webnovel

14. Ranjang Pubertas

Warning! Bab ini mengandung adegan dewasa yang tidak cocok dibaca oleh pembaca di bawah. Harap lompat pada bab selanjutnya jika kamu bukan pembaca 17+.

---

Halaman 14, Buku Harian Balerina.

Dan pada akhirnya kesalahan yang terus berulang, lama-kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan. Di mana kebiasaan itu akan menjadi sebuah cara baru untuk menghilangkan bosan yang melanda.

--- Isam dan Lyne ---

Cumbu mesra itu mendatangkan sedikit kekhawatiran di dalam diri Lyne, pasalnya dia sedang berada di rumahnya. Tidak seperti saat dia berkunjung ke rumah Isam malam itu. Gadis itu tidak akan pernah bisa mengatur semuanya Jika dia sudah tertangkap basah oleh mamanya membawa seorang pemuda laki-laki datang dan masuk ke dalam kamarnya. Mereka bahkan menutup pintunya rapat-rapat.

Akan tetapi,. Ciuman itu pada akhirnya membawa ketenangan di dalam hatinya. Mendalami fakta bahwa apapun yang menjadi masa Isam tidak akan pernah mengubah apapun di masa depan. Faktanya bahwa Lyne Wasundari adalah kekasihnya yang sah mengalahkan semua mantan kekasih yang pernah dia miliki.

Sejenak Isam melepaskan ciumannya, mengusap sisi wajah Lyne penuh kasih sayang, menempatkan tangan gadis itu melingkar di lehernya.

"Isam, aku pengen tanya ...."

Isam menempelkan jari telunjuk di atas permukaan bibir tipis milik Lyne, itu indah dan itu menggoda pada akhirnya. Pertahanan yang dia bangun selama ini sebagai seorang laki-laki hancur sejak malam itu. Menjamah tubuh Lyne, berhubungan intim layaknya sepasang pengantin baru.

"Tolong jangan tanya apapun, Lyn." Dia menyahut, menggelengkan kepalanya. "Aku hanya ingin ... bersamamu siang ini," ucapnya. Sepasang mata itu akhirnya ikut berbicara.

Lyne tersenyum tipis, perlahan-lahan. Senyum itu semakin jelas begitu ucapan ujung jari jemari sang kekasih mengenai pelipisnya.

"Bolehkah aku yang memimpin?" Tiba-tiba saja gadis itu mengatakan kalimat yang begitu rancu untuk dipahami.

Isam diam. "Menjadi pimpinan untuk apa?" tanyanya dengan lirih.

"Mempraktekkan semua pelajaran yang kamu berikan kemarin malam. Tentang bagaimana ...." Dia menyentuh sisi wajah kekasihnya, jari jemarinya bermain dengan begitu lembut di sana. Membalas apa yang diberikan Isam padanya. "Caranya menyentuh dan melakukan kontak fisik untuk memulai sesuatu yang lebih bergairah, seperti yang kamu bisikan kemarin."

Isam menatapnya dari dekat. Perlahan-lahan dia mulai menjatuhkan tubuh sang kekasih di atas ranjang. Sumpah demi apapun, kalau posisi mereka mendukung segalanya. Di atas ranjang dengan Lyne yang hanya menggunakan dalaman saja.

Tangan kanan Lyne mulai bergerak menyusuri garis rahang kekasihnya yang kini mulai menindih tubuhnya dari atas. "Kamu tahu apa yang paling aku?" Dia lagi-lagi berbisik. "Kamu ternyata tidak sepolos yang aku pikirkan."

Isam tersipu malu setelah mendengarnya.

"Bagaimana?" tanyanya. Kembali pada pembicaraan yang awal.

Isam menganggukan kepalanya kemudian. "Kamu boleh mempraktekkan semua yang aku ajarkan kemarin."

Gadis itu menarik tubuh Sang kekasih sebelum dia menciumnya dengan penuh semangat dan gairah. Membalikan keadaan, mengikuti naluri hatinya yang diterjemahkan oleh bahasa tubuhnya sekarang bahwa dia yang memimpin permainan kali ini.

Lyne berada di atasnya, mencium kekasihnya dengan mengecap sesekali menciptakan gelombang panas yang menyerbu begitu bibirnya mulai 'menghabisi' bibir Isam.

Ternyata dia jauh lebih lincah dari dugaannya.

Pemuda itu membalas semua yang diberikan padanya dengan begitu pantas. Membuat gerakan menghisap dan menggigit bibir lawan, decapan halus dan desahan penuh semangat, kini mulai merajalela di ruangan.

Satu persatu kancing baju pemuda itu dilepas, baju yang menutupi dada bidangnya kini di lempar sembarang asal, bersama dengan milik Lyne.

