Zen saat ini sedang menyelesaikan semua urusannya dirumah sakit tempat dia diberi perawatan hingga menjalani pemulihan. Sudah hampir sebulan Zen menjalani pemulihan dan saat ini badannya sudah kembali normal.
Saat ini, Zen akan keluar dari rumah sakit ini dan menuju apartemen barunya yang diberikan oleh beberapa donatur. Sebenarnya Irene mengubah informasi Zen dan menyatakan orang tua Zen meninggal dunia karena kecelakaan saat hendak mengunjungi Zen yang terjebak didalam game kematian itu.
Cerita ini membuat beberapa donatur seperti pemerintah dan beberapa keluarga korban yang selamat membantunya untuk melanjutkan hidup dan memberikannya beberapa kopensasi termasuk sebuah apartemen mewah.
"Apakah tidak ada yang ketinggalan Zen-san?" tanya Suguha yang saat ini sedang mendampingi Zen untuk mengurus keperluanya untuk keluar dari rumah sakit ini.
"Sabar aku memeriksanya sebentar" balas Zen
Zen sendiri sudah bertemu dengan Kakak Suguha yaitu Kazuto atau Kirito. Kirito sempat kaget karena adiknya mengenal Zen dan akhirnya mereka menjadi akrab bersama. Kirito sendiri saat ini masih menjalani pemulihan karena pemulihannya tidak secepat Zen.
Kirito sendiri selalu menghabiskan waktunya bersama Sachi di tempat pemulihan ini. Pemandangan ini membuat Suguha merasa sesuatu yang mengganggu dirinya saat melihat mereka berdua bersama.
Saat ini Suguha sangat bingung dengan perasaanya saat ini. Setelah Suguha mengetahui kebenaran tentang dia dan kakaknya, Suguha yang memendam perasaannya saat ini kepada Kakaknya sedari dulu sangat mengharapkan terbalasnya perasaannya oleh Kakaknya.
Namun disi lain, Suguha bertemu seorang yang saat ini memeperlakukannya sangat baik, tetapi perasaannya selalu terhalang oleh perasaan sukanya terhadap Kakaknya, dan membuat Suguha sendiri bingung akan perasaannya saat ini.
"Sepertinya sudah tidak ada yang ketinggalan" kata Zen.
Lalu Zen mulai membawa semua barangnya yang sudah dia masukan kedalam koper dan siap meninggalkan tempat itu.
"Baiklah Suguha, terima kasih telah membantuku" kata Zen yang hendak meninggalkan tempat itu.
"Tidak apa – apa Zen-san" balas Suguha
"Baiklah, mari ketempat Kakakmu, aku mau berpamitan kepadanya." kata Zen dan dibalas anggukan oleh Suguha.
Akhirnya mereka berdua mulai berjalan keluar ruangan dimana Zen tempati dirumah sakit ini, dan menuju ruangan tempat Kirito berada. Setelah sampai didepan Kamarnya, mereka menemukan bahwa Kirito sedang tidak berada didalam kamarnya.
"Kemana Kirito? Ah... Pasti dia ada dikamar Sachi" kata Zen sambil mulai berjalan kekamar Sachi.
Suguha yang mendengar ini, raut wajahnya mulai berubah jelek tetapi tetap mengikuti langkah Zen menuju ke kamar Sachi.
"Yo Kirito, Sachi" kata Zen yang melihat kedua orang itu sedang duduk disofa yang sama sambil bersandar setelah sampai diruangan mereka berdua.
"Yo Zen apakah kau akan keluar sekarang?" tanya Kirito.
"Ya, aku akan keluar sekarang dan berpamitan kepada kalian berdua" kata Zen
"Oh begitukah, lalu apakah kau akan pergi bersama sugu?" tanya Kirito yang melihat adiknya ada dibelakang Zen.
"Ah Tid-" kata Zen terpotong.
"Tentu saja, aku akan mengantarkan Zen-san menuju apartemen barunya" kata Suguha memotong kata Zen sambil memaksakan senyumnya.
"Baiklah kalau begitu, tolong berhati – hatilah, dan jangan pulang terlalu malam Sugu" kata Kirito.
"I-Iya Oni-chan" balas Suguha.
"Baiklah kalau. Bye Kirito, Bye Sachi" kata Zen dan dibalas lambaian tangan dari mereka berdua.
Suguha lalu mulai mengikuti langkah Zen meninggalkan tempat itu.
