webnovel

Bab 7- LOKER

LOKER

Teriakan Dara terdengar sampai kamar pembantu Abrial, ia pun bergegas mengetuk pintu berkali-kali. Benar, ia sangat khawatir. Tetapi dari dalam Dara hanya memberi respon cengengesan, dan berkata dirinya baik-baik saja.

Terlepas dari jatuhnya Dara ke lantai, kini dirinya sudah bisa berjalan perlahan-lahan, walaupun rasa perih dan nyeri masih menjalar.

Kini Dara sudah berbaring di ranjang, setelah dirinya mengganti perban yang sudah mulai menguning. Ia berusaha mencari pekerjaan lewat akun facebooknya, menit demi menit ia mencari tetapi belum menemukan yang cocok.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, lantas Dara segera membukanya. Dengan langkahnya yang tertatih-tatih, dibukanya pintu kamarnya yang tak lain adalah Abrial dan Ceysa. Dara mempersilakan tuan rumah duduk diatas ranjang.

"Eh Tante, Abrial, masuk saja." sambutnya.

"Lo masih sakit? Makin parah kah?" sahut Abrial yang sudah merangkul Dara berjalan.

Dara yang terkejut hanya diam, dan mengangguk. Pasalnya Dara kali pertama merasakan sedekat ini dengan pria asing.

Setelah semuanya duduk, Ceysa mulai angkat bicara.

"Dara kamu suka kah kamar ini?" ucap Ceysa.

"Bagaimana? Sudah dapat kost dan pekerjaan? tambahnya.

Abrial yang menyimak pertanyaan Ceysa selanjutnya langsung menegurnya sopan, "Mah, Dara kan baru saja istirahat mana sempat ia mencari pekerjaan. Kakinya juga belum sepenuhnya pulih. Ada-ada saja." jawab Abrial sedikit kesal.

Ceysa yang ditegur hanya cengengesan, tetapi ia juga menunjukkan raut wajah yang seakan menyuruh Dara untuk cepat-cepat pergi. Sementara Dara yang memang mengerti sinyal tidak nyaman dari Ceysa pun hanya tersenyum.

"Dara suka kamar ini kok Tante, belum dapat Tan ini juga Dara masih usaha mencari pekerjaan." ucap Dara.

Setelah Dara menjawab pertanyaan Ceysa, tak lama Ceysa pun keluar dari kamarnya. Ia beralasan untuk tidur, padahal sebenarnya ia tak suka berlama-lama melihat Dara, yang menurut pandangannya hanya gadis yang menyusahkan.

Tinggal lah Abrial dan Dara disini. Abrial yang sudah memastikan Ceysa pergi jauh, ia segera duuk disamping Dara, dan mengucapkan permintaan maaf.

"Ra, maafin mamah memang suka gitu. Maaf ya kalo tadi kata-katanya buatmu sedih." ujar Abrial sambil menatap Dara lekat.

Dara hanya tersenyum dan mengangguk, lalu ia kembali berkutat dengan ponselnya. Ia melanjutkan pencarian pekerjaan yang sebelumnya belum selesai Dara lihat. Abrial pun ikut melihat apa yang sedang Dara lakukan, meskipun ia hanya bisa curi-curi pandang.

Tak berselang lama, Dara pun berteriak dan tanpa sadar ia berbagi apa yang barusan ia dapatkan kepada Abrial.

Abrial yang sempat terkejut membulatkan matanya, lalu ia ikut melihat layar ponsel Dara yang dimana Dara telah menemukan pekerjaan. Abrial ikut senang, tetapi ia merasa aneh dengan postingan pekerjaan yang Dara tunjukkan kepadanya.

Keesokan harinya, Dara telah bersiap-siap. Ia akan mendatangi info pekerjaan yang semalam ia temukan difacebook. Tetapi ada perasaan ragu di dalam dirinya, membuat Dara kembali membaca ulang postingan tersebut.

'Dibutuhkan wanita muda yang mau dibayar perharinya mencapai 2 juta rupiah. Silakan datang ke alamat dibawah ini'

Begitu lah isi singkat dari postingan yang Dara baca, ia juga masih berpikir pekerjaan apa yang sehari dibayar 2 juta rupiah. Ia masih menimang- nimang sembari berkaca, tetapi dalam pikirannya selalu terbayang Pricilla yang membutuhkan dana darinya.

Hal itu lah yang membuat Dara yakin dan stop berpikir terlalu lama. Kini Dara sudah berada dihalaman depan, ia ingin menunggu angkutan umum di depan perumahan tempat Abrial tinggal. Namun, ia dihentikan oleh Abrial.

"Ra, lo mau kemana?" tanya Abrial.

"Eh Abri, aku mau naik angkutan umum di depan sana. Mau datang ke tempat pekerjaan kemarin itu loh, kamu masih inget kan?" jawab Dara.

"Hah pekerjaan apa sih gua lupa. Coba lihat lagi sini."

Dara pun kembali menunjukkan postingan yang sudah ia simpan. Abrial pun terkejut bukan main, ia langsung menawarkan jasa antar ke tempat pekerjan itu. Alih-alih ia hanya ingin melindungi Dara dari penipuan.

"Udah lo tunggu sini, gua antar ya. Gua tau kok alamatnya dimana, lo jadi hemat ongkos." tambah Abrial.

Dara pun menyetujui, ia juga merasa aman jika ada seseorang yang ia kenal bersamanya. Lagi-lagi disaat Abrial menyuruhnya masuk kedalam mobil, Dara merasa senang, karena kali ini ia berada di dalam mobil yang mewah menurut versinya.

Tak lama Abrial menancap gas ke alamat yang sudah Dara beritahu. Setelah menempuh jarak 30 menit, sampailah mereka berdua di sebuah ruko yang cukup besar. Segera Dara turun, ia pun berterima kasih kepada Abrial dan menyuruhnya pulang. Tetapi Abrial tidak mau menuruti apa kata Dara.

Tak begitu Dara hiraukan ia langsung saja berjalan dan memasuki ruko yang sudah berdiri dihadapannya. Abrial hanya memantau, dirinya juga baru pernah melihat bangunan ini dan sebenarnya tidak tau apa yang ada di dalam.

Ditengah menunggu Dara yang sudah berada di dalam sana sekitar 10 menit, ponsel Abrial berbunyi. Terdapat sebuah panggilan dari atasannya, Barra Rafeyfa Zayan Maulana. Itulah namanya.

"Halo Bar, ada apa?" ucap Abrial.

"Lo