"Isam, kamu tahu ..." Dia berucap di sela-sela kenikmatan sentuhan dan ciuman yang diberikan sang kekasih. "Aku benar-benar menyukai kulit dan tubuh kamu, itu sempurna!" katanya, ujung jari jemarinya mengusap lembut dada bidang dengan perut kotak-kotak idaman para perempuan.

Usapan di dada Isam bersama dengan remasan di bokong Lyne membuat kenikmatan mulai menghantarkan keduanya pada kegilaan yang jauh luar biasa. Isam memandangi payudara milik Lyne yang begitu cantik dengan kulit putih bersih tanpa noda. Kini jari jemarinya mengagumi lekukannya tak henti-hentinya.

Lyne kembali menciumi Isam, sesuai dengan janji, Isam menjadi guru yang hanya diam melihat muridnya memperagakan apa yang diajarkan padanya kemarin. Hanya saja tangannya yang tidak bisa diam, menjamah tubuh Lyne sana sini, menyentuh semua bagian yang membuat desahan klimaks semakin menjadi-jadi.

Lyne menjiplak habis semua yang Isam lakukan padanya kemarin. Mencumbu mesra, memberi sentuhan di bagian vital, mengagumi tubuhnya dari atas ke bawah, dan menelanjanginya satu persatu. Menyerahkan tubuhnya pada Isam untuk yang kedua kalinya.

"Lyne ...." Suara Isam terdengar serak, Isam berusaha untuk menarik Lyne naik ke atas, tetapi dia bermain dengan 'miliknya' di bawah sana, membuat Isam mengeram rendah. Menggeliat kecil kala Lyne brutal dengan aksinya.

"Lihatlah ..." Lyne menghentikan aktivitas, melirik Isam yang lemah di sana, menahannya adalah hal yang sulit. "Aku murid yang pandai, menangkap semuanya dengan baik, menjiplaknya."

Mendengar itu, Isam meringis, memejamkan matanya kala Lyne merangkak di atas tubuhnya.

"Ayo rayakan," bisik Lyne di telinga Isam.

Ya, pada akhirnya, puncak dari segala 'jilpkan' yang dilakukan Lyne, inilah keberaniannya. Memberikan tubuh dan keperawanan pada Isam tanpa status pernikahan.

Lynr menggerakkan tubuhnya perlahan-lahan, mendesahkan nama Isam di sela-selanya. Lambat laun gerakan itu menjadi cepat dan konstan. Membuat Isam melayang, bak terbang di tengah bintang-bintang.

Dia menarik tubuh Lyne, decapan itu memenuhi ruangan. Semakin nyata terasa, semakin cepat gerakannya.

"Lyne ..." Isam melirih, menarik tubuh Lyne memeluk dirinya dengan erat. Kuku jari Lyne tak sengaja menggores sisi lengan Isam, membuat sayatan kecil di sana. Darah yang keluar, diabaikan. Lyne pun begitu.

Pelukan mereka semakin erat, seiring dengan gerakan yang semakin brutal, menggoyangkan tubuhnya naik turun seiring dengan permintaan Islam yang secara tidak langsung, memberikan kode padanya dengan meremas bokong dan memberi tekanan di bawah sana.

"Argh~" Isam mengerang, hebat rasanya. Luar biasa saat puncak klimaks datang.

Keduanya memperat pelukan, merasakan dan bersiap-siap sebab seperti ada yang mau meledak di dalam sana. Isam beberapa kali menghentakkan 'kepemilikannya' sampai tenggelam dengan sempurna di dalam sana. Berusaha untuk memuaskan semuanya sekaligus.

Lyne mengerang pelan, sesekali mendesah juga merintih kesakitan. Kenikmatan ini tidak pernah dia rasakan jika tidak bersama Isam. Lyne benar-benar menyukainya!

Lyne mengerang sembari mencengkeram kuat kedua bahu sang kekasih, menenggelamkan wajahnya di sisi wajah Isam yang memandang langit-langit ruangan. Peluh keringat membasahi tubuh mereka, ketegangan mulai cair ketika sesuatu 'meledak' di dalam sana.

Perlahan-lahan helaan nafas saling bersahutan satu sama lain, menandakan perjuangan mereka sudah selesai.

Isam menatap Lyne, gadis itu nampak lelah dengan wajah memerah penuh keringat. "Lyne ..." Dia memanggilnya, seraya mengusap keringat itu dengan jari jemarinya. "Aku ingin mengakui sesuatu ...."

Lyne tersenyum tipis. "Kamu mencintaiku?"

"Kamu sudah menebak itu?" sahurnya, tertawa kecil.

Lyne jatuh di atas dadanya. "Kamu mengatakan itu kemarin setelah kita bercinta."

... To be continued ....