webnovel

Your Presence

Ketika fisik sudah tidak mampu untuk bertahan lagi, harapan terakhir agar diri tak menggila hanyalah pada batin dan akal sehat. Namun, bagaimana jika akal sehat sudah mulai tak bisa diajak untuk berkompromi lagi? Adit, sebagai contoh dari sekian anak yang merasa kurang beruntung akibat menjadi korban dalam kekerasan rumah tangga orang tuanya. Menjadi sasaran empuk kala sang Ayah dan Ibu tengah lelah karena perkerjaan mereka, bahkan membuat Adit sudah sangat lelah untuk terus bertahan di dunia yang begitu kejam untuknya. Nurani sudah menghilang, batin pun mulai berbisik agar enyah dari dunia yang kejam ini. Mengakhiri hidup mungkin, menjadi akhir kisah Adit yang begitu kelam. Agar ia bisa lepas dari kedua orang tua nya yang tak menginginkannya untuk terlahir ke dunia ini. Namun .... "Kalo mau bunuh diri jangan di sini, Aa ganteng!" Suara khas sang gadis yang terus menggema, mengganggu pikiran Adit hingga akal sehatnya perlahan kembali membaik. "Siapa dia? Mengapa aku selalu memikirkannya?" Akankah, Tuhan mempertemukan Adit dengan gadis yang berhasil mencegah dirinya untuk mengakhiri hidupnya itu? Atau, kah sebaliknya? Apakah Adit akan mendapatkan kebahagiaan yang tak pernah ia rasakan sejak berusia 5 tahun hingga sekarang?

AQUELLA_0803 · Urbano
Classificações insuficientes
278 Chs

Keluarga yang Saling Menyayangi Satu Sama Lainnya.

Tiga hari berlalu,

Ervin masih saja menjadi anak laki-laki pendiam. Kehilangan Putri, seperti kehilangan separuh hidupnya. Ervin tidak ceria lagi, seperti dulu. Ia lebih banyak mengurung diri di dalam kamar, sang kembaran juga setia menemani Ervin agar tidak kesepian.

"Ervin, kita video call Opa yuk. Kangen tau," ujar Ersya.

Ervin hanya menganggukkan kepalanya dan Ersya langsung mengambil laptop yang ada di dalam kamar, Ervin. Ia langsung menekan nomor sang kakek, dan mereka menunggu video call diangkat oleh Adit.

"Opa lagi kerja, apa dia bakal angkat video call kita?" Tanya Ervin.

"Pasti," balas Ersya.

Lima menit berlalu video call juga tak diangkat. Ersya murung dan meletakkan laptop menjauh darinya. Ervin yang melihatnya langsung mengusap rambut sang kembaran.

"Opa lagi kerja, Ersya. Makanya gak angkat panggilan dari kita. Kamu sih mau nelpon Opa di jam kerja, nanti jam makan siang baru tel--,"

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com