webnovel

Chapter 3 : I'm Falling Again

Jakarta, Agustus 2014

Arya dan Sefa seringkali berlatih bersama untuk memastikan bahwa mereka semakin memantapkan latihannya, ditambah lagi bahwa mereka berdua seringkali bermain di rumah masing-masing, sampai suatu hari di bulan Agustus ia bertanya kepadanya.

"Hari ini kau berulang tahun, kah?" tanya Arya kepada Sefa yang ternyata diam-diam mengetahui tanggal ulang tahunnya.

"Tidak, ini masih 14 Agustus, perlu tiga hari lagi untuk memastikan bahwa aku masih hidup," kata Sefa yang mengucapkannya sama seperti dengan lelucon.

"Baiklah, aku akan mengetahuinya nanti apa yang terbaik untukmu."

Mereka kemudian mencoba untuk menyelesaikan permainan mereka dan pulang, ketika di jalan pulang, dia melihat ada pertandingan bola kampung dengan para pemain kampung, Arya yang sudah melihat ini di kampungnya itu sangat bosan, sedangkan Sefa ini adalah pertama kalinya ia melihat pertandingan seperti ini.

"Seseru ini, sampai orang-orang tidak melihatnya kemudian!" kata Sefa yang sepertinya terhalangi oleh orang dewasa yang ikut menonton.

Lapangan di tanah coklat, dengan sepatu bola yang membuat gundukan tanah berdebu dan mengurangi pandangannya, sedangkan Sefa dan Arya tetap menikmatinya, itu pasti pertandingan yang sangat menarik, sehingga para penontonnya terus menatapnya dengan antusias.

"Liat deh pemain itu, sepertinya aku mengenalnya, tapi aku tidak tahu dari mana dan bagaimana asalnya? Itu si kiper sama si pertahanan tengah lumayan bagus, menurut lu gimana?" tanya Arya yang menanyai Sefa yang menunjuk dua pemain yang menurutnya sangat-sangat baik.

"Aku setuju denganmu, tapi apakah mereka dari sekolah kita yang sama?" tanya Sefa yang memuji sekaligus meragukan orang-orang tersebut.

Pertandingan yang mereka lalui selama dua babak dan mereka baru datang pada awal babak kedua, berakhir begitu saja tanpa menyiratkan keseruan yang berarti bagi mereka. Mungkin, jika pertandingannya dengan salah satu tim dengan apa yang ia hadapi dengan Dias kali itu, bisa jadi dia akan menang.

"Arya, kau mau jadi pemain terbaik di masa depan?

"Arya, sepak bola itu menyenangkan, bukan?"

Rasanya sangat menyakitkan mengingat kejadian di masa lalu, dimana orang itu telah pergi menutup matanya untuk selama-lamanya, kepala Arya tiba-tiba merasakan migrain di sebelah kiri dan menyuruh Sefa untuk mendekati orang tersebut, dia akan mundur terlebih dahulu karena sepertinya dia terkena serangan panik.

"H-halo kak, a-aku Sefa, aku datang mau nanya-nanya sama kakak, boleh kan?" tanya Sefa dengan terbata-bata, melihat kemampuan dan performa dua pemain tersebut yang sangat hebat.

"Oh iya lu Sefa dari kelas 1-4 itu bukan si, btw kita satu angkatan, jangan manggil kak, panggil nama aja, gue Adrian dan dia Adriel. si Adrian itu tadi yang jadi goalkeeper dan gue jadi pertahanan tengah," kata Adrian yang melihat Adriel sambil meminum air putih selepas pertandingan untuk menggantikan cairan yang ada.

Sefa merasa bersyukur, karena dia ternyata tidak berbicara dengan orang asing, sedangkan Arya yang masih mengasingkan diri karena serangan paniknya itu tiba-tiba muncul kembali, merasa bahwa dia telah menghilangkan sesuatu yang bermanfaat, kepalanya berat sebelah dan matanya berkunang-kunang, nafasnya menjadi sesak.

"Siall!! Apa aku masih belum bisa melupakan, Dias? Kenapa setiap aku bertemu orang baru, aku harus seperti ini?" tanyanya pada diri sendiri yang masih kesal dengan apa yang ia pikirkan dengan masa lalu.

Perlahan dia menenangkan pikirannya, memulihkan dan menjernihkan pikirannya, seolah dia merasakan bahwa mimpinya akan membunuhnya. Namun, yang jelas sekarang ia harus menemui Sefa dengan orang yang ia maksud itu.

