Zen saat ini sedang mengapung diatas air pada laut yang sangat luas saat ini. Setelah berhasil menyelesaikan labirin dan mendapatkan Restoration Magic, dirinya langsung dikeluarkan secara paksa setelah mengambil sebuah bukti menyelesaikan labirin beserta membaca pesan dari pembuat labirin tersebut.
[Selamat Kak, Kakak menyelesaikan Sebuah Main Quest dan mendapatkan Main Quest baru]
"Terimakasih atas informasinya Irene" kata Zen lalu memeriksa menu questnya.
Zen mulai tersenyum setelah melihat hadiah yang diterimanya, walaupun dia tidak mendapatkan sebuah skill sebagai hadiah. Setelah menerima hadiah yang diterimanya, Zen mulai memeriksa main quest yang baru didapatkannya.
<Quest>
Main Quest:
[Menyelesaikan Labirin Yang Tersisa]
[Hadiah]
[EXP: 100.000]
[Store point: 10.000.000]
[Status Point: 10.000]
[Ticket 1.0]
[???]
Zen yang melihat main Quest barunya sangat amat terkejut, karena tidak seperti main quest yang lainnya, bahwa dia mendapatkannya untuk menaklukkan masing – masing labirin. Namun saat ini, Questnya hanya menyuruh menyelesaikan labirin yang tersisa.
"Irene, berarti jika aku menyelesaikan labirin yang tersisa, aku bisa langsung meninggalkan dunia ini?" tanya Zen.
[Menurut hadiah dari Quest tersebut yang merupakan bukti Kakak sudah menyelesaikan tugas Kakak didunia ini, berarti Kakak bisa langsung meninggalkan dunia ini] jawab Irene.
"Tanpa harus menyelamatkan dunia ini, dari Ehit atau dewa yang lainnya?" tanya Zen.
[Yap] balas Irene singkat.
Zen merasa senang saat ini, tetapi dia merasakan sesuatu yang aneh dari Quest tersebut. Memang untuk mendapatkan bukti menyelesaikan suatu dunia, dia harus menyelesaikan semua main quest, tetapi selama ini Quest tersebut akan mengarahkannya untuk membantu yang lainnya atau mencegah sesuatu terjadi, terutama terdapat sebuah tanda tanya dibawah hadiah yang akan dia dapatkan saat ini.
[Bisakah Irene memberikan Kakak saran? Sebaiknya Kakak mengikuti kata hati Kakak yang menurut Kakak benar, agar tidak mengecewakan Kakak dimasa depan] kata Irene.
"Hah? Apa mahsutmu Irene?" kata Zen yang semakin yakin dengan apa yang dia pikirkan sebelumnya.
Zen mulai merasakan misi ini akan sama seperti misi pada dunia Sword Art Online yang menyuruhnya lanjut atau berkorban saat ini. Zen hendak menanyakan lebih jauh, tetapi dia merasakan sesuatu pada seseorang yang mempunyai tandanya saat ini.
"Remia" gumam Zen lalu menghilang dengan cepat dari sana.
Pandangan Zen mulai berubah, saat ini dia dengan jelas melihat seorang prajurit yang setengah telanjang dengan kelaminnya yang sudah dia keluarkan, bersiap untuk memperkosa seseorang saat ini.
Prajurit tersebut sangat kaget melihat kehadiran Zen, namun belum sempat dia menanyakan tujuan Zen berada ditempat ini, Kelaminnya yang kecil dan menjijikan tersebut sudah terpisah dari selangkangannya saat ini.
"AHHHHHHHHHHHHHHH"
Remia yang sedari tadi sudah pasrah dan menutup matanya karena tidak bisa melawan prajurit tersebut, akhirnya membuka matanya setelah beban pada perutnya sudah menghilang serta suara teriakan menyakitkan mulai terdengar.
"Z-Zen" Ucap Remia yang masih terisak, dengan nada yang sangat lega saat ini.
"Apakah kamu tidak apa – apa Remia?" tanya Zen. Namun Remia mulai bangkit dan tidak menghiraukan pertanyaan Zen dan mulai memeluknya erat sambil menangis saat ini.
"Tenanglah, aku sudah berada disini" kata Zen sambil menenangkan Remia. Remia sendiri saat ini semakin memeluk Zen dengan erat dan Zen membiarkan hal tersebut dan mulai mengirimkan telepati kepada Yue saat ini.
"Bersiaplah untuk berperang" kata Zen.
Setelah memastikan telepatinya sampai pada Yue, Zen mulai mencoba melepaskan pelukan Remia dan mulai menatapnya saat ini sambil memegang bahunya.
"Apakah kamu mau menemui Myu sekarang, Remia?" tanya Zen.
