webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime e quadrinhos
Classificações insuficientes
275 Chs

Selka

Perlahan seorang pria mulai terbangun dari tidurnya. Pria itu yaitu Zen saat ini mulai membuka matanya dan melihat arah sekitar. Dia saat ini berada disebuah kamar, namun saat dia hendak bangkit, dia melihat tubuhnya yang saat ini penuh perban putih meliliti tubuhnya.

Lalu dia mendengar suara bisikan dari balik pintu kamarnya, dia melihat beberapa anak kecil sedang mengintipnya dibalik pintu tersebut. Anak kecil dibalik pintu kamar Zen akhirnya tersadar bahwa keberadaan mereka sudah ketahuan oleh pria yang ada didalam kamar ini.

Mereka langsung berhamburan lari meninggalkan tempat itu, namun selang beberapa lama datanglah seorang gadis dengan pakaian susternya memasuki kamar Zen.

"Akhirnya kamu sudah sadar" katanya.

Zen mendengar itu hanya tersenyum kepada wanita berpakaian suster tersebut.

"Terima kasih sudah merawatku" kata Zen.

Lalu suster wanita itu mendekati Zen dan mulai memeriksa luka – luka pada tubuh Zen saat ini. Lalu dia perlahan – lahan mengeluarkan tehnik sucinya yang berguna sebagai penyembuh. Namun kekuatan wanita itu sangatlah kecil, maka dia hanya bisa mengobati Zen secara bertahap.

"Lalu bisakah kau memberitahukanku nama dan dari mana asalmu?" tanya wanita itu setelah memantrakan sebuah skill suci kepada Zen.

"Namaku Zen dan.." kata Zen berpura pura berperilaku seperti orang yang mencoba mengingat sesuatu.

"Maafkan aku, aku tidak bisa mengingat apapun dari mana asalku. Tiba – tiba saja aku terbangun disebuah hutan dan sebuah serigala menyerangku" kata Zen.

"Hmm... Korban Vektor ya" kata wanita itu.

"Tetapi lukamu bukan seperti luka dari serangan serigala." Kata wanita tersebut.

"Ah.. aku sebenarnya sempat melarikan diri, lalu saat serigala itu mengigitku aku berusaha melepaskan diri dan terjatuh kesebuah dataran yang rendah dimana banyak ranting dan bebatuan yang tajam" kata Zen yang menyembunyikan alasan dia terluka yang sebenarnya.

"Benarkah?" kata wanita itu yang masih curiga.

Namun tiba – tiba seorang wanita yang sudah berumur dengan pakaian susternya memasuki tempat Zen.

"Bagaimana keadaannya Selka? Kudengar orang itu sudah sadar." Kata wanita yang baru masuk kedalam kamar Zen tersebut.

"Ah.. kebetulan dia sudah sadar Sister Azalia" jawab wanita itu.

"Lalu dari mana kamu berasal?" tanya wanita paru baya tersebut.

"Sister, sepertinya dia salah satu korban dari dewa kegelapan Vektor" jawab wanita tersebut.

"Benarkah? Apakah benar kamu kehilangan ingatanmu?" tanya wanita paru baya itu.

"Benar Sister, kebetulan saya tidak bisa mengingat apapun" jawab Zen.

"Lalu apakah kamu mengingat tugas sucimu?" tanya wanita itu kembali.

"Tugas Suci?" kata Zen bingung. Namun dia tiba – tiba mengetahui mahsut perkataan tersebut.

"Ah.. sepertinya aku mengingat tugas suciku." Kata Zen.

"Benarkah?" kata wanita tersebut kemudian.

"Ya, sepertinya tugas suciku adalah seorang pendekar pedang" jawab Zen.

Mendengar ini kedua wanita itu menatap Zen dengan tatapan seperti orang tidak percaya. Namun mereka memutuskan membiarkannya dan merawat Zen hingga pulih baru mereka mencoba menanyakan lebih lanjut tentang dirinya.

"Baiklah, sekarang kamu bisa tinggal ditempat ini hingga lukamu pulih sepenuhnya" kata wanita paru baya itu.

"Terima kasih sister" jawab Zen.

Lalu wanita paru baya itu keluar dari kamar Zen dan menyisakan wanita yang bernama Selka dan Zen.