"Kau? Bermain sepak bola? Ah, jangan bercanda, kau orang kaya yang manja, mana mungkin kau mendapatkan jatah latihan seintens begitu, ditambah kan kau penyakitan," kata Adrian yang meledeknya dengan sangat kasar.

Adriel langsung menoyor kepala Adrian, karena ucapan itu benar-benar mengundang rasa kesal pada dirinya, seharusnya dia dapat menahan ucapan itu di depan orangnya langsung. Jadi, sekarang dia benar-benar harus belajar mengendalikan dirinya.

"Maafin temen gue ya, kalau punya mulut suka becanda mulu, jadi takut kalau dia tiba-tiba jadi gila."

"Ehh, kalian, udah nungguin gue ya?" tanya Arya yang baru saja menyamperi temannya tersebut, karena sudah lebih telat untuk menunggu.

"Gak kok, Ar. Oh iya ini Arya," kata Sefa sambil mengenalkan kepada Adrian dan Adriel tentang temannya.

"Gue Adriel dan ini Adrian, jadi kalian ada perlu apa sama kami?" kata Adriel yang ingin langsung to the point.

Arya dan Sefa mencoba menjelaskan maksud tujuan kedatangannya bertemu dengan mereka berdua, karena mereka ingin sekali berlomba untuk tim dalam Liga Besar Indonesia (LBI) yang mana pesertanya adalah anak SMP. diselenggarakan sama Kementrian Pendidikan afiliasinya dengan PSSI yang mungkin akan menyaring para tim untuk masuk ke dalam U-15.

"Menarik sih, tapi kau baru punya tim berapa, mungkin kami bisa carikan tambahannya?" tanya Adrian yang sepertinya mulai tertarik dengan tawaran dari temannya itu.

"Hmmm, sepertinya baru aku dengan dia saja yang berniat ikut, kau bisa menolak aku, jika dirimu tidak ingin mengikutinya." tangan kanannya bergerak lebih tinggi, wajahnya mengkerut dan bibirnya setengah senti lebih mundur, ini tanda bahwa mereka sepertinya akan menolak.

"Aku ikut," jelas Adriel yang tanpa berbicara banyak, langsung setuju untuk bergabung, sedangkan Adrian masih berpikir untuk berbicara mengenai keputusannya.

"Gue tunggu lu join, Adrian, gue jamin pertandingan ini bakal seru," kata Adriel yang benar-benar percaya dengan mereka berdua.

"Iya dah iya, gue join, awas aja lu boongin gue, Riel, ga redo gue anjg main kek gitu!" ujar Adrian yang akhirnya menyetujui untuk masuk dalam skuad kesebelasan SMP Kirya.

Dengan begitu, tim sudah dipersenjatai oleh empat orang, tersisa tujuh orang untuk bergabung, Adrian dan Adriel sejalan mencari anggota tim yang benar-benar berminat dengan pertandingan yang dijelaskan oleh Arya tersebut, dan kemudian didapatkanlah satu orang lainnya dari kelas 1-1 yang notabene kelas dengan ambisi terkuat.

*****

"Namaku Urman, sebelumnya pas kelas empat sama lima SD pernah join SSB buat jadi pemain muda di Soeratin, jadi aku mau mencoba memperkuat tim untuk Liga Besar, kebetulan, aku juga berpikir untuk mencari tim dan kau sudah menawarkannya."

Urman merupakan pemain playmaker nomor sepuluh yang berada di SSB Liga Baru, yang merupakan turunan dari SSB luar negeri. Akan tetapi, permainan dia cukup bagus dengan begini mereka bisa mendapatkan sisa enam orang lagi untuk bermain.

"Makasih ya Urman, gue dikasih tau sama Adriel, kalau ternyata lu pinter di Matematika, ntar sekalian ajarin gue kalau gitu."

"Hihihi, boleh aja, btw lu keren bangett njirr, masuk SSB, gue pengen begitu, tapi jalur anak kampung gue nyimak," kata Adrian yang tiba-tiba menyela lagi untuk memastikan bahwa dia sangat baik untuk mengisi posisi yang diinginkan.

*****

"Eh serius, mah?" tanya Arya yang benar-benar kaget dengan fakta yang diberikan oleh ibunya, selaku pakar psikologi.

"Iyaa mana ada sih mama nutupin fakta tentang dia, sebenernya dia punya penyakit ADHD sama bipolar, so mama gak larang kamu, cuma butuh tenaga ekstra untuk kamu bisa adaptasi sama dia, kalau kamu bisa, berarti kamu adalah orang yang cocok dengannya, karena ga bisa semua orang bertahan sama tipe orang seperti itu," kata Nindi yang mencoba menjelaskan penyakitnya itu.

