webnovel

Bab 8- HARAM

HARAM

Dara yang berhasil keluar, melihat mobil Abrial sudah tidak ada. Dirinya makin panik, karena pikir Dara takutnya pria tua itu mengejarnya.

Ia terus menelepon Abrial, yang dimana mereka memang sudah saling bertukar nomor telepon.

Panggilannya pun selalu tak terjawab, sudah puluhan kali Dara menghubunginya hasilnya pun tetap nihil.

Bagaimana Dara tidak semakin panik, ia akhirnya nekat berjalan menjauh dengan modal ingatannya saja. Berharap dirinya tak menyasar.

Ditempat lain, Abrial yang memang sedang rapat dengan Barra pun merasakan ponselnya selalu bergetar. Ia tidak cukup berani membuka ponselnya ketika sedang berhadapan dengan Barra, pasalnya mereka sedang membahas data yang clien yang sempat keliru.

Tetapi karena ponselnya terus saja berbunyi, ia nekat mengambilnya dari saku. Dan melihat beberapa panggilan tak terjawab serta sebuah pesan singkat dari Dara.

'Abrial tolong aku, sepertinya ini pekerjaan berbahaya. Saya takut dikejar, ini saya kabur saya sudah di depan. Kamu dimana?' Begitu lah isi pesan dari Dara.

Abrial yang melihat itu mantap membulatkan matanya, ia segera pergi meninggalkan Barra seorang diri. Meskipun Barra sempat meneriakinya, tetapi tetap tak dihiraukan oleh Abrial.

Abrial segera menuju parkiran, dan memutar balik kendaraannya menuju tempat awal ia mengantar Dara. Dalam perjalanan ia selalu berbicara sendiri sambil mengucap maaf kepada Dara, dan ia berharap juga Dara tidak hilang.

Tetapi naas, begitu dirinya sampai di tempat mengantar Dara, gadis yang ia cari sudah tidak ada disana. Abrial pun panik bukan kepalang, ia segera menelusuri jalan dengan kecepatan sedang, berharap ia bertemu Dara.

Dan benar saja, Abrial menemukan hal yang aneh. Seperti ada seseorang yang mengumpat dibalik semak-semak di trotoar. Tanpa pikir panjang Abrial segera menepikan mobilnya, ia pun langsung menghampiri obyek yang membuatnya penasaran.

Semakin jelas dan dekat, ketika Abrial memegang pundak seseorang itu yang ada dipikirannya berharap ini Dara. Sedangkan seseorang yang dipegang pun menjerit, lalu mencoba berbalik badan untuk melihat siapa orang yang ada di belakangnya.

Ketika ia membalikkan badan, betapa terkejutnya mereka berdua. Ternyata seseorang itu Dara dan orang yang Dara tengok adalah Abrial. Spontan Abrial memeluk Dara.

"Ra, lo ga apa? Maafin gua Ra, tadi gua ada rapat di kantor. Lo ga dijahatin kan?" tanya Abrial tak henti.

Dara yang merasakan dekapan Abrial begitu hangat, justru membuatnya semakin takut akan kejadian yang ia alami. Dara menangis dipelukan Abrial.

Abrial yang merasa Dara masih syok, ia segera membawanya ke dalam mobil. Ia memberikan Dara sebotol air mineral untuk Dara minum agar merasa jauh lebih tenang.

*Kantor*

Barra selaku CEO di perusahaannya masih menyimpan kekesalannya kepada Abrial. Meskipun mereka sudah sahabatan dari zaman SMK, tetapi sikap Abrial tidak berubah.

Ia selalu saja pergi tanpa alasan yang jelas ketika sedang berada disituasi yang sangat genting, dan membutuhkan bantuannya. Karena kekesalan Barra semakin menjadi, ia menelepon Ceysa untuk menanyakan keberadaan Abrial dimana.

'Berdering.'

"Halo tante, ini barra maaf ya tante barra ganggu nih." ucap Barra basa-basi.

"Oh ga kok Barra, ada apa ya ? Tumben sekali kamu menghubungi tante." jawab Ceysa.

"Ah ga. Gini tante, di kantor Barra memang lagi ada kendala yang menyangkut data dari clien. Nah yang bisa bantu Barra tentang masalah ini hanya Abrial, karena ini bagian dari devisinya. Tapi tiba-tiba dia pergi tanpa pamit mau kemana tan, kira-kira dia sekarang di rumah ga ya?"

