Sinon akhirnya memutuskan berpisah dari Zen dan mulai menjelajahi kota ini sambil memburu player lain yang masih tersisa didalam game ini. Sinon sudah mulai berlari dan menelusuri tepat ini hingga akhirnya sebuah peluru pelumpuh membuat dirinya terkapar.
Sinon saat ini langsung terjatuh dan tidak bisa menggerakan semua badannya bahkan untuk menggerakan kepalanya untuk melihat kearah depan saja sangat susah akibat dari peluru yang membuatnya lumpuh tersebut.
Tiba – tiba sesosok player dengan jubah hitam dengan sebuah topeng tengkorak muncul dihadapannya setelah dia mengnonaktifkan jubah kamuflasenya dan sekarang muncul didepan Sinon.
"Aku tidak menyangka si Prince Beast akan memasuki game ini. Apakah dia akan menunjukan jati dirinya sebagai Beast yang kejam kembali?" kata pria berjubah tersebut.
Sinon sendiri saat ini bingung dengan perkataan orang didepannya ini.
"Mungkin jika aku membunuh wanita ini, dia akan menunjukan jati dirinya sebagai seorang Beast" kata pria tersebut.
Sinon yang mendengar ini mulai ketakutan, namun sebisa mungkin dia tidak panik dan mencoba meraih senjata pistolnya yang berada dibelakang pinggulnya. Namun semua itu sia -sia setelah player didepannya mengeluarkan sebuah pistol yang sama yang membuat dirinya trauma.
"B-Bagaimana p-pistol itu a-ada disini?" gumam Sinon sambil melihat senjata tersebut.
Sedangkan adegan ini sudah tersiar dimanapun, sehingga semua orang sedang menonton adegan dimana pria berjubah hitam ini sedang ingin membunuh Sinon. Adegan ini menjadi pusat perhatian karena beberapa rumor tentang player didepan ini yang katanya bisa membunuh orang yang memainkan karakter didalam game ini.
Tak terkecuali orang yang saat ini menyuruh Zen untuk menyelidiki kasus ini yang saat ini sedang menonton adegan itu diwebsite dari game tersebut.
Sinon sendiri saat ini sudah gemetar dengan air mata sudah berada diujung matanya. Bahkan tubuh asli Sinon mulai berkeringat saat ini yang sedang berada didalam kamar apartemennya.
"Jadi matilah" kata player berjubah hitam tersebut sambil menodongkan pistolnya kearah Sinon.
"A-Apakah aku akan mati?" gumam Sinon dalam hatinya yang saat ini mulai ketakutan.
"Zen!" gumam Sinon sambil menutup matanya.
Lalu sebuah tembakan langsung menembus tubuh Sinon yang saat itu masih terbaring ditempat itu. Namun anehnya karakter Sinon tidak menghilang seperti yang direncanakan oleh pria yang menembaknya itu.
Namun saat hendak menembak kembali Sinon, player itu mendengar sesuatu.
"Plak, Plak, Plak, Plak" suara tepukan tangan dari seorang player terdengar.
"Wah kau bisa menjadi aktor yang hebat Death Gun atau harus kupanggil Sterben-san atau ZaZa. Yang mana nama panggilanmu yang harus kugunakan?" kata seorang pria menghampiri mereka berdua dengan gaya seorang pembunuh bayaran yang berhasil menjebak targetnya.
Mendengar suara ini, Sinon langsung mengeluarkan air mata dan merasa lega, karena seorang datang menolongnya.
Death Gun sendiri sangat kaget karena kedoknya berhasil terbongkar dan lagi player didepannya tidak terbunuh. Lalu dia langsung ingin menembak Zen, namun sebuah Flashbang sudah berada diantara dirinya dan Sinon.
Ledakan Flashbang tersebut langsung membuat silau kedua player tersebut. Zen sendiri langsung berlari kearah Death Gun dan langsung meraih jubahnya dan melepaskannya dari tubuhnya, namun karena efek Flashbang yang cepat menghilang, Death Gun langsung meraih sebuah tongkat tajam dan mencoba menusuk Zen.
Zen sendiri langsung menghindar dari tusukan tersebut walaupun tangan kanannya tergores sedikit tetapi dia berhasil melepaskan jubah dari player didepannya itu. Namun Death Gun langsung maju kearah Zen dan menyerangnya membabi buta.
"Tau seperti ini, aku membeli Lightsaber" gumam Zen saat dia sekarang tertekan dengan serangan Death Gun.
Zen terus menghindar karena dia tidak mempunyai kesempatan menggunakan pistolnya untuk menyerang player didepannya yang menyerang seperti menggunakan sebuah pedang kepadanya dengan jarak yang sangat dekat.