"Gapapa, Arya seneng banget udah punya temen yang ngertiin diri aku, kalau enggak, mungkin aku pikir bisa jadi diriku adalah mimpi buruk kehidupanku."

Hari ini adalah 17 Agustus, hari kemerdekaan Indonesia, sekaligus hari ulang tahun Sefa, dia berniat untuk mengirimkan hadiah ulang tahunnya dan kemudian mengajaknya jalan-jalan ke tempat latihan Urman di SSB Liga Baru.

"HBD SEFAA, WISH YOU ALL THE BEST YAA, LU TEMEN KEDUA GUE, JADI PLISS JANGAN BIKIN SAKIT HATI GUE KAMBUH, KARENA JIKA ITU TERJADI GUE BAKAL AKHIRIN HIDUP GUE," kata Arya yang memberikan kejutan itu dengan sedikit tekanan dan ancaman.

"Makasih Aryaa, udah kenalin gue ke sepak bola, sejak kenal sepak bola, orang tua mulai dukung kehidupan gue dan bahkan mereka bakal masukin ke SSB dong."

Arya mendapat dua kabar yang menurutnya sangat baik dan cukup buruk. Sangat baik, karena dia bangga bahwa perlahan kehidupan temannya mulai berubah karena temannya sendiri, sedangkan kabar buruknya adalah dia dengan penyakitnya bisa jadi akan menghambat perkembangan tim yang semakin mengkhawatirkan, ditambah mereka belum melengkapi apapun yang ada disana.

******

Terdengar kabar bahwa para berandalan di sekolah melakukan penyerangan tawuran ke sekolah lain, dua orang dari tim lawan mengalami luka bacok dan tim sekolah tersebut, lima orang terkena dampaknya dan mengalami luka bagian perut dan sedikit kaki. Mereka menjadi sorotan di sekolah dan nampak menyudutkan dua orang tersebut.

"Sudah dengar kan ada tawuran?" tanya Adriel kepada mereka berempat yang berada di ruang klub bekas tim terdahulu yang sudah bubar sebelumnya.

"Iya aku sudah, bahkan aku dapat sebuah video yang menunjukkan bahwa dari lima orang itu, ada satu orang yang cukup aku kagumi walau memang pada akhirnya dia tetap seorang anak kelas satu yang nakal, mungkin kau bisa melihatnya terlebih dahulu," kata Sefa yang membuka ponselnya itu dan menunjukkan kepada mereka.

"Liat kan pas dia bawa gir, larinya termasuk cepat, kecepatan menghindar dan refleksnya juga gila banget, kan, makannya dari itu daripada dia semakin buruk untuk melakukan hal ini, kenapa gak kita tarik aja dia ke tim?" ujar Sefa lagi yang sepertinya memberikan rekomendasi yang baik tentang hal ini.

Mereka berniat untuk menyetujuinya, tapi sepertinya kabar buruk terjadi, pihak yang terlibat tawuran malah mendapatkan poin dan diskors selama satu minggu. Akhirnya, Adriel dan Urman dari tim sepak bola berniat untuk merekrutnya dan mendatangi rumahnya. Orang tuanya yang awalnya marah, kemudian disambut dengan muka yang penuh harapan.

"Wil, lu kudu denger ye, stop ribut-ribut, nih ada temen lu dateng, nawarin masuk tim bola! Lu kesian dong sama gue! Gue capek lahirin lu dan lu malah ribut-ribut adu senjata, sekalian aja lu bunuh gue!" kata ibunya yang merasa sangat senang, akhirnya akan mendapatkan teman baru yang berasal dari sirkel positif.

Kemudian, ibunya pergi untuk mengambil makanan untuk mereka yang datang dan kemudian Urman mengutarakan niatnya untuk merekrut Wilson Arima Deviana, seorang anak dengan fisik yang cukup ideal untuk seorang pemain bola.

"Wilson, nama yang cukup bagus, tapi sayang kelakuannya berbanding terbalik dengan namanya," ujar Urman yang berniat untuk memancing emosi dari Wilson sebelum akhirnya dia to the point.

"Iyee gue tau gue salah, malah nurut aja ama senior yang goblok itu, tapi plis lah, gue ga suka nama panjang gue disebut, lu pikir gue terpidana apa," kata Wilson yang masih membela dirinya yang berkata seperti itu.

"Iya harusnya lo itu terpidana karena perbuatan lu termasuk kriminal, tapi untung dengan untungnya lu bisa selamat, coba kalau enggak, gak mungkin kita bisa rekrut lu masuk bola."