"Ada apa denganmu Suguha-chan, sepertinya kau sangat tidak menyukai Kakakmu bersama dengan Sachi?" kata Zen yang sebenarnya tahu alasan sebenarnya.
"Bukan seperti itu Zen-san" kata Suguha sambil melambaikan kedua tangannya yang menyangkal perkataan Zen sebelumnya.
"Benarkah? Mungkin hanya perasaanku saja kalau begitu" kata Zen.
"Benar Zen-san mungkin hanya perasaanmu saja" balas Suguha
Mereka berdua lalu terus menelusuri lorong tersebut sampai mereka dihalangi oleh dua orang wanita.
"Jadi kau akan pergi tanpa berpamitan kepada kami?" tanya Lisbeth yang saat ini sedang berada didepannya bersama Silica.
"Tentu saja tidak, aku sekarang sedang menuju kamar Asuna dan Yuna lalu berpamitan kepada kalian." Jawab Zen.
"Benarkah?" tanya Silica
"Tentu, bagaimana kalu kita pergi kekamar mereka bersama?" tanya Zen dan dibalas anggukan oleh Silica dan Lisbeth.
Akhirnya mereka semua memutuskan untuk pergi keruangan Asuna yang bertempat dilantai atas rumah sakit ini, karena dia sedang dirawat disebuah ruangan VIP. Lisbeth dan Silica yang memutuskan untuk ikut, menyadari kehadiran Suguha dan menyapa satu sama lain.
Mereka bertiga kebetulan sudah saling kenal, karena mereka bertemu dan diperkenalkan oleh Zen. Setelah mereka sampai di bangsal VIP, Zen lalu mendaftarkan dirinya untuk menjenguk Asuna lalu diberikan kunci untuk memasuki kamarnya.
Mereka berempat akhirnya tiba dikamar Asuna, saat ini Asuna masih terbaring dengan wajah tirusnya namun masih terlihat kecantikannya yang terukir diwajahnya tersebut. Terlihat raut sedih di wajah Lisbeth dan Silica, karena mereka selalu bersama saat didalam game itu.
"Tenanglah kalian berdua, dia pasti akan bangun" kata Zen
"Tapi kapan Zen" tanya Lisbeth dengan wajah sedihnya itu.
"Tidak lama lagi, percaya kepadaku." Kata Zen kemudian
Mendengar ini, raut wajah mereka kembali normal dan mulai tenang, mereka saat ini mulai mempercayai perkataan Zen dikarenakan perkataan Zen selama ini selalu benar.
Mereka semua berada diruangan itu sampai Ayah Asuna datang menjenguk anaknya dan mulai menyapa mereka semua sambil berterima kasih telah menjenguk anaknya. Lalu mereka memutuskan pamit dari tempat itu dan membiarkan ayah Asuna berdua bersama anaknya.
Lalu mereka sekarang berada dikamar seorang wanita lain yaitu Yuna yang saat ini keadaannya sama sepeti Asuna. Zen sangat bingung dengan alur ini.
"Apakah karena aku menyelamatkannya?" kata Zen didalam benaknya.
Dan akhirnya mereka meninggalkan ruangan itu setelah Ayah dari Yuna datang bersama teman masa kecilnya. Teman masa kecil Yuna saat melihat Zen saat ini hanya melihatnya sambil mengepalkan tangannya.
"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa lagi Lisbeth, Silica. Pastikan kalau kalian keluar hubungi aku dan aku akan menjemput kalian" kata Zen sambil melambaikan tangannya kepada kedua wanita itu.
"Baiklah kalau begitu, berhati – hatilah Zen-san, Suguha-chan" kata Silica sambil membalas lambaian tangan Zen bersama Lisbeth.
Akhirnya mereka berdua mulai keluar dari rumah sakit itu dan pergi ke apartemen baru Zen menggunakan transportasi Umum.
.
.
"Zen, aku merindukanmu" Kata seorang wanita.
Wanita itu saat ini sedang berada dikurungan yang berada disebuah ranting yang berada ditengah sebuah pohon besar. Wanita ini sangat bingung saat terbangun ditempat ini. Terlebih lagi penampilannya sangat aneh karena dia menggunakan pakaian yang sangat terbuka dibarengi dengan telinga yang panjang yang berada dikepalanya.
Tidak beberapa lama, terdengar suara pintu terbuka dan seorang pria yang sangat menjijikan menurut wanita itu memasuki kurungan ini.
"Bagaimana Kabarmu, Titania?"