"Kebetulan Abrial tidak ada di rumah, tante kira dia sudah di kantor. Coba tante telepon Abrial dulu ya, barangkali diangkat. Maaf ya Barra, nanti tante hubungi kembali."

Seketika sambungan telepon pun terputus. Barra lalu menghubungi receptionist, jika Abrial sudah sampai ia berpesan agar Abrial segera kembali ke ruangannya.

*Kediaman Ceysa*

Jangan ditanya, ibu beranak dua ini tentu saja mengomel. Pasalnya Abrial anak bungsunya baru saja melakukan hal bodoh kepada atasannya, bagaimana tidak membuat Ceysa panik akan karir Abrial.

Ia juga terus berusaha menyepam ponsel Abrial dengan terus menerus meneleponnya. Sampai ketika pandangan layar ponsel Ceysa terhubung dengan Abrial, dengan kecepatan kilat Ceysa langsung mengomel habis-habisan.

"Halo Abrial kamu lagi ada dimana? Barra menghubungi mamah, katanya kamu kabur ya? Cepat balik ke kantor, kalo kamu ga mau dipecat!" teriak Ceysa.

"Mah, Abrial ke rumah ya. Abrial jelasin." panggilan telepon pun terputus.

Lalu tak selang lama, suara mobil Abrial terdengar. Ceysa pun menghadang Abrial di depan pintu. Dan lebih mengejutkannya lagi. Ada Dara bersamanya.

Awalnya Ceysa masih menutup mulut, ia ingin mendengarkan penjelasan dari Abrial. Diposisi ini Dara sudah dalam keadaan mata bengkak karena terlalu banyak menangis.

Setelah Abrial menjelaskan hingga berbusa, sorot mata tajam Ceysa mengarah kepada Dara.

"Kamu sadar ga Dara?! Kamu sudah membuat anak saya sial! Kalo dia dipecat oleh atasannya bagaimana hah? Kamu ingin menjatuhkan karir anak saya ya?!" bentak Ceysa.

Abrial yang melihat ini tentu saja tidak terima, ia merasa semua ini bukan salah Dara.

"Mah! Jangan bentak Dara gitu dong. Ini bukan salah Dara lagian juga Dara masih jadi tanggung jawab Abrial karena Abrial yang buat Dara luka." bela Abrial.

"Diam kamu! Mamah lagi bicara sama Dara. Gadis kampung ini memang pembawa sial!" sahut Ceysa sembari melempar bantal duduk ke muka Dara.

Dara yang sedari tadi dimarahi Ceysa, ia hanya menunduk dan menangis. Namun ketika Ceysa meninggalkan dirinya dan Abrial, Dara pun segera menghindari Abrial yang memang masih berdiri disana. Menatap Ceysa yang sudah semena-mena dengan Dara.

"Ra, Ra, lo mau kemana? Maaf Ra, tapi lo sama sekali bukan pembawa sial bagi gua." sahut Abrial setengah berteriak.

Tetapi Dara tidak menghiraukan Abrial, ia terus berjalan menuju kamarnya dan menguncinya. Tidak sampai disitu aja, ternyata Abrial masih terus berusaha mengejar Dara dengan mengetuk pintunya, berharap Dara segera membuka.

"Sudah Abri kamu pergi saja, maaf ya maafkan saya. Terima kasih kamu sudah menolong saya tadi, dan mau bertanggung jawab atas kecelakaan lalu." ucap Dara sembari terisak.

Abrial yang masih berdiri di depan pintu kamar Dara, merasa kecewa dan marah. Pasalnya korban kecelakaannya difitnah dan diperlakukan hina oleh Ceysa ibundanya.

Namun ia terus berusaha membantu Dara, Abrial menanyakan info kost di sosial medianya berharap dari followersnya ada yang mengetahui.

Selang 5 menit berlalu, banyak dm masuk ke dalam akun sosial medianya, Abrial pun segera membaca satu persatu. Syukurnya ada salah satu tempat kost yang harganya terjangkau untuk Dara.

Tanpa lama-lama lagi Abrial segera mengajak Dara untuk berkemas dan meluncur ke tempat tinggal baru Dara.

"Ra, gua nemu info kost yang harganya terjangkau buat lo. Ayo kita kesana, sekalian gua berangkat kerja. Ayo Ra gua antar, kita siap-siap." ucap Abrial membujuk Dara.

Perlahan gagang pintu pun bergerak, dan terlihat Dara yang makin sembab. Wajahnya memerah akibat menangis.