webnovel

Bab 26

Stefano keluar dari kamarnya, Stefano melirik jam dinding di ruang tv. Sudah jam 8 kenapa Rindi belum keluar kamar. Stefano mengetuk pintu kamar milik Rindi.

"Rin, Kamu sakit? Kenapa belum bangun?" ucap Stefano dari luar.

Tidak lama Rindi membuka pintu kamar, Rindi masih mengenakan baju tidur. Matanya bahkan bengkak dan wajahnya juga sembab. Kening Stefano mengkerut.

"Kamu demam?" Tanya Stefano kemudian menempelkan tangannya di dahi Rindi.

Kepala Rindi menggeleng, kemudian Rindi menurunkan tangan Fano.

"Chan, bisa tidak sehari ini saja Kamu tidak kerja? Aku cuma ingin berdua denganmu di rumah. Kamu diam saja pun Aku tidak keberatan," ucap Rindi parau. Suaranya jelas sekali terlihat kalau Rindi baru saja menangis.

"Kamu menangis? Iya? Kenapa, Rin?" Tanya Stefano bertubi-tubi.

Di tanya seperti itu bukannya menjawab, Rindi justru hanya menggeleng dan kembali menangis tersedu-sedu. Stefano menggaruk kepalanya yang tidak gatal bingung, Stefano menghela napas dalam kemudian memeluk Rindi. Stefano menepuk-nepuk punggung Rindi pelan supaya tenang.

***

Seharian ini Stefano menuruti permintaan Rindi. Dia tidak pergi ke studio dan hanya duduk di ruang tv menemani Rindi yang sesekali tiba-tiba masih menangis. Fano sendiri bingung kenapa sebenarnya Rindi, sepulang dari rumah orang tuanya Rindi banyak menangis.

"Sudah kenapa si menangisnya, lihat wajahmu ini sudah sembab. Kalau nanti tiba-tiba ada yang datang, apa yang mereka pikirkan nanti," ucap Stefano sambil mengusap air mata di wajah Rindi.

Stefano menghela napas lalu menatap Rindi. Yang di pandang juga ikut menatap Stefano. Air mata Rindi masih turun juga. Stefano menarik Rindi dan memeluk istrinya lagi. Fano bingung bagaimana caranya Dia bisa membuat Rindi tenang.

"Kamu ini kenapa? Cerita padaku, Rin. Jangan hanya menangis seperti ini, nanti Kamu sakit," ucap Stefano lebih halus dari tadi.

Rindi hanya menggelengkan kepalanya. Rindi masih terisak, dan menyembunyikan wajahnya di dada Stefano. Lagi-lagi Fano hanya bisa menghela napas, dia membiarkan Rindi tetap menangis dengan harapan nanti istrinya itu bisa tenang kembali.

Stefano membaca pesan masuk dari Hyu Jin. Fano melirik Rindi yang sudah mulai diam dan asyik menonton acara televisi. Stefano kemudian menangkap tangan Rindi pelan. Rindi menoleh ke arah Fano, alisnya terangkat 1 seakan bertanya ada apa.

"Aku bisa pergi sebentar? Aku harus menemui Hyu Jin," ucap Stefano.

Rindi diam saja menatap Fano, Rindi melepas pegangan tangan Fano kemudian berganti dia yang menggenggam tangan Fano.

"Sehari ini saja, Chan. Jangan kemana-mana, Aku mohon!" Pinta Rindi memelas.

Stefano turut diam, suami Rindi itu terlihat berpikir sejenak. Stefano tersenyum kemudian membalas genggaman tangan Rindi hangat.

"Sebentar saja, Aku janji hanya 2jam Aku pergi," ujar Fano mencoba meyakinkan Rindi untuk supaya membiarkan dirinya pergi.

Rindi diam saja lalu melepas genggaman tangannya. Rindi mengangguk mengiyakan perkataan Fano. Rindi tidak memiliki alasan lagi agar supaya Stefano tetap tinggal di rumah.

***

Keesokan harinya Stefano yang baru pulang kerja mencari keberadaan Rindi di seluruh sudut apartemen. Tapi sama sekali Stefano tidak menemukan istrinya itu. Alis Stefano beradu, tidak biasanya Rindi pergi tanpa pamit padanya terlebih dulu.

Stefano kemudian mengambil ponsel di saku celananya. Dia mencoba menelpon Rindi, namun ternyata ponselnya tidak aktif. Fano semakin bingung saja, Rindi tidak pernah seperti ini.

Fano memberanikan diri masuk ke kamar Rindi. Dia melihat kamar istrinya itu sangat rapi, wangi dan juga terlihat sangat bersih. Pandangan Fano kemudian jatuh pada meja make up Rindi. Di situ tergeletak buku tabungan dan kartu kredit yang Stefano berikan waktu itu. Di situ juga ada amplop putih yang Stefano duga itu pesan dari Rindi. Perasaan Stefano tidak enak sekarang, Fano berjalan cepat menuju meja dan membuka amplop itu cepat.

Mata Stefano terbuka lebar, di dalam amplop itu surat kontrak perjanjian pernikahannya dengan Rindi. Dan ada secarik kertas yang bertuliskan pesan dari Rindi.

