"Ngomong ama kamu ini Des ... Des. Kamu pikir namanya orang nikah emang semudah membalikkan telapak tangan begitu apa?" sahut Huda tampak kurang percaya pada diri sendiri.
"Ya bukan begitu Mas Huda. Kalian berdua kan pacaran sudah cukup lama? Daripada kebanyaka dosa hanyo? Mending segera saja cari ijab sah. He ... he," ucap Desi.
"Ya ... kalau aku sih dengan sangat senang hati. Tapi aku juga sadar diri Des. Bagaimana keadaanku. Bagaimana nanti keluarga Nadia jika harus menerima aku sebagai keluarga baru mereka. Meski sudah menyerahkan semuanya kepada Allah semata, tapi ya namanya manusia biasa, wajar kan kalau tetap saja ada yang namanya rasa was-was, kurang percaya diri dan lain sebagainya yang tentu membuat keyakinan itu berkurang dengan sendirinya," kata Huda dengan raut wajah yang kurang cerah.
Desi jadi sedikit bingung sendiri kini mau menyahut apa setelah mendengar curhatan Mas Huda yang dalam barusan.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com