webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime e quadrinhos
Classificações insuficientes
275 Chs

Pernikahan

Remia saat ini berada disebuah ruangan, dimana dia sedang membantu calon mempelai wanita untuk mengenakan gaun pernikahan yang dirancangnya saat ini. Bukan hanya dirinya disini, Yui, Myu, Yuna, Lisbeth dan Ibu dari Asuna juga berada ditempat ini.

Ibu dari Asuna sedari tadi hanya menatap putrinya dengan sesekali mengusap air mata harunya yang terus turun, setelah melihat putrinya yang akan menikah. Walaupun dia bersikap dingin kepada Asuna dahulu, tetapi dalam lubuk hatinya dia sangat menyayangi putrinya itu.

"Wah..... Asuna Mama sangat cantik" kata Yui dan dibalas anggukan dari Myu saat ini.

Ibu dari Asuna awalnya sangat bingung, mengapa dua orang anak kecil memanggil Asuna dengan sebutan Mama, tetapi setelah dijelaskan oleh Asuna yang mengatakan bahwa mereka anak sahabatnya dan saking akrabnya mereka memanggilnya Mama, akhirnya Ibu dari Asuna membiarkannya saja.

"Tetapi bukankah pakaian kita sama dengan Asuna Mama, Onee-chan?" tanya Myu sambil menunjukan dress yang digunakannya saat ini.

"Benar juga" kata Yui yang melihat kembali pantulan tampilannya pada sebuah cermin yang berada ditempat ini.

Ditempat lain, Zen saat ini menatap sebuah kotak yang berisi dua buah cincin yang dia buat sendiri. Cincin pernikahan dengan warna perak, dengan sebuah berlian indah pada tengahnya, serta beberapa berlian kecil mengelilingi cincin tersebut.

Zen hanya tersenyum setelah melihat cincin yang akan menjadi cincin pernikahannya kelak. Bukan hanya itu, beberapa rune kecil yang tak kasat mata juga terukir pada bagian dalam cincin itu yang mempunyai berbagai skill, dan hanya orang yang diberikan oleh Zen yang bisa menggunakannya.

"Apakah kamu sudah siap Zen?" tanya seorang pria paru baya yang mengejutkan Zen, yang saat ini tiba – tiba saja memasuki kamarnya.

"Aku baik – baik saja Ayah" kata Zen menyapa Ayah dari Asuna saat ini yang sedang mengunjunginya.

Disisi lain, para tamu yang diundang dalam pernikahan Zen dan Asuna, mulai memasuki tempat berlangsungnya pernikahan mereka. Wajah – wajah familiar sudah duduk dengan rapi dan bercengkrama dengan orang – orang yang dikenalnya.

Memang Yuna yang mengatur tentang pernikahan ini, hanya mengundang keluarga dan sahabat dari mereka. Banyak orang sudah berkumpul ditempat ini, termasuk beberapa orang yang terjebak pada game kematian sebelumnya.

"Ternyata mereka akan menikah" kata Klein yang saat ini sudah meneguk segelas minuman saat ini.

"Ya, aku sempat terkejut melihat undangan mereka yang diantarkan oleh Lisbeth pada barku" kata pria berotot Agil.

"Lalu bagaimana dengan kalian berdua?" kata Agil kembali kepada sepasang kekasih yang duduk bersama mereka.

"Kami akan menyusul. Lagipula kami sudah hidup bersama saat ini" kata Sachi sambil menggenggam tangan Kirito.

"Lalu bagaimana denganmu Suguha-chan, apakah kamu sudah mempunyai seseorang yang berhasil mendapatkan hatimu?" tanya Klein yang saat ini menatap Suguha yang datang bersama Kakaknya ketempat ini.

Suguha hanya memberikan senyum terbaiknya untuk menjawab pertanyaan Klein, yang menandakan bahwa dirinya sudah mempunyai seseorang yang spesial didalam hatinya.

"Tetapi, bagaimana dengan Lisbeth dan Silica. Kudengar mereka juga mempunyai perasaan kepada Zen?" tanya Klein yang menyembunyikan kekecewaannya, karena semua wanita cantik yang dikenalnya sudah mempunyai seseorang dihati mereka.

"Aku tidak tahu, tetapi saat Lisbeth mengantarkan undangan pernikahan Zen dan Asuna, aku tidak melihat raut kekecewaan darinya" kata Agil.

"Ya, dan juga bukankah Silica sudah sangat terkenal sekarang, aku akan meminta fotonya saat dia datang kepernikahan ini" kata Sachi.

Memang, Ketenarannya Silica saat ini sedang meroket, dan terlebih lagi saat penggemarnya tahu bahwa dia merupakan salah satu korban selamat dari game kematian Sword Art Online. Saat ini Silica sudah bersama Yuuki sedang dalam perjalanan untuk menuju kepernikahan Asuna.

