webnovel

Bab 10

Sera masuk kedalam kamar rawat Yoonmin, ternyata dugaan Dokter muda itu salah. Yoonmin terkena peradangan usus, karena tidak makan dengan teratur. Jadi Dia di wajibkan untuk istirahat beberapa hari di Rumah sakit. Sera melihat Yoonmin sedang tertidur pulas, tanpa sadar Sera tersenyum tipis. Dia ingat betul pagi itu saat Dia lebih dulu bangun dari pada Yoonmin. Wajah ini lah yang Dia lhat, wajah tenang dan damai saat tertidur.

Sera meletakkan barang yang Dia bawa di atas meja dengan pelan. Sera lalu duduk di kursi samping ranjang Yoonmin tidur.

"Sepertinya Kau menikmati istirahatmu, Dokter Yoon," lirih Sera lalu tersenyum lagi.

Sera sengaja datang siang ini karena kebetulan Dia juga harus melakukan cek up kandungan. Sera sudah tahu tentang kandungannya yang berbahaya ini. Dia mengalami preeklamsia, yaitu salah satu kelainan yang cukup berbahaya. Tekanan darah Sera cukup tinggi dan juga protein dalam urinenya juga tinggi. Dokter Go menyarankan untuk tidak mempertahankan kandungan itu, awalnya memang Sera sudah ingin menggugurkannya, tapi sikap Taeyoon kemarin semakin membuat Sera yakin untuk mempertahankan bayinya.

"Apa pilihanku benar?" gumam Sera bermonolog.

Sera lalu menghela napas berat dan menyandarkan badannya ke kursi. Sebenarnya Dia harus kembali ke kantor, tapi Dia masih ingin melihat Yoonmin. Entah kenapa Dia merasa khawatir pada laki-laki yang Dia jauhi pada awalnya ini.

Tidak lama Yoonmin membuka matanya pelan dan reflek membulatkan matanya, karena terkejut ada Sera di ruang rawatnya.

"Kapan Kau datang?" parau Yoonmin.

"Sudah cukup lama, bagaimana keadaanmu, Dok?" tanya Sera kemudian.

"Dok, Dok, dan Dok lagi. Sudah berapa kali Aku bilang, panggil Yoon, Min, atau Kim!" celoteh Yoonmin dengan nada kesal.

Sera tertawa kecil lalu menganggukkan kepalanya mengiyakan.

"Baiklah, Aku akan belajar memanggilmu dengan nama," ujarnya kemudian.

"Kau sudah makan siang?" tanya Yoonmin yang tiba-tiba ingat Sera harus makan dengan teratur dan menjaga pola hidup sehat.

"Belum, setelah jam istirahat kerja tadi. Aku langsung kesini untuk cek up, oh iya Aku membawakanmu cake," ujar Sera yang kemudian mengambil paper bag yang tadi Dia bawa.

Sera lalu mengeluarkan isinya dan ternyata ada 3 jenis rasa cake yang Dia bawa.

"Aku tidak tahu yang mana kesukaanmu, jadi Aku belikan yang biasa orang sukai. Nah makanlah!"

Sera menyodorkan tiramissu pada Yoonmin yang sedang mengambil posisi duduk dan menyandarkan badannya pada ranjang. Kening Yoonmin mengkerut karena seakan-akan tahu kesukaannya pada kopi, jadi Sera memberinya tiramissu.

"Kenapa? Kau tidak suka tiramissu?" tanya Sera kemudian.

"Tidak, justru Aku sangat suka. Kau juga makan ya! Setidaknya kalau itu tidak membuatmu mual, jadikan itu penghuni perutmu," sahut Yoonmin kemudian memberikan nasehat pada Sera.

Sera menanggapinya dengan anggukan kepala, Dia lalu mengambil cake rasa keju. Rasa yang Dia sukai setelah coklat, Sera dan Yoonmin lalu sama-sama menikmati cake itu. Sejurus kemudian Sera berhenti memotong cake itu dengan sendok, dan memandang ke arah Yoonmin dan melebarkan matanya seakan ingat sesuatu.

"Ah,,,benar! Bagaimana bisa malam itu, Kau membawaku masuk apartemen? Bukankah apartemenku memiliki pasword?" tanya Sera yang sudah sejak kemarin merasa ingin tahu.

"Kau sendiri yang memberitahuku, dalam keadaan mabuk Kau mengucapkan angka pasword apartemenmu," sahut Yoonmin yang masih menikmati cakenya sembari mengingat-ingat kejadian malam kemarin.

Sera mengerutkan keningnya, karena merasa heran. Dia memang jarang sekali mabuk, jadi saat mabuk Dia sama sekali tidak mengingat apapun. Yoonmin tersenyum tipis melihat ekspresi Sera, sejurus kemudian Sera merubah ekspresi wajahnya jadi kembali serius dan menatap lekat Yoonmin.

"Ada apa, Ser? Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Yoonmin.

"Boleh Aku bertanya lagi?" ucap Sera semakin membuat Yoonmin bingung karena terlihat begitu serius.

Yoonmin melihat ke arah Sera dan kemudian menganggukkan kepalanya.

"Apa dalam keadaan hamil bisa tes dna?" tanya Sera terdengar ragu-ragu.

Yoonmin terkejut dengan pertanya Sera, kenapa Dia bisa berpikiran seperti itu. Lalu untuk apa juga Dia melakukan tes dna padahal kehamilannya bahkan baru tri semester pertama.

"Untuk apa? Kau ingin melakukan tes dna? Dengan tujuan apa?" cecar Yoonmin kemudian.