"Benarkah?!" kata Remia yang sudah tidak memperdulikan kejadian yang dialaminya sebelumnya, setelah Zen mengatakan bahwa dia akan menemui putrinya tersebut.
"Baiklah, kalau begitu sampaikan salamku kepadanya" kata Zen lalu menteleportkan Remia menuju Myu.
Myu saat ini sedang bermain bersama Yui dihamparan luas yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga, pada domain Papanya yaitu Alaska. Mereka berdua bermain dengan riang ditempat itu sambil diawasi oleh Yuna dan Asuna saat ini.
Memang setelah Asuna hamil, dia lebih memilih untuk berdiam diri di Alaska dan kadang - kadang kembali kedunianya, sambil menjaga kandungannya tersebut, agar sehat sampai dia melahirkan.
Asuna dan Yuna saat ini mulai mengobrol ditempat tersebut sambil menikmati suguhan teh yang baru dibawa oleh Quenella saat ini. Mereka mulai mengobrol hingga Myu berteriak saat ini.
"MAMA!" teriak Myu yang membuat ketiga wanita tersebut langsung menatapnya.
Sebelumnya, Myu sedang asik bermain dengan Kakaknya ditempat ini. Yui saat ini berusaha melarikan diri dari kejaran adiknya, yang saat ini mencoba mengejarnya.
"Onee-chan.. tunggulah" kata Myu
"Ayolah Myu-chan, sedikit lagi kamu aka-" namun perkataan Yui terpotong setelah, dia mulai menoleh kearah Myu dan melihat bahunya mulai bercahaya.
Yui mulai berhenti dan menyebabkan Myu mulai mendekatinya saat ini. Myu sudah berada didepannya, namun saat Yui mencoba melihat asal cahaya yang muncul pada bahu adiknya tersebut, dia malah melihat sesosok wanita yang entah bagaimana muncul disana.
"Myu.." kata wanita tersebut.
Myu yang mendengar namanya dipanggil oleh suara yang sangat akrab, mulai menengok kearah belakang, dan betapa terkejutnya dia saat melihat siapa yang ada dibelakangnya saat ini.
"MAMA!" teriaknya dan tanpa pikir panjang langsung berlari dan menuju Mamanya tersebut yang merupakan Remia yang diteleportkan Zen sebelumnya.
"Myu" kata Remia dan ikut berlari mendekat kearah Myu, hingga akhirnya mereka bertemu ditengah dengan saling memeluk erat dan melepaskan rindu yang sudah mereka alami selama beberapa bulan saat ini.
"Myu" gumam Remia kembali saat memeluk putrinya tersebut dengan tangisan haru saat ini.
Myu sendiri saat ini masih memeluk Mamanya dengan erat seakan tidak ingin melepaskannya saat ini. Disisi lain, akhirnya para wanita yang mengawasi Yui dan Myu akhirnya tahu siapa wanita tersebut yang tiba – tiba berada disini.
"Mengapa keadaan Mama sangat aneh?" kata Myu setelah melepaskan pelukan Mamanya dan mencoba melihat kondisi Mamanya tersebut.
Memang saat ini Remia berpenampilan sangat kacau, dengan rambutnya yang acak – acakan seperti pakaian yang digunakannya saat ini, serta bekas tamparan yang membiru pada bagian pipinya.
"Ah.. Mama baik -bai-" kata Remia terpotong setelah Myu melihat sedikit darah keluar dari ujung bibir Remia dan langsung menariknya dan membawanya kesuatu tempat.
"Biarkan Aki Mama memeriksanya" kata Myu mencoba menarik paksa tangan Mamanya tersebut, namun kekuatannya berhasil ditahan oleh Remia, untuk mencegahnya menariknya.
"Sudah Mama bilang, Mama tidak apa – apa Myu" kata Remia.
Namun Myu bersikeras untuk membawa Mamanya untuk menemui Aki untuk diperiksa, karena sangat khawatir dengan keadaan Mamanya tersebut.
"Asuna Mama, bisakah membantu Myu untuk membawa Mama kandung Myu menuju Aki Mama berada" kata Myu.
"Baiklah" kata Asuna yang sebenarnya saat ini sedikit terharu dengan interaksi Myu dengan Mama kandungnya saat ini. Asuna akhirnya mulai mendekat kearah mereka berdua dan membujuk Remia untuk memeriksakan kondisinya kepada Aki.
Sedangkan pada sebuah tempat yang dipenuhi suara pecah belah dan teriakan yang terdengar ditempat ini, Zen saat ini memunculkan satu persatu wanitanya yang akan bersiap untuk berperang bersamanya saat ini.
"Dimana peperangannya Zen?"