Beberapa agen pemerintahan sudah datang ketempat dimana Zen memberitahukan dimana letak pelacaknya tersebut aktif, dan berhasil tepat waktu datang saat Zen yang sedang terpojok.
"Benda itu ada didalam gedung itu Seijirou-san" kata Zen kepada pria yang sudah berada disebelahnya.
"Baiklah" kata pria itu lalu mulai menyuruh beberapa agennya untuk memasuki dan mencari dimana benda yang menjadi bank ingatan itu berada.
Zen sendiri masih berada bersama Eiji saat ini dan belum beranjak dari tempat itu. Zen saat ini masih memegang pisau yang mana dipakai Eiji sebelumnya. Setelah melihat orang pemerintahan sudah memasuki tempat itu, akhirnya Zen mendekati Eiji.
"A-Apa yang akan kau lakukan?" tanya Eiji yang panik.
Beberapa sisa agen yang menjaga Eiji agar tidak kabur dari tempat itu, hanya membiarkan apa yang Zen lakukan, dikarenakan perintah dari atasannya tadi.
Zen lalu mendekat dan meraih sesuatu dibelakang Eiji yang merupakan alat yang membuatnya kuat saat ini. Zen langsung menariknya hingga benda itu terlepas dari Eiji dan rusak. Zen lalu meraih leher pria itu dan mulai mengangkatnya sambil mencekiknya.
"ArgHgarHAHa" sebuah suara terdengar dari Eiji yang lehernya sedang dicekik oleh Zen.
"Bagaiamana rasanya?" kata Zen.
Zen terus mencekik hingga Eiji mulai melemas saat ini.
"Maafkan kami, tetapi boss kami mengatakan anda tidak boleh membunuhnya" kata seorang agen yang masih berada disitu dan menyela kegiatan Zen.
Mendengar ini Zen mulai melepaskan cengkramannya dari leher Eiji dan melemparkannya kebawah. Eiji mulai bernafas dengan lega saat ini, namun tiba – tiba sesuatu langsung menusuk pahanya.
"AHHHHHH" teriaknya.
Zen lalu menarik pisaunya dan mulai menginjak kaki yang ditusuknya tadi dan mulai mematahkannya kembali. Eiji sendiri masih berteriak kesakitan sampai Zen meraih tangan Eiji yang sebelahnya.
"Inikah tanganmu yang menyakiti kedua pacarku?" kata Zen.
"Ma-ma-maaafkan a-aku" kata Eiji.
Mendengar ini, tangan kanan Zen sudah menggenggam kedua jari telunjuk dan jari tengah dan jari manis dan kelingking digenggam tangan satunya.
Lalu Zen mulai merobek sela - sela jari Eiji hinga terlihat robekan pada sela jari tengah dan jari manisnya. Eiji terus berteriak meminta ampun, namun tiba – tiba sebuah ledakan besar menghancurkan gedung dimana bank data ingatan berada.
Melihat ini Zen menepiskan tangan Eiji yang masih kesakitan dan mulai berlari menuju kearah gedung tersebut. Zen terus masuk hingga menemui Seijirou-san.
"Apa yang sedang terjadi?" tanya Zen.
"Pria itu mencoba melarikan diri, dan saat akan tertangkap dia mengeluarkan suatu benda dan setelah dia menekannya bangunan ini meledak." Kata pria itu.
Zen yang melihat kejadian tersebut sangat prihatin, karena banyaknya agen yang gugur karena ledakan tersebut.
"Sial! Evakuasilah orang – orangmu aku yang akan memasuki tempat ini" kata Zen.
"Tapi Zen-kun ini sangat berbahaya" kata pria itu.
"Tenanglah aku akan berhati - hati" kata Zen lalu beranjak dari tempat itu terus masuk kedalam dan tidak menghiraukan pria yang dia ajak bicara tadi yang sedang berteriak kepadanya.
"Cih.. semuanya evakuasi yang terluka dan setelah itu ikuti aku" kata pria itu.
Zen lalu masuh kesebuah ruangan dan mengambil sesuatu dari dalam penyimpanan sistemnya. Saat ini Zen sudah mengambil sebuah rompi anti peluru dan sebuah pistol yang dibuatnya persis seperti yang dia pakai saat didalam game Gun Gale Online.
