"Bagaimana keadaan badanmu? Apa merasakan tanda-tanda alergi makanan laut?"
Bella tengah mengingat pertanyaan Elon beberapa saat setelah melihat matahari terbenam dan berjalan menuju kabin, untuk menikmati makan malam.
"Sepertinya tidak," jawab Bella menunjukkan kedua lengannya yang putih mulus dengan menggulung lengan jaket yang dikenakannya.
"Baguslah. Kalau begitu, kita bisa makan malam dengan menu makanan laut lagi."
Setelahnya mereka menikmati makan malam bersama.
Bella masih belum bisa memejamkan matanya, setelah beberapa menit berlalu, sejak Elon meninggalkannya sendirian di dalam kamar. Meski lautan terasa tenang, tanpa ombak yang bisa mengguncangkan kapal. Bella merasakan perutnya mual. Sepertinya, baru kali ini Bella menaiki kapal laut dan merasakan mabuk laut. Atau, mungkin saja Bella sudah beberapa kali menaiki kapal laut, dan selalu mengalami mabuk laut?
Apa pun itu, yang pernah dijalaninya di masa lalu, Bella saat ini benar-benar merasakan isi perutnya bergejolak. Tanpa pikir panjang, Bella berlari menuju pintu, membukanya dengan terburu-buru agar tidak memuntahkan isi perutnya di dalam kamar yang sama sekali tidak memiliki toilet yang bisa Bella gunakan untuk memuntahkan apa yang membuatnya mual dari dalam perut.
Bella tidak menemukan siapa pun di luar sana. Udara dingin langsung menerpa wajahnya. Dengan segera, Bella berlari menuju sisi lain kapal, ketika rasa mual itu kembali mendera perutnya. Dan, akhirnya Bella bisa merasa lega setelah memuntahkan isi perutnya ke dalam lautan di bawahnya.
Suara orang memuntahkan sesuatu cukup mengundang perhatian beberapa ABK yang kebetulan sedang bertugas tidak jauh dari tempat Bella berdiri dan memuntahkan isi perutnya yang terasa tidak nyaman. Mereka baru saja selesai memasang jaring di buritan kapal untuk menangkap ikan.
"Anda tidak apa-apa, Nona Bella?" tanya seorang pemuda dari balik punggung Bella.
Galuh dan satu orang rekannya, yang Bella tidak ingat namanya terlihat berjalan menghampirinya.
"Hanya merasakan mabuk laut, kurasa," terang Bella.
Galuh dan temannya lantas membantu Bella menuju kabin. Di dalam kabin mereka dapati Anang dan satu rekannya tengah duduk santai menikmati segelas kopi panas. Masih terjaga.
Anang segera pergi ke pantry dan membuatkan minuman hangat dari jahe dan mint saat mengetahui Bella mengalami mabuk laut. Bella meminumnya perlahan, selagi panas. Seketika perutnya merasa hangat. Rasa dan aroma jahe dan daun mint juga terasa menenangkan tubuh Bella yang sesaat lalu baru saja mengalami mual dan muntah.
Elon menyusul kemudian, saat rekannya yang lain memberitahukannya, jika Bella mengalami mabuk laut. Elon datang dengan membawa obat anti mabuk dan minyak aromaterapi.
"Pakai ini, oleskan di bawah hidung, leher, dan ulu hati, jika kau mengalami mual kembali." Elon menyodorkan minyak aromaterapi dan langsung diterima Bella.
"Aromaterapi bisa membantu mengurangi rasa mual dan tidak nyaman karena mabuk perjalanan," tambah Elon.
Elon kemudian memberikan obat anti mabuk kepada Bella, setelah wanita bule berparas cantik itu telah menghabiskan segelas minuman jahe-mintnya.
Bella meminum obat anti mabuknya dengan dibantu air putih. Tiba-tiba saja Bella menundukkan pandangan setelah berhasil menelan obat anti mabuk. Merasa malu. Karena semua ABK berkumpul di ruangan yang sama, semua pandangan mata tertuju kepadanya. Khawatir, itu yang Bella tangkap dari wajah-wajah para ABK, termasuk Elon, Anang, dan Galuh. Nama ketiga orang ABK lainnya, Bella masih belum hapal.
