webnovel

WITCH'S LOVE

-Selesai- Sebuah pertemuan yang tidak pernah diduga terjadi, Amara Iris, seorang Penyihir yang terjebak selama ratusan tahun di rawa kematian bertemu dengan Thomas Phyla, Pangeran dari Kerajaan Megalima yang terbuang dari tahta dan dikutuk oleh Penyihir Putih. Iris awalnya hanya memanfaatkan Thomas agar bisa keluar dari rawa kematian, tapi melihat penderitaan Thomas dengan kutukannya, ia bertekad untuk membantu sang Pangeran untuk mematahkan kutukan Penyihir Putih dan mempertahankan laki-laki itu di sisinya sebagai Pasangan jiwa. Karena kutukan Penyihir Putih, Thomas selalu berjalan mendekati kematian, ia sekarat dan berkali-kali hampir mati. Keadaan menjadi kacau dengan kemunculan Morgan Lloyd, manusia serigala yang diyakini telah membantai packnya, laki-laki itu dengan seenaknya menjadikan Iris sebagai pasangan sehidup sematinya, membuat Iris kebingungan. Apa yang akan dilakukan oleh Iris? Akankah ia tetap bersama Thomas sampai akhir dan membantunya mematahkan kutukan dari Penyihir putih atau pergi bersama Morgan sebagai kekasih dari sang serigala? "Selama kita terhubung, kamu adalah milikku!" Iris. "Apa pun yang terjadi aku tidak akan pergi darimu." Thomas. "Kita harus bersama, kau adalah pasanganku, jangan melirik laki-laki lain!" Morgan. Pilihan manakah yang akan Iris pilih? Petualangan penuh pengorbanan, kehangatan, keromantisan dan pertumpahan darah segera dimulai! Ig : Winart12

Winart12 · Fantasia
Classificações insuficientes
517 Chs

Ilusi dan Ingatan 2

Thomas diam tidak menyahut, matanya menyorot dengan dingin, ia tidak tahu sebanyak apa ilusi yang bisa diciptakan oleh wanita ular di depannya ini, semua yang ada di hadapannya ini tidak nyata, semua ini adalah ilusi, ia berdiri dengan tubuhnya yang saat ini, dengan kakinya yang panjang, dengan punggung tegapnya, dan ketika ia menggerakkan tangan semuanya terasa baik-baik saja, mungkin juga adalah sebuah ilusi.

Ilusi yang diciptakan untuk menjebaknya, terperangkap dan tidak akan pernah bisa kembali.

Wanita ular itu menyeringai, ia merendahkan tubuhnya dan menatap ke bawah dengan pandangan mencemooh. Luka di punggungnya perlahan-lahan menutup.

Thomas mendongak, ia tidak bisa diam lebih lama lagi, mungkin saja saat ini raga aslinya tidak dalam keadaan baik-baik saja, ia harus segera keluar dari ilusi ini.

"Oh? Apa kau takut?" Wanita itu mengejek sambil berkacak pinggang, ia merasa di atas angin.

Laki-laki itu mendengus, ia berlari dan dengan cepat melompat ke arah wanita itu, menebas dengan pedangnya.

"Beraninya kau melawan wanita!" Wanita itu melompat dan menendang Thomas hingga laki-laki itu jatuh terjungkal, buru-buru ia mengambil pedangnya dan berdiri.

Namun, yang di dapatinya adalah ruang hampa lagi, putih dan kosong.

"Ck, jangan mempermainkan aku!" Teriak Thomas dengan emosi, ia menoleh ke kanan dan ke kiri dengan waspada, suara tawa menggaung dari kejauhan.

Lantai yang ia pijak terasa sangat panas, perlahan-lahan berubah menjadi sebuah batu-batu kerikil yang di tumpuk sebagai jalan, Thomas mendongak, ia berada di atas sebuah panggung yang terbuat dari papan kayu yang besar, tubuhnya tiba-tiba terikat kuat dengan tali tambang, lonceng bergema di belakangnya beberapa kali, suara derap langkah sepatu kulit datang mendekat.

Di depannya saat ini adalah rakyat Megalima, berbagai ras berkumpul dan menatapnya balik dengan beragam ekspresi.

"Thomas Phyla, kau dihukum karena telah melakukan pemberontakan terhadap Yang Mulia Ratu." Suara keras Orc berpakaian prajurit terdengar, Thomas menoleh, di dekatnya Orc dengan senjata menghiasi pinggangnya menatapnya dengan pandangan aneh.

Ini adalah ingatannya pada saat ia di eksekusi oleh penyihir putih.

Thomas terbatuk, darah segar keluar dari mulutnya. Ia melirik tiang kayu, di sana ada dua orang prajurit setianya tewas dengan tubuh di gantung terbalik, tanpa kepala.

Ia menelan ludah, entah di mana kepala prajuritnya itu, ia tidak tahu, ia memejamkan matanya sambil menarik napas panjang, walau pun ini adalah ilusi tetapi semuanya terasa begitu nyata, rasa sakit yang bergejolak di dadanya, rasa panas yang membara di bawah kakinya dan betapa mengerikannya tatapan rakyat Megalima terhadapnya, mereka semua menatap dengan penuh kebencian, seolah menyalahkan kekalahan dirinya yang membuat rakyat Megalima berada dalam jurang takdir kesengsaraan yang begitu dalam.

Ratu Valerie datang dengan senyum sumringah di wajahnya, ia memakai jubah berwarna putih keemasan, rambutnya ditata sedemikian rupa, menyesuaikan bentuk mahkotanya yang bertahtakan berlian, sepatu kacanya menapak lantai kayu dengan pelan, mengkilat terkena cahaya.

