa hari lalu," ucap Wooni lagi.

"Pindah? Kenapa harus pindah?" tanya Yoonmin yang tidak paham kenapa gadis itu harus pindah dari rumahnya sendiri.

"Apa Dia tahu kalau Aku akan pergi kesini? Apa Dia sudah memprediksinya, sehingga Dia menghindariku dengan pindah?"

Yoonmin menerka-nerka sendiri semuanya sendiri, sembari bermonolog di dalam hati.

"Ya! Ahjussi, Kau melamun lagi? Aku bisa memberi tahumu alamat, Eonni. Tapi siapa Kau? Untuk apa mencari, Eonniku?" tanya Wooni setengah mengintrogasi.

Yoonmin sendiri terdiam dan tidak langsung menjawab pertanyaan Wooni. Dia masih sibuk dengan pikirannya pada Sera saat ini.

***

Perut Sera serasa di kocok-kocok saat Dia baru saja turun dari bis. Ini bukan kali pertama bagi dirinya naik bis umum, tapi ini kali pertama Dia mual dan seperti ingin memuntahkan semua isi perutnya saat ada di dalam bis tadi. Sera lalu duduk di kursi halte bis yang kosong, Dia memegangi dadanya yang benar-benar seperti akan meledak karena menahan mual.

Sera lalu membuka botol air minumnya, Dia lalu meneguk air putih yang akhir-akhir ini selalu Dia bawa kemana-mana. Satu-satunya yang bisa masuk dengan lancar ke dalam tenggorokan dan perutnya hanya air putih. Sera lalu menghela napas dan menyandarkan kepalanya di kaca reklame pembatas halte bus dengan trotoar perjalan kaki di belakangnya.

"Ternyata hamil itu cukup menyusahkan," ucap Sera bermonolog.

"Itu sudah pasti! Maka dari itu ayo menikah! Jadi Aku bisa mengurusmu dengan baik sampai bayi itu lahir," ucap Yoonmin yang entah bagaimana caranya secara tiba-tiba sekarang berdiri di samping Sera yang sedang melihat ke arahnya dengan wajah terkejut.

Sejenak keduanya saling memandang satu sama lain, Yoonmin lalu tersenyum tipis melihat wajah Sera dari dekat seperti sekarang ini. Sedangkan Sera sendiri hanya diam tidak berekspresi melihat Yoonmin.

***