Mentari pagi bersinar dengan sangat cerah, semburat awan yang berwarna merah kekuningan, rerumputan yang basah oleh rembun pagi, angin yang berhembus dengan cukup kencang, serta kicauan burung membuat suasana pagi ini begitu indah. Cahaya mentari yang lolos dari celah-celah kain gorden yang ada di sebuah kamar yang dipenuhi oleh barang-barang berwarna hitam dan juga putih membuat kamar itu terlihat elegan.
Azka yang merasa tidurnya diusik oleh cahaya mentari pagi yang menerpa wajah tampannya membuat dirinya mau tidak mau terbangun. Ia mendudukkan dirinya di ranjang tempat tidurnya, tatapan matanya kosong berusaha untuk mengumpulkan nyawanya yang sempat hilang saat dia tidur. Ia menggosokkan kedua kelopak matanya dengan sebuah tujuan agar pengelihatannya jauh lebih fokus. Netra matanya kini menatap ke arah jam yang menggantung di dinding kamarnya, 07.00 A.M itulah yang terpampang jelas di sana.
Azka bangkit dari tempat tidurnya dan beranjak ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamarnya untuk bersiap-siap karena Ia ada kelas pagi hari ini. Azka berdiri tepat di bawah shower, membiarkan tubuhnya yang kokoh dan juga atletis dibasuh oleh air hangat yang turun dari shower. Memastikan setiap bekas darah atas tindakannya semalam tidak tersisa, yah Azka memang belum sempat mandi sejak semalam. Kurang lebih sepuluh menit telah berlalu, Azka telah selesai dengan kegiatan mandinya. Tubuhnya yang harum khas woody itu dibalut oleh bathrobe berwarna hitam legam. Kakinya dilangkahkan keluar kamar mandi, berjalan ke arah lemari pakaiannya mengambil asal pakaian yang tersusun rapi di sana dan memakainya.
Azka memang tidak pernah mementingkan penampilannya tidak seperti Chio yang semuanya harus tampak sempurna. Namun tetap saja apapun yang dipakai oleh Azka pasti selalu membuatnya terlihat sangat tampan. Kali ini Azka memakai sebuah kemeja putih polos pendek dengan celana berbahan jeans yang terdapat robekan yang cukup banyak di daerah paha dan juga lututnya. Ia juga mengambil sebuah jaket denim yang menjadi pelengkap penampilannya kali ini. Ia berjalan ke arah nakas di samping tempat tidurnya mengambil sebuah parfum beraroma woody yang terkesan sangat maskulin sangat cocok dengan kepribadiannya. Ia juga memakai jam tangan mewah yang dibelikan oleh adiknya; Chio, saat mereka berulang tahun yang ke 17 tahun.
Kini penampilannya telah sempurna, Azka memutuskan untuk turun ke bawah menemui ayah dan juga Ibu tirinya. Sebenarnya Azka malas bertemu dengan mereka namun bagaimanapun juga Ibu tirinya bersikap baik kepadanya tidak seperti ayahnya yang selalu berlaku kasar kepadanya. Azka menuruni setiap anak tangga yang ada di rumahnya itu hingga sampai di lantai dasar rumahnya.
"Eh Azka sini kita sarapan dulu," ucap Ibu tirinya ketika melihat Azka menuruni anak tangga. Azka berjalan mendekat ke arahnya yang ada di ruangan dapur. Ayah Azka yang sedang terduduk di meja makan sembari meminum kopi panas itu kini menatap kehadiran putranya yang hendak ikut mendudukkan dirinya di kursi yang kosong. Belum juga sempat dirinya duduk, ayahnya terlebih dahulu melayangkan sebuah tamparan keras ke arah pipi putranya itu; Azka hingga tampak sangat merah. Azka tidak heran dengan tindakan ayahnya barusan karena Ia sudah terbiasa dengan ini semua. Ia mengusap pipinya yang terasa sedikit panas, menatap ke arah ayahnya dengan tatapan yang malas menunggu apalagi yang akan diucapkan oleh orang yang ada di hadapannya itu.