"Hahahaha, walaupun kau berhasil membongkar kedokku, namun aku akan mengalahkanmu disini" kata Death Gun dengan terus menempel dan menyerang Zen dan membuat Zen tidak mempunyai kesempatan untuk menembak.
"Sial" kata Zen setelah melihat sebuah serangan tepat akan menusuk tubuhnya.
"Bang" terdengar suara tembakan yang menembus kepala dari player yang dilawan Zen.
Lalu player didepan Zenpun terjatuh dan tanda dia telah mati berada dikepalanya, sedangkan sesosok muncul dibalik jatuhnya Death Gun itu, yaitu Sinon yang sudah terlepas dari pelumpuh yang diberikan oleh Death Gun dan menggunakan pistol untuk menembaknya.
"Tembakan yang bagus Sinon-san" kata Zen sambil menunjukan jempolnya kepada Sinon.
Lalu Sinon terduduk ditempat itu masih dengan keadaan yang saat ini gemetar. Zen yang melihat ini langsung datang menghampiri Sinon dan memeluknya.
"Tenanglah Sinon-san" kata Zen.
"A-Aku takut Z-Zen. Dia mengetahui kelemahanku" kata Sinon masih menangis dipelukan Zen.
Lalu Zen sebisa mungkin menenangkan Sinon yang saat ini masih gemetar ketakutan. Akhirnya setelah beberapa saat, Sinon mulai tenang karena pelukan Zen yang membuatnya nyaman tersebut.
"Tapi sebaiknya kita menyelesaikan turnamen ini baru kita melanjutkan pelukan kita Sinon-san, bukankah kau sangat ingin menjuarai turnamen ini" kata Zen mencoba menghibur player didepannya tersebut.
Mendengar ini Sinon langsung melepaskan pelukan Zen dan mulai menyembunyikan perasaan malunya karena tindakannya sebelumnya.
"Baiklah, mulai sekarang kita berpisah dan sekarang kita adalah musuh. Jadi pastikan kamu tidak mati dan kita akan bertemu setelah tinggal kita berdua Zen" kata Sinon yang hendak beranjak dari tempat itu sambil menyembunyikan perasaan malunya.
Zen yang mendengar ini hanya tersenyum dan mulai meninggalkan tempat itu meninggalkan Sinon yang saat ini masih mengambil Snipernya dan mulai bersembunyi.
Turnamen itu akhirnya dilanjutkan, namun disebuah ruangan seorang pria mendapatkan sebuah pesan dari bawahannya yang sedang mengawasi sebuah apartemen dan ada seseorang mencoba masuk kedalam apartemen tersebut dan pria yang mendapatkan laporan tersebut mulai pergi ke apartemen yang dimahsut oleh bawahannya.
Zen sudah membunuh semua player yang masih tersisa diturnamen ini dan sekarang menyisakan dirinya dan Sinon yang dia sudah deteksi sebelumnya berada disebuah bangunan runtuh didepannya.
Sinon sendiri tidak tinggal diam, dia saat ini sudah menunggu Zen karena sudah melihat lokasinya juga sebelumnya. Dengan tarikan nafas Sinon mulai fokus dan terus mengawasi tempat didepannya menggunakan kekerannya.
Lalu dia melihat sebuah siluet player muncul dan dia langsung membidiknya dan melepaskan tembakannya tepat mengarah player tersebut. Zen terkejut dengan sebuah tanda merah muncul tepat dikepalanya dan langsung menghindar secepat mungkin.
"Cih.." kata Sinon yang melihat tembakannya berhasil dihindari.
Zen sendiri saat ini sudah mengetahui letak dari Sinon dan langsung mengeker kearah Sinon. Sinon melihat ini tidak tinggal diam dan langsung mengeker balik dan mereka berdua mulai menembak secara bersamaan.
Sialnya, senjata Zen kurang bagus dibandingkan senjata Sinon dan menyebabkan peluru Sinon langsung menghancurkan senjatanya dan peluru Zen berhasil mendarat tepat dibahu Sinon karena melenceng terkena hentakan peluru Sinon. Lalu Zen mengeluarkan smoke grenadenya dan melemparkan tepat didepan Sinon.
Sinon yang melihat asap ini langsung mempersiapkan pistolnya karena dia tahu Zen akan datang dari belakangnya seperti saat pertandingan dia sebelumnya. Sinon terus mengawasi belakangnya sampai asap dari smoke grenade Zen telah menghilang.
Namun dari balik asap tersebut muncul sesosok siluet yang membawa sebuah pistol silincer langsung menodongkan pistolnya tepat dibelakang kepala Sinon yang masih fokus menjaga bagian belakangnya yang dia kira Zen akan datang dari sana.
"Aku yang menang Sinon-san" kata Zen sambil hendak menembakan Pistol tersebut kearah kepala Sinon.
Sinon sendiri hanya tersenyum dan...
"BOOOOOMMMMMM!"