Memang Silica yang sangat terkenal saat ini, jarang berkumpul dan hanya kembali saat beristirahat, namun semua saudaranya memaklumi tindakannya tersebut, karena ketenarannya sangat membuatnya sibuk saat ini.

"Apakah kamu tidak apa – apa Silica?" tanya Yuuki disebelahnya, karena dia tahu siapa yang disukai oleh temannya tersebut.

"Apa mahsutmu Yuuki?" tanya Silica yang belum paham dengan perkataan orang disebelahnya.

"Mahsutku dengan pernikahan Zen dan Asuna" kata Yuuki.

"Ah... tentang itu kamu tidak usah khawatir, karena kelak aku juga akan seperti mereka" kata Silica sambil tersenyum membayangkan apa yang dia katakan sebelumnya.

Kembali ketempat pernikahan, saat ini Yuna yang sudah mengenakan gaun yang sangat indah, mulai memasuki tempat pernikahan Zen setelah memeriksa kesiapan semua orang yang bertugas dalam pernikahan ini.

"Yuna!" teriak seseorang dan membuat Yuna menoleh kearah suara tersebut.

Shizuku, Kaori, Aiko dan Sinon mulai mengampirinya dan akhirnya mereka berjalan menuju sebuah tempat untuk menyaksikan pernikahan dari Zen dan Asuna. Mereka mulai bercanda gurau ditempat itu sampai mereka tidak sadar, para tamu sudah hampir memenuhi tempat ini.

Keributan mereka terhenti, setelah Yue, Shea, Tio beserta Lyutillis memasuki tempat ini, diikuti oleh Silica dan Yuuki yang baru saja tiba dan berjalan bersama saat ini. Lyutillis memang meninggalkan Miledi sementara untuk menghadiri pernikahan dari Zen.

Mereka menuju tempat Yuna yang lainnya berada, karena Lisbeth, Rinko, Alice, Rina dan Aki juga sudah berada disana, dan menyapa saudara perempuan mereka yang lain saat ini. Sedangkan Selka, Ronye dan Tize sedang menyaksikan pernikahan tersebut secara online dari dunia mereka.

"Mengapa banyak sekali orang terkenal ditempat ini?" tanya Klein saat ini.

Yuna, yang merupakan orang terkaya didunia, lalu Remia disainer ternama saat ini duduk disebelahnya. Lalu ada Silica seorang yang saat ini sangat terkenal, dan juga diikuti beberapa wanita yang tak kalah cantiknya dari mereka, berkumpul bersama disebuah area.

Semua tamu sudah duduk, seorang yang memimpin acara pernikahan ini juga sudah berada ditempatnya. Akhirnya seorang pria tampan dengan balutan pakaian yang sangat cocok untuknya dan sangat elegan, memasuki tempat ini.

Langkah Zen yang perlahan mulai memasuki tempat ini. Perjalanannya, dibarengi dengan tepukan tangan dari semua yang hadir disana, hingga dia berada disebuah altar tempat dia melaksanakan prosesi pernikahannya dengan Asuna.

"Baiklah, lalu kita sambut sang mempelai wanita" kata pemimpin acara pernikahan ini.

Asuna berjalan dengan perlahan sambil menggandeng tangan Ayahnya. Gaun berwarna putih yang indah dengan ornamen yang sangat memukau mulai memasuki tempat ini. Zen yang melihat itu hanya tersenyum sambil menunggu Asuna saat ini mendatangi dirinya.

Zen lalu mengambil tangan Asuna dari Ayahnya dan mulai menggandenganya, dan menghadap pada seseorang yang memimpin pernikahan mereka. Acara yang hikmat berlangsung dengan tawa, tangis haru dan rasa bahagia dari semua orang yang berada disini.

"Baiklah, para mempelai bisa memasangkan cincin pernikahan kalian kepada pasangannya"

Zen perlahan mengambil tangan Asuna dan menyematkan sebuah cincin indah yang dibuatnya sebelumnya, pada jari manis Asuna begitu juga sebaliknya. Mereka berdua sempat saling tatap hingga senyum terukir pada wajah mereka berdua.

"Sebagai bukti cinta antara kalian berdua, kalian dipersilahkan mencium pasangan kalian"

Mendengar hal itu, Zen langsung menatap hangat mata dari Asuna sambil menggenggam kedua tangannya, hingga wajah mereka sudah saling berdekatan dan beberapa orang yang berada disana menyaksikan mereka berdua saling berciuman pada tempat yang indah ini.

.

.

Seseorang pria tua yang saat ini menatap kedua orang itu berciuman, hanya tersenyum saja saat ini. Dia turut merasa bahagia kepada mereka berdua, terutama pada pria yang saat ini sangat terlihat sangat bahagia.

"Apakah kamu kelak akan memilih mereka atau diriku, Anakku?"