Zen sudah membuat berbagai macam hal untuk meningkatkan skill creationnya dan sekarang akhirnya dia menggunakan sesuatu yang dia ciptakan saat ini. Zen mulai perlahan berjalan memasuki tempat itu semakin dalam, namun sebuah tembakan langsung menuju kearahnya.
"Ternyata masih ada yang menjaga" kata Zen.
Zen lalu mengeluarkan skill anginnya dan memanipulasi asap disekitarnya untuk menghadang pandangan orang yang menembaknya.
Setelah asap sudah terkumpul Zen mulai maju perlahan dan sudah melihat siluet seseorang berada didalam asapnya. Zen lalu mengangkat pistolnya dan besiap menembak.
"Bang!!" suara tembakan dari pistol Zen yang melenceng dari target dan mengenai lengan orang tersebut.
"Sial ternyata sangat berbeda saat memainkan sebuah game" kata Zen.
Zen lalu mendekat karena tembakannya meleset dan mulai mengeluarkan skill apinya dan langsung memanggang orang tersebut dan membiarkannya hangus ditempat tersebut dan melanjutkan perjalanannya.
Zen terus memasuki gedung tersebut. Beberapa orang sudah berhasil dia lumpuhkan dengan senjatanya dan skill apinya. Dan akhirnya Zen tiba disebuah pintu besi setelah melumpuhkan pengawal disana.
[Benda itu ada dibalik pintu ini Kak] kata Irene.
"Irene bisakah kau memastikan apakah ruangan didalam ini memiliki ventilasi?" tanya Zen.
[Sabarlah Kak] kata Irene.
Setelah beberapa lama akhirnya Irene menunjukan dimana letak ventilasi ruangan tersebut. Zen mulai melihat ventilasi ruangan tersebut dan mulai kembali memanipulasi asap digedung yang saat ini sedang terbakar.
Zen terus memasukan asap kedalam ruangan tersebut dari ventilasi tersebut, agar orang didalamnya tidak bisa bernafas dan mungkin dapat membuka pintu besi ini, walaupun Zen bisa membukanya dengan skill creationnya.
Jelang beberapa lama, pintu itu terbuka dan beberapa orang yang lemas berusaha secepat mungkin keluar dan menghirup udara segar. Zen tanpa pikir panjang menembak satu persatu orang yang keluar tersebut dan melumpuhkannya dan memasuki ruangan tersebut.
Didalam bisa dilihat beberapa orang sudah pingsan karena kehabisa oksigen, namun seseorang masih tersadar yaitu pria yang dipanggil Zen sebagai penghayal.
"Kamu kira ini akan berakhir Zen?" kata pria tersebut.
Zen melirik kearah pria menjijikan itu, namun dia hiraukan karena saat ini melihat benda yang sangat penting dan sebisa mungkin mengamankannya terlebih dahulu. Zen akhirnya tiba disebuah tabung yang berisi semua data ingatan dan memastikan apakah ada kerusakan dari benda tersebut.
Namun tiba – tiba, sebuah tembakan tepat menembak tabung tersebut dan menyebabkan beberapa konsleting disekitarnya.
"Sial!" kata Zen lalu meraih pistolnya dan menembak tepat kearah pria yang menembak tabung tersebut dan tepat mengenai tubuhnya.
Darah keluar dari tubuh pria tersebut, dan saat ini mulai melemas karena darahnya yang terus keluar.
"Hahahaha.. sekarang kau akan merasakan apa yang kurasakan Zen. Yaitu kehilangan" kata pria tersebut lalu menghembuskan nafas terakhirnya.
Zen lalu kembali kealat tersebut sambil menyuruh Irene memeriksa peralatan tersebut.
"Bagaimana Irene?" tanya Zen.
[Data dari tabung ini akan hilang Kak. Akibat dari konsleting ini, semua ingatan yang berada didalam ini akan menghilang. Cepat gantikan kabel daya yang rusak tersebut] kata Irene.
Zen dengan cepat mengganti sebuah kabel yang rusak mengikuti intruksi dari Irene tersebut.
"Bagaiaman sekarang Irene?" tanya Zen.
[Maafkan Kak, sepertinya data ingatan didalam tabung ini akan menghilang. Metode tadi hanya bisa membuat alat ini bertahan sebentar karena alat ini akan rusak sepenuhnya]