"Kenapa harus liat gue? Kan banyak orang lain yang lebih mampu daripada gue?" tanya Wilson yang memastikan alasan dia direkrut dan bergabung seperti itu bukanlah cuma bercanda belaka.

"Kemarin kita dapet video lu tawuran, dan pas lu ngayunin senjata sama kecepatan lari lu yang lincah itu, diri lu lebih cocok untuk melakukan hal itu. So, buat gue jangan tolak ini, kita punya projek yang lebih besar untuk ke nasional, kalau kita menang itu juga membawa nama baik sekolah."

Akhirnya, Wilson menerimanya dan dia dapat bermain bersama setelah masa skorsnya berakhir dan perubahan itu jugalah yang membuat dirinya semakin tegas untuk menolak melakukan hal sebodoh itu, kemudian perubahan itu hampir membuat semua orang semakin terheran-heran.

Perekrutan itu terus dilakukan diupayakan sampai satu bulan lamanya, beberapa orang menolak dan beberapa setuju, dengan begini mereka sudah berhasil mengumpulkan kesebelasan untuk mendaftar pada pertandingan Liga Besar Indonesia itu dan melakukan seleksi untuk memastikan bahwa mereka harus ke provinsi.

Dari kesebelasan itu terkumpul satu tim yang utuh dengan Adriel sebagai kapten tim nomor pungung sembilan, Adrian sebagai goal keeper dengan nomor satu, Eros dan Bruski sebagai pemain back nomor 2 dan 3, kemudian Dera, Bondan, dan Irwandy mendapat jatah gelandang pada nomor 4, 5 dan 8, ditambah Sefa dan Arya mendapat posisi penyerang nomor pungung tujuh, Wilson sebagai back nomor punggung 6 dan terakhir Urman yang berpotensi menjadi playmaker nomor sepuluh. Dengan begini, formasi sudah lengkap.

"Semuanya kumpul!" kata Adriel sebagai kapten yang baru menyuruh mereka berkumpul untuk mengumukan sesuatu yang penting.

Mereka semua menyuruh mereka untuk berkumpul, kemudian dengan cepat mereka segera bergegas untuk menunggu arahan berikutnya dari Adriel. "Ini coach baru kita, Pak Amir, beliau dari SSB Liga Baru, tempat Urman main, sekarang dia akan resmi jadi pelatih kita setidaknya sampai kita masuk LBI!" kata Adriel yang kemudian menyuruhnya untuk memberikan hormat.

"Mulai hari ini, kalian tidak akan bisa santai lagi, untuk selanjutnya akan menjadi berat."

Latihan resmi dimulai esok hari. Sefa dan Arya serta dengan bantuan Adriel sebagai kapten mulai membantu desain baju jersey mereka untuk persiapan pertandingan yang akan dilaksanakan dalam H-42 hari, setidaknya ini adalah hasil rembukan yang mereka buat dengan hasil gambar Eros yang cukup bagus.

"Beruntung banget yaa, ada pemain yang bisa diandalkan kayak begini, tapi kalau terus-terusan kayak gini, gue rasa nanti manajemen kita gak akan jalan dengan baik, apa mau tambah manajer satu?" tanya Adriel kepada Arya yang melihat hasil dari gambar Eros yang sudah dikirimkannya.

"Siapa, mau kirim Arkan aja ke sini? Kalau soal pengelolaan dan manajemen dia juga kayaknya masuk OSIS bagian ketua Divisi, sekalian aja gak sih? Dia kan ketua Divisi 8, ngurusin Sepak Bola juga tuh, biar dia juga gak ngurusin OSIS?" tanya Sefa yang memberikan idenya.

"Boleh sih boleh, kalau mereka gak keberatan?" tanya Arya yang sepertinya berpikir akan ada OSIS yang menghalangi.

"Suruh Adrian ngomong, dia OSIS kalau ga berani berpendapat, pentalin aja kepalanya ke tembok biar sadar sama ucapannya."

"Ngeri banget cuyy, yaudah entar gue suruh Adrian buat ngomong biar Arkan ditarik ke sini masuk jagain manajer, kan lumayan buat bantuin manajemen bola ini."

Akhirnya, percakapan tentang manajer ini berakhir dengan begitu saja. Dia merasa bahwa sistem ini semakin lengkap. Pak Amir yang sudah bersedia menjadi pelatih, sedangkan Arkan akan ditarik menjadi manajer untuk klub ini, sehingga mereka akan bersiap dengan pelatihan super berat ini.