Di belakangnya seorang laki-laki tinggi berambut putih panjang, ia memakai baju jubah putih. Raut wajahnya terlihat tidak bersahabat, mulutnya terkatup dengan rapat.

"Atas dasar perintah Yang Mulia Ratu, Thomas Phyla dijatuhi hukuman putih, untuk mengenang segala perbuatan keji dan jahatnya dia diberikan penderitaan sebelum mati."

Penyihir putih mendekat, sambil bergumam ia menggores telapak tangannya dengan belati dari pinggangnya, meletakkannya di dahi Thomas.

"Jangan!" Thomas memberontak, ia mundur namun segera di tangkap oleh prajurit di belakangnya dan memegang kepalanya. "Aku bilang jangan!"

Rambutnya di jambak, memaksanya untuk mendongak, Thomas memejamkan matanya, ia harus keluar dari ilusi ini, wanita ular itu tidak boleh mempermainkan ingatannya seperti ini, laki-laki itu berpikir keras bagaimana caranya agar ia bisa keluar dari situasi ini, dahinya di tekan, terasa sangat panas membara, nyeri hebat menyerang kepala sampai ke punggungnya, kuku-kukunya menggaruk lantai, rasanya sangat sakit seakan-akan jiwanya disedot paksa, seperti akan mati.

Thomas terbelalak, membuka mulutnya dan ia menggigit lidahnya dengan keras, membuat darah langsung mengucur keluar dari mulutnya.

"Apa yang kau lakukan!" Wanita ular itu tiba-tiba muncul di hadapannya, ilusi tentang eksekusi penyihir putih lenyap seketika, tangannya menampar Thomas dengan keras.

Laki-laki itu memegangi pipinya, darah di mulutnya tidak berhenti keluar. Wanita ular di depannya itu mendesah frustasi. Ia adalah roh batu milik Elf tanah, ia sengaja disebar untuk melakukan tugasnya. Yang ia tahu setiap ada orang yang terkena kutukan penyihir putih ia pastilah orang berhati busuk dan telah melakukan kejahatan kejam, tugasnya hanyalah membuat ilusi agar setiap orang yang terkena kutukan penyihir putih bertobat, tapi yang didapatinya adalah orang yang di depannya ini sangat keras kepala, berniat membunuhnya dan menusuknya dengan belati, sekarang berniat membunuh dirinya sendiri dengan menggigit lidahnya.

Thomas menatapnya dengan pandangan bertanya, bingung.

"Sebenarnya kau tidak melakukan kejahatan, 'kan?" Wanita ular itu berjongkok, ia membuka mulut Thomas dan menjejalkan tangannya ke mulut laki-laki itu, perlahan-lahan luka akibat gigitan itu menghilang.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi di dunia luar, tapi bagaimana mungkin penyihir putih mengutuk orang yang tidak melakukan kejahatan?"

Wanita ular memandangi Thomas dengan lekat, ia menciptakan ilusi berdasarkan ingatan yang ada di dalam kepala Thomas, ia mengerutkan kening, laki-laki di hadapannya ini terlalu menyedihkan.

"Berikan batunya," ucap Thomas tanpa basa-basi, wanita itu memutar bola matanya bosan, ia mendengus.

"Oke. Akan kuberikan." Ia memegang dagu Thomas dan tersenyum. "Aku ingin kau menyampaikan pesan pada kekasihmu." Bibir wanita itu bergerak, mengucapkan beberapa patah kata, setelah itu tubuhnya perlahan-lahan bersinar terang, menyilaukan mata.

Di sisi lain, Iris mendengar suara ledakan, ia menoleh dan mendapati tubuh ular putih yang tadinya diam melingkar kini hancur berkeping-keping.

"Tomy!" Iris berseru, mengabaikan gadis kecil di hadapannya, itu dan langsung berlari ke arah anak kecil yang berdiri diantara kulit-kulit ular yang berserakan. Morgan terperangah, ia segera melompat mendekat.

Thomas mengerjap-ngerjapkan matanya, ia dapat melihat dengan jelas sekitarnya, ia melirik tangan dan kakinya, ia mengecil kembali, ia menghela napas panjang.

"Tomy, kau baik-baik saja?" Iris memeluknya dengan erat, menepuk-nepuk punggungnya, ia mendongak dan mellihat Morgan terkekeh padanya. "Bocah, kau bisa melihat lagi."

Iris melepas pelukannya dan menangkup wajah Thomas, ia tertawa dengan pelan, seperti seorang ibu yang baru saja melihat tumbuh kembang anaknya. "Kau melihat lagi!"

Thomas melihat pantulan dirinya, matanya kembali berwarna biru jernih, sedangkan rambutnya tetap berwarna putih.

Minu mendekat ke arah pasangan jiwanya yang menatap itu sambil bersedekap, bibirnya maju beberapa senti, keningnya berkerut pertanda tidak suka.

"Ada apa? Bukankah dia layak mendapatkannya?" Tanya Minu sambil duduk di sampingnya, ular-ular kecil mendekat ke arah mereka. Gadis ular itu berdecak, ia mengigiti kukunya.

"Aku iri," sahutnya sambil menatap Iris bersama Thomas dan Morgan, mereka bertiga terlihat seperti keluarga yang akur. "Bagaimana bisa, dia punya dua pasangan jiwa?"

Minu menoleh dan langsung menatap mereka bertiga dengan pandangan aneh, ia mendengus. "Itu mustahil."