"Oiya ya Rin, kenapa aku nggak kepikiran dari tadi ya? Haddeh ... payah sekali aku ini," sahut Nadia sambil memegang keningnya sendiri.
"Habis kuliah saja nanti beli di konter depan," tambah Nadia.
"Iya Nad, semoga saja nggak ada apa-apa di rumahmu Nad," kata Arini sebelum meminum es jeruk pesanannya.
"Aamiin ...," sahut Nadia.
"Aku sebenarnya juga mau cerita sesuatu sama kamu," kata Nadia.
"Ouh ... cerita, soal?" tanya Arini.
"Soal Mas Huda," jawab Nadia.
"Oke oke. Bagaimana Nad?" sahut Arini yang begitu terdengar bersemangat mendengarkan curhat sahabatnya.
"Emm ... jadi, kemarin siang Mas Huda sudah bilang terus terang Rin. Katanya, dia ingin serius sama aku," kata Nadia.
"Waah ... terus-terus?" tanya Arini yang semakin fokus mendengarkan.
"Emm ... ya ... aku tentu saja butuh waktu. Aku nggak bisa langsung jawab begitu saja," sahut Nadia.
"Oh ... aku tahu. Jadi, itu artinya kamu masih galau nih? Mau diterima, apa ditolak?" tanya Arini.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com