Sera terdiam dan hanya memandang ke arah Yoonmin. Dia sedikit ragu untuk mengatakan tujuannya, Sera memang hanya ingin memastikan siapa sebenarnya Ayah dari bayi yang Dia kandung ini. Bagaimana kalau Yoonmin berpikiran yang tidak-tidak tentang dirinya?

"Kenapa Kau harus peduli pendapatnya tentangmu, Ser? Bukankah Dia juga bukan siapa-siapamu?" gumam Sera seakan menyadarkan dirinya sendiri di dalam hati.

"Sera, untuk apa? Jawab Aku!" desak Yoonmin kemudian.

"Bisa tidak?" tanya Sera lagi.

"Bisa saja, tapi itu berbahaya bagi janin," jawab Yoonmin akhirnya.

Wajah Sera terlihat sedikit kecewa dengan jawaban Yoonmin, tapi sejurus kemudian ekspresinya berubah lagi.

"Sudahlah kalau begitu, biarkan seperti ini saja dulu," tandasnya kemudian.

Yoonmin mengerutkan keningnya dan semakin bingung saja dengan perkataan Sera. Dia lalu menatap lekat Sera dan meraih tangan perempuan itu pelan, hal yang Dia lakukan setelah sekian lama bertemu dan dekat dengan Sera karena insiden tidak terduga.

"Ada apa? Kenapa Kau ingin tes dna? Apa Kau tidak yakin, Aku akan bertanggung jawab?" tanya Yoonmin kemudian.

"Bukan begitu, tapi..."

Sera berhenti berbicara dan sedang menimbang-nimbang apakah Dia harus mengatakan ini pada Yoonmin. Sera melihat ke arah tangannya yang sedang di genggam oleh Yoonmin.

***

Park Naira baru saja turun dari lantai atas dimana kamarnya berada. Dia langsung menuju meja makan dimana kedua orang tuanya sedang menikmati sarapan.

"Selamat pagi," sapa Naira datar.

"Pagi, sayang bagaimana tidurmu?" tanya Ibu Naira sembari mengoleskan selai coklat di atas roti.

"Nyenyak sekali, Eomma," jawab Naira singkat.

"Kapan Kau punya waktu untuk bertemu, Kim Yoonmin? Appa sudah benar-benar tidak enak dengan Tuan Kim, mereka sedang menunggu untuk bertemu denganmu," ucap Ayah.

Tangan Naira yang sudah terulur mengambil roti tawar lalu berhenti di tempat. Dia melihat ke arah sang Ayah lalu menghela napas kasar. Dia mengurungkan niatnya untuk sarapan pagi, Naira lalu beralih meneguk jus jeruk yang biasa Ibunya buatkan.

"Jangan membahas itu di meja makan, lihatlah putrimu jadi tidak mood makan," ucap Ibu Naira mengingatkan sang suami.

Ayah Naira melihat ke arah Istrinya lalu menghela napas berat.

"Ini memang harus dibahas sekarang, kalau tidak kapan lagi? Anakmu ini begitu sibuk sampai-sampai jarang ada di rumah," ucap Ayah Naira kesal karena tidak mendapat dukungan dari sang istri.

"Aku tahu tapi nanti setelah sarapan kan bisa," ucap Ibu Naira masih mencoba untuk meyakinkan sang suami.

"Lagi pula untuk apa sibuk menjodohkanku? Aku masih muda dan tidak ingin menikah sekarang, karirku masih belum apa-apa. Jangan memaksaku untuk menikah!" tukas Naira yang kemudian berdiri dan meninggalkan meja makan begitu saja.

"Ya! Naira! Park Naira! Appa belum selesai bicara," panggil Tuan Park yang merasa kesal karena putri semata wayangnya ini selalu saja suka seenaknya sendiri.

"Sudahlah, Yeobo! Kita bicarakan besok lagi, percuma berbicara dengan Naira saat moodnya sejelek sekarang," ucap Ibu Naira lagi mencoba menenangkan suaminya.

Tuan Park sendiri hanya mendengus kesal menanggapi perkataan sang istri. Sedari dulu istrinya itu memang selalu memanjakan Naira bagaimanapun sikap Naira pada mereka.

"Hari ini Kita bisa bertemu?" tanya Naira pada Taeyoon via telepon.

"Kenapa suaramu terdengar begitu suntuk?" tanya Taeyoon yang bisa mendengar suara Naira yang terdengar kesal.

"Tidak apa-apa, bisa bertemu tidak?" sahut Naira lagi kembali bertanya.

Taeyoon belum menanggapi pertanyaan Naira.

"Hyung, cepatlah! Eomma sudah menunggu,"

Terdengar suara seseorang di seberang sana dan membuat Naira mengerutkan keningnya heran.

"Kau pulang ke rumah?" tanya Naira meyakinkan dirinya sendiri.

"Iya, maaf tidak mengabari. Sepulang dari sini Aku akan menemuimu, Aku harus keluar untuk sarapan. Aku tutup dulu," tukas Taeyoon yang kemudian memutus sambungan teleponnya sepihak.

Naira menghela napas berat lalu melempar ponselnya asal, karena moodnya semakin jelek saja sekarang.

Taeyoon sendiri keluar dari kamar miliknya yang ada di rumah kedua orang tuanya. Dia mendapati adik laki-lakinya masih berdiri di ambang pintu.

"Kau menunggu lama? Sorry, Aku harus mengangkat telepon penting. Ayo kita sarapan!" ajak Taeyoon yang kemudian menggandeng tangan sang adik.

Sang adik mengangguk dan ikut berbalik badan dan berjalan menuju meja makan. Siapa sangka kalau dunia memang sesempit ini, Taeyoon adalah anak sulung di keluarga Tae Bom. Itu berarti Tae Bom adalah adik Taeyoon dan sekarang sedang Dia gandeng menuju meja makan.

***