"Maaf. Malam-malam membuat kegaduhan dan membuat kalian khawatir." Bella merasa wajahnya memanas. Saat ini, pastilah wajahnya terlihat memerah.
Satu-satunya penumpang wanita di atas kapal, di malam pertamanya sudah membuat seluruh ABK turun tangan untuk membantunya mengatasi mual. Sungguh memalukan, bukan?
Elon lantas mengantar Bella kembali ke kamarnya. Sebelum itu, Elon membawa Bella ke bagian samping kapal, menemaninya menghirup udara segar.
"Maaf." Ucapan Elon membuat Bella yang tengah menikmati langit malam yang cerah, bertabur bintang, menoleh ke arahnya.
"Minta maaf untuk apa? Aku yang seharusnya minta maaf. Belum juga dua puluh empat jam aku di kapal ini. Sudah dua kali membuat kalian khawatir."
Elon tersenyum kecil. "Kamarmu mungkin terlalu kecil, sehingga membuatmu merasa mual," terang Elon.
Bella menggeleng. "Tidak juga. Aku rasa mungkin memang punya riwayat mabuk laut." Bella merasa perlu meluruskan kesalahpahaman Elon, karena insiden malam tadi.
Bella sudah merepotkan Elon beberapa kali di hari ini. Tidak ingin membuat pemuda itu merasa bersalah, karena memberinya kamar yang kecil. Bella bersikeras mual yang dialaminya, murni karena mabuk laut, dan bukan karena kamarnya yang kecil.
Elon mengalah, berdebat dengan Bella tentang siapa yang salah ternyata tidak akan selesai malam itu juga, jika Elon bersikeras, dan Bella pun enggan mengalah.
"Kembalilah ke kamar, untuk beristirahat. Dan cobalah untuk tidur malam ini," ujar Elon saat mendapati Bella menguap setelah perdebatan agak panjang.
Bella menurut, dan mereka kembali ke kabin tempat kamar Bella berada.
"Aku tadi mencari-carimu, saat pertama kali merasa mual, tapi tidak ada." Bella ingat pesan Elon sebelum meninggalkannya di dalam kamarnya sendirian.
Jika Bella membutuhkan sesuatu, Elon ada di ruangan sebelah. Kini Bella mempertanyakan keberadaan Elon yang tidak ada di ruangan yang dimaksud.
"Maaf, aku harus memenuhi panggilan alam." Elon memasang wajah bersalahnya.
"Oh." Bella kehabisan kata-kata. Bergantian, Bella kini yang merasa bersalah.
"Tidurlah yang nyenyak." Elon berucap terakhir kali sebelum meninggalkan Bella di kamarnya kembali.
Bella untuk kali ini berusaha untuk membuat dirinya nyaman dan tertidur. Memejamkan mata dan beristirahat.
Entah pengaruh obat anti mabuk yang telah diminum Bella beberapa saat lalu, ataukah rasa lelah yang Bella rasakan di tubuhnya, hingga Bella bisa tertidur pulas di malam pertamanya di kapal nelayan.
Suara deburan ombak di luar, juga deru angin malam di atas lautan, bak meninabobokan Bella ke dalam alam bawah sadarnya dan tertidur nyenyak. Hanya di atas ranjang kecil yang sederhana, namun cukup empuk dan nyaman.
*
Ribuan kilo meter jauhnya dari tempat Bella berada.
Seorang wanita paruh baya, berbaring di atas ranjang king size. Tampak gelisah, dan kesulitan untuk memejamkan matanya. Berkali-kali mengubah posisi tidurnya, agar bisa tertidur. Namun, rasa kantuk belum juga datang mendera.
Wanita itu lantas memutuskan untuk beranjak dari ranjangnya yang empuk dan nyaman, meski tidak bisa membuatnya memejamkan mata untuk beristirahat. Turun perlahan kemudian membuka kotak obat miliknya. Mengambil obat tidur yang selama beberapa hari terakhir harus dikonsumsi wanita itu, agar bisa tidur dan beristirahat di malam hari.
Dadanya merasa sesak sejak siang. Ada perasaan tidak nyaman yang tiba-tiba menghantuinya. Sejak pertama kali wanita paruh baya itu mendapatkan berita terbaru tentang keponakannya. Anak perempuan satu-satunya dari kakak suaminya, saudara seayah, beda ibu.