webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime e quadrinhos
Classificações insuficientes
275 Chs

Menyelamatkan

Zen saat ini sudah berlari dengan kencang meninggalkan kelompok yang bersamanya, dan sedang menenteng seseorang pada pundaknya, seperti seseorang yang sedang memikul sekarung beras saat ini.

Zen berlari kencang, setelah pria yang tersandung didekat wanitanya yang sedang melakukan peningkatan kekuatan mereka, menemukannya saat sedang tersandung sesuatu. Pria tersebut merupakan Endou Kousuke yang ditugaskan temannya yang lain untuk mencari bantuan.

"Z-Zen p-pelan – pelan, aku sudah tidak kuat" kata Endou yang bersusaha menyuruh Zen menurunkannya.

"Diamlah, kamu ingin mereka meninggal?" kata Zen. Mendengar itu, Endou hanya mengikuti perkataan Zen. Walaupun sebenarnya dia tidak tahu apakah Zen bisa membantu para teman – temannya atau tidak.

Endou sudah menceritakan semua tentang apa yang sudah terjadi kepada semua teman – temannya, seperti seorang wanita iblis yang tiba – tiba menyerang mereka dengan mengendalikan beberapa monster, hingga kapten Meld yang mencoba menghalangi beberapa monster yang mengikutinya saat itu.

"Akhirnya" gumam Zen mendengar cerita dari Endou tersebut.

Mendengar cerita itu semua, Zen langsung membopong Endou walaupun masih ada bekas pukulan dari Zen sebelumnya, dan melesat pergi dari sana menuju kearah para pahlawan yang sedang diujung tanduk tersebut.

Namun sebelum itu, Zen berpesan kepada Yue dan Shea untuk menjaga yang lainnya dan meneruskan meningkatkan kekuatan mereka saat ini. Mendengar itu, mereka sebenarnya ingin mengikutinya, namun dikarenakan kekuatan mereka yang masih lemah kecuali Yue dan Shea, akhirnya mereka hanya mengikhlaskan kepergian dari Zen.

Zen sudah berlari hingga dia sampai disebuah tempat yang berguna sebagai tempat teleport saat ini dan mulai memasuki lingkaran tersebut. Zen yang sudah berhasil menteleportkan dirinya bersama Endou, lalu mengehentikan dirinya dan melihat beberapa kesatria yang sekarat hingga sudah tidak bernyawa berada ditempat ini, termasuk Kapten Meld yang kondisinya mengenaskan.

Zen lalu menurunkan Endou dan memberikannya beberapa botol cairan Ambrosia kepadanya untuk mengobati beberapa kesatria yang berada disana saat ini.

"Kamu obati mereka, biar aku yang menuju ketempat para teman – teman kita berada terlebih dahulu" kata Zen.

"Tungguu.. apakah kamu yakin bisa membantu mereka?" tanya Endou.

"Sembuhkan luka – luka mereka dan susulah aku jika kamu tidak mempercayainya" kata Zen lalu melesat dengan cepat meninggalkan Endou, yang saat ini memegang beberapa botol cairan Abrosia dan menghilang dari sana.

Endou yang melihat kepergian Zen, langsung melesat kebeberapa ksatria yang masih bernafas dan meminumkan cairan yang diberikan oleh Zen tersebut. Ajaibnya, air itu bekerja dengan cepat dan menyembuhkan luka – luka mereka.

"Cairan apa ini, dan juga siapa pemuda tadi? Sepertinya aku pernah melihatnya" tanya Kapten Meld kepada Endou setelah menerima manfaat dari cairan yang diberikan Zen tersebut, dan diberikan oleh Endou kepadanya.

"Aku tidak tahu cairan apa ini. Dan pemuda itu adalah teman kami, yaitu Zen yang sebelumnya terjatuh kedalam jurang" kata Endou.

Mendengar perkataan Endou, Kapten Meld melebarkan matanya, karena tidak percaya bahwa orang yang dulunya dianggap lemah itu dan mengalami kecelakaan saat ekspedisi pertamanya memasuki labirin ini, ternyata masih hidup.

"Apakah dia mampu membantu yang lainnya?" tanya kapten Meld

"Aku tidak tahu, tetapi sepertinya dia mampu melakukannya" kata Endou menatap tempat dimana Zen menghilang dan mendoakan agar dia bisa membantu yang lainnya saat ini.

"Ngomong – ngomong, monster mana yang membuat beberapa gigimu itu menghilang?" tanya Kapten Meld kepada Endou, setelah melihat pria yang membantunya itu ternyata beberapa giginya sudah tidak ada saat mengobrol bersamanya tadi.