"Terima kasih untuk 10 bulan ini. Aku rasa waktu kita cepat sekali berlalu. Aku kembalikan pemberianmu beberapa waktu lalu. Aku sama sekali tidak memakainya, Kamu menanggung biaya hidupku selama ini saja. Aku sudah sangat berterima kasih. Pernikahan Kita juga belum tercatat di sipil, jadi Kamu bebas sekarang. Maaf Aku belum bisa menjadi istri yang baik, dan maaf Aku hanya sumber masalah bagimu. Aku harap tidak akan ada lagi pemberitaan buruk setelah kita berpisah."

Tangan Stefano bergetar hebat sekarang. Membaca pesan dari Rindi itu membuatnya tidak tenang sekarang. Stefano masih ingat kalau kontrak pernikahannya memang 10 bulan. Tapi Stefano belum berpikir untuk menyudahi semuanya. Bahkan beberapa kali Bang Hyu Sik menyuruhnya mengakhiri hubungan dengan Rindi selalu Stefano tolak. Kedatangan mantan kekasihnya Hyu Jin pun tidak membuat Stefano serta merta ingin meninggalkan Rindi.

Fano meletakkan semua kertas yang dia pegang di atas meja. Laki-laki itu kemudian membuka lemari kamar Rindi. Ternyata baju dan semua barang milik Rindi sudah tidak ada.

"Kapan Dia mengemasinya," gumam Stefano kemudian mengerang frustasi.

Dilain tempat Rindi sedang menempelkan ponselnya di telinga. Rindi sedang mendengarkan Ibu mertuanya berbicara di seberang sana. Rindi yang sedang menahan air matanya itu memaksakan diri untuk tetap tersenyum.

"Eommonim, sampaikan salamku pada Aboenim. Maaf Aku belum menjadi menantu yang baik untuk kalian. Kapan-kapan Aku akan mengunjungi kalian lagi," ucap Rindi kemudian.

Beberapa menit kemudian sambungan telephone itu berhenti. Rindi menatap kosong ke depan, dia sedang duduk di halte bus tapi dia tidak punya tujuan untuk naik bus. Rindi melihat ke atas langit, malam semakin larut tapi dia tidak punya tujuan sekarang. Rindi membuka layar kunci ponselnya dan melihat wallpaper ponsel miliknya itu. Di situ ada foto dirinya dan Stefano saat di masjid. Rindi tersenyum tipis lalu mematikan ponselnya lagi. Dia tidak mau Stefano menemukannya lagi. Karena saat Dia kembali, Rindi takut tidak bisa meninggalkan Stefano lagi.

***

Stefano satu mobil dengan Jay sekarang. Mereka sedang keliling Seoul mencari keberadaan Rindi. Sedangkan Victor berinisiatif pergi ke rumah Nana, siapa tahu Rindi datang kesitu.

Jipyong, Jason, Namsuya dan Janki satu mobil menuju asrama lama Rindi. Mereka meyakini Rindi pasti ke situ, karena Rindi sendiri tidak memiliki kerabat di Korea ini.

Fano yang semakin frustasi karena sampai hampir pagi seperti ini tidak mendapat kabar dari Rindi memukul dasboard mobil keras. Tangannya bahkan sampai memerah dan itu pasti sakit. Fano sama sekali tidak menampakkan ekspresi kesakitan. Justru Jay yang sekarang meringis melihat Fano uring-uringan dan menyakiti dirinya sendiri.

"Tenanglah! Rindi tidak akan kenapa-kenapa, Dia gadis kuat. Kita pasti menemukannya," ucap Jay menemangkan Stefano.

Kepala Fano menoleh ke arah Jay. Kepalanya kemudian mengangguk mengiyakan tapi tetap saja hatinya sekarang masih khawatir pada Rindi. Gadis itu tidak punya siapa-siapa, kemana Dia akan pergi.

Di saat genting seperti ini ponsel Stefano berdering dan nama Hyu Jin tertera di layar. Fano mendengus kesal kemudian meriject panggilan Hyu Jin.

"Berani sekali Stefano menolak panggilanku," gerutu Hyu Jin kemudian memukul bantal yang Dia pegang.

"Siapa yang telephone? Kenapa tidak Kau angkat?" Tanya Jay ingin tahu.

"Hyu Jin, sekarang bukan saatnya meladeni gadis itu," tukas Fano.

Jay memandang ke arah Stefano. Jay berpikir pasti kepergian Rindi ini ada hubungannya dengan Hyu Jin. Stefano tidak pernah bisa menolak permintaan Hyu Jin. Terlebih lagi Hyu Jin mantan kekasihnya, anak atasannya juga. Rindi pasti merasa Fano lebih mementingkan Hyu Jin. Tanpa Jay ketahui kalau Stefano dan Rindi hanya menikah kontrak, dan kontrak itu sudah selesai tepat di hari ini.

Stefano sendiri sedari tadi tidak berhenti merutuki diri sendiri. Rindi yang kemarin menangis seharian dan minta di temani ternyata memiliki alasan. Kemarin hari terakhir mereka bersama, dan dengan jahatnya Stefano pergi menemui Hyu Jin dan berjanji cepat pulang namun kenyataannya tidak.

***