"Kalau begitu istirahatlah, aku akan kembali kedapur untuk menyiapkan makan siang untuk anak – anak disini" kata wanita itu.

"Baiklah, terima kasih sekali lagi" kata Zen.

.

.

Akhirnya sehari telah berlalu. Zen saat ini sedang asik bermain dengan anak – anak yang berada dipanti tersebut.

"Kak Zen, bisakah kau membuatkan mahkota seperti milik Kak Iris" kata salah satu anak yang menghampiri Zen.

"Baiklah, petiklah bunga disana dan bawakan kepadaku oke" kata Zen.

Lalu anak kecil itu dengan semangat pergi kearah dimana beberapa bunga liar tumbuh dan mulai memetiknya.

Zen sendiri kondisinya saat ini sudah mulai membaik. Luka – lukanya sudah mulai sembuh dikarenakan tehnik suci dari Selka dan dirinya sendiri. Saat Selka mencoba menggunakan tehnik suci tersebut, Zen perlahan – lahan mencoba memahami tentang cara Selka merapalkan tehnik tersebut.

Lalu berkat bantuan Irene, Zen akhirnya bisa menggunakan tehnik suci penyembuhan itu. Sebenarnya Zen bisa langsung menyembuhkan dirinya sendiri, namun dia takut Suster yang berada disini akan mencurigai dirinya.

"Sudah selesai" kata Zen memakaikan sebuah mahkota bunga yang dibuatnya lalu memakaikannya kekepala anak kecil didepannya.

"Terima kasih Kak Zen" kata anak kecil tersebut yang terlihat senang karena mahkota bunga yang dibuat oleh Zen itu.

Pemandangan ini tak luput dari Selka yang saat ini memperhatikan beberapa anak – anak saat ini bermain dengan Zen. Lalu Selka mulai berjalan mendekat kearah mereka.

"Baiklah sudah sore, sebaiknya kalian membersihkan diri kalian sebelum makan malam" kata Selka kepada anak – anak tersebut dan dibalas anggukan oleh mereka semua.

Selka sendiri akhirnya mulai beranjak ditempatnya dan mulai berjalan mendekati Zen saat ini.

"Kau juga sebaiknya membersihkan diri Zen, agar nanti aku langsung mengobatimu dan kita akan makan malam bersama" kata Selka.

"Baiklah." Jawab Zen.

Saat ini hubungan Zen dengan orang – orang ditempat ini sudah lumayan dekat terutama dengan Selka yang saat ini sering mengajaknya ngobrol. Zen akhirnya mulai mengambil perlengkapan mandinya dan mulai memasuki kamar mandi ditempat tersebut dan mulai membersihkan dirinya.

Zen saat ini sudah berada dikamarnya setelah membersihkan dirinya sambil menunggu Selka datang kesini, untuk mengobati lukanya yang saat ini sudah tinggal menyembuhkan luka yang besarnya saja.

Tidak beberapa lama, akhirnya Selka memasuki kamar Zen. Lalu perlahan dia mulai melepaskan perban yang melilit Bahu dan lengan atas tangan kiri Zen yang masih tersisa sebuah luka yang belum sembuh akibat luka itu sangat parah sebelumnya.

"Sepertinya kamu akan sembuh total Zen" kata Selka.

"Benarkah?" kata Zen.

"Ya, sekarang tersisa luka gigitan dan luka sobekan ini" kata Selka.

"Syukurlah kalau begitu. Ini semua berkatmu Selka yang terus merawatku. Kupastikan aku akan membalas kebaikanmu ini" kata Zen.

"Ini sudah menjadi tugasku" kata Selka, namun tiba – tiba saja raut wajahnya mulai berubah karena mengingat sesuatu.

"Ada apa denganmu Selka?" tanya Zen setelah melihat raut wajah kesedihan Selka.

"Ah bukan apa – apa Zen" kata Selka yang mencoba kembali tersenyum.

"Kamu bisa menceritakan masalahmu kepadaku Selka. Bukankah kita teman sekarang?" tanya Zen.

Mendengar ini Selka hanya menundukan kepalanya dan mulai berdiri lalu duduk disebelah Zen yang saat ini duduk dikasurnya.