webnovel

Women Falls

Joe Echart yang mencoba jadi penyembuh buat Jea La Epione dari ilusi dan trauma masa kecil yang di alaminya. tapi bagaimana cara Joe mengeluarkan Jea dari lumpur yang Jea buat sendiri? ps; cerita ini sebagian true story. Agak berat jadi di sarankan yang baca di atas 17 tahun ya.. banyak edukasi tentang perempuan, kekerasan dan seks. silahkan vote bagi yang sudah baca

ooh_yektishii · Urbano
Classificações insuficientes
5 Chs

4. Perjalanan apa

Semburat jingga melintang di tepian langit. seolah garis cakrawala sedang membuat batasan di sore hari. Seperti burung yang mulai bergeromtbol pulang ke sarang, Joe melakukan hal yang sama.

Alas kaki hitam mengkilapnya menelusuri setapak kasar dengan perlahan. Bersiul lirih senantiasa melirik waktu tiba bus selanjutnya. Tak terduga, degup jantung Joe mulai cepat kala dia berhenti di sebuah halte. Pria itu bercermin di layar ponsel,merapikan sedikit ujung rambutnya yang tertiup angin dan menggulung lengan kemeja yang mulai kusut. Penampilanya lumayan buruk untuk pertemuan tidak sengaja dengan teman barunya,Jeya La Epion.

Langit semakin gelap, bus pun sudah datang yang langsung di terobos barisan orang-orang tak sabaran yang ingin kembali ke peraduan bantal dan selimut hangat. Di antara semua itu, Jeya tak kunjung terlihat juga. Ini mungkin bukan waktunya takdir mempertemukan mereka kembali. Joe sedikit sedih, namun pria itu tetap menaiki bus, menumpangi salah satu kursi yang kosong.

Tatapanya lurus ke arah jendela. Menelisik jalanann padat yang menggelap di terpa malam. Malam ini Joe ingin makan mie pedas saja. Vallen pergi keluar kota dan akan kembali lusa.

"Takdir selalu membawa penguntit."

Joe melepas atensinya dari jalanan. Menatap pada sumber suara yang barusan berhasil mengusiknya. Gadis itu tersenyum pendek. Mengelap kursi penumpang dengan tisu basah yang entah di keluarkan sejak kapan lalu duduk begitu saja dengan tenang.

"Aku boleh duduk disebelahmu kan? Teman baru."

Bumi Joe seolah di putar ke segala arah. Pria itu tersenyum lebar. "Sesuai keinginanmu,Teman baru "

Sesuatu menggelitik hati Joe. disepanjang jalanan tanpa percakapan ini. Ada gemuruh penasaran dari sisi Joe Ecarth.

Setiap hari mungkin berjalan seperti biasa bagi kebanyakan orang. Namum kamis ini berbeda bagi Joe. Laporannya di kantor selesai sesuai tenggat waktu. Jam pulang kerja yang biasa berakhir agak malam kini bisa Joe akhiri pada sore hari. Dan tentunya, satu bis dengan Jeya. Meski gadis yang tengah memangdang lurus ke depan ini hanya diam saja, Joe merasa lega.

Entah karena apa tapi Joe merasa segala masalah rumit akan pergi mulai hari ini.

"Kamu suka membaca novel romansa?" tanya Joe mulai membuka suara. Keheningan bus dan gadis itu membuatnya tercekik.

"Ini bukan novel romansa." Kata Jea, menodongkan sampul novel hitam bergambar gunungan potong kepala tanpa tubuh.

Seketika Joe berjengit. Memamerkan sederet giginya,Joe mencoba mengangguk gugup.

"O-ooh. Ku kira kebanyakan gadis suka novel percintaan."

"Cerita di dalam novel romansa terlalu bagus untuk di jadikan realita."

"Memang realita menurutmu itu seperti apa?"

Gadis itu hening sebentar sembari menatap ujung lututnya sebelum menjawab; "Realita percintaan itu seperti menusuk ribuan kali hingga bernanah. Sedikit kata maaf dan sayatan. Tidak akan ada keberhasilan dalam bercinta. Semua omong kosong dan tindakan bodoh hanya membuang waktu. Selalu akan ada tangisan, lalu mereka akan berpelukan, tertawa dan saling melukai lagi. sangat bodoh!"

Joe terhenyak. Perincian tentang cinta menurut Jeya sangat tidak bagus. Seolah, Jeya adalah korban dari cinta yang tidak terbentuk dengan baik. Hubungan yang menyebabkan gadis itu menjadi pembenci dan busuk.

Dalam sisa perjalanan pun, tidak ada lagi perbincangan yang terjadi selain kata sampai bertemu kembali.