"Ah.. ini bukan monster yang melakukannya, tetapi seorang suami yang sangat marah setelah aku menggoda istrinya" kata Endou sambil merinding mengingat kejadian sebelumnya.

.

.

Disisi lain, pihak pahlawan saat ini mati – matian melawan seorang wanita yang mengaku adalah seorang iblis. Keadaan beberapa dari mereka sangat mengenaskan, ada yang sudah terkapar dengan luka yang lumayan parah, hingga beberapa yang tidak berdaya, karena kehabisan mana dan senjata mereka sudah hancur.

Termasuk Kaori dan Shizuku yang sudah berlutut karena sudah tidak sanggup melawan wanita iblis didepan mereka saat ini. Kouki sendiri saat ini sudah tergulai lemas setelah mendapatkan sebuah serangan dari iblis wanita tersebut.

Kouki yang sebenarnya bisa mengalahkan wanita iblis tersebut sebelumnya, sekarang sudah tidak tahu harus melakukan apa, setelah melihat seluruh temannya sudah tidak mempunyai tenaga lagi.

"Jadi, hanya ini saja kekuatan para pahlawan?" tanya wanita iblis tersebut dengan nada mengejek.

Namun pertanyaannya itu tidak mendapatkan jawaban dari para pahlawan yang berada didepannya saat ini.

"Lalu, bagaimana dengan tawaranku tadi, apakah kalian ingin menerimanya sekarang?" kata wanita iblis tersebut.

"Kami lebih baik mati, daripada bergabung dengan kalian para iblis jahanam" teriak Kouki.

"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa dialam baka" kata wanita tersebut sambil mengeluarkan beberapa pasukan monsternya, dan bersiap untuk menghabisi para pahlawan yang berada ditempat ini.

Beberapa monster dengan kekuatan yang sangat besar mulai mendekati mereka, seorang wanita dengan luka yang sangat parah mencoba membuat beberapa barier untuk menghalang monster tersebut, yang bertujuan untuk membunuh mereka.

Monster yang dipanggil wanita iblis tersebut, tidak menghiraukan barier tersebut dan mencoba menghancurkannya, namun saat hendak menghancurkannya, sebuah tombak melesat membunuh monster tersebut seketika.

"Prok... Prok... Prok...."

Terdengar suara tepukan tangan yang memenuhi tempat tersebut. Wanita iblis yang menyerang para pahlawan itu, mulai mencoba waspada, karena merasakan keberadaan orang yang sedang mendekatinya saat ini.

"Tidak kusangka, aku menemukan seorang iblis secepat ini" kata seorang pria yang akhirnya muncul dari kegelapan tempat tersebut.

"Z-Zen!" teriak Shizuku dan Kaori bersamaan, setelah mendengar suara yang akrab lalu menoleh kearah suara itu berasal dan melihat seseorang yang mereka sangat amat kenali tersebut.

Sedangkan beberapa murid yang lainnya, mulai melebarkan mata mereka karena terkejut setelah melihat seseorang yang dinyatakan mati tersebut, sekarang sedang berjalan santai kearah mereka.

"Hah... kukira siapa, ternyata hanya seseorang badut yang mencoba menjadi pahlawan saat ini" kata wanita iblis tersebut.

Zen tidak mengiruakan perkataan iblis tersebut dan mendekat kearah Kaori dan Shizuku dan melewati beberapa murid yang masih tertegun melihat kehadirannya tersebut saat ini.

Setelah sampai didepan mereka berdua, bisa terlihat air mata mengalir dipipi mereka, setelah melihat ternyata Zen masih hidup saat ini. Zen yang melihat itu hanya tersenyum dan mengeluarkan beberapa botol cairan abrosia kepada mereka berdua.

"Minumkanlah kepada yang lainnya, untuk iblis jalang itu biar aku yang menghadapinya" kata Zen.

"Tetapi Zen, dia sangat kuat" kata Shizuku.

Namun sebuah monster berbentuk banteng langsung mendekat kearah Zen dan mulai melancarkan serangannya menggunakan pedang besar yang dibawanya.

"Zen!" teriak Shizuku dan Kaori bersamaan.

Serangan pedang itu mulai mendekati Zen, namun setelah serangan itu mendarat pada tubuhnya, monster yang membawa pedang itu langsung terpental, karena serangannya itu seperti mengenai sebuah batu yang sangat keras saat ini.

Semua orang yang berada disana hanya membuka mulut mereka karena terkejut dengan kejadian tersebut. Zen yang sedari tadi hanya tersenyum, mulai mengeluarkan pedang katana khususnya dan bersiap untuk menyerang saat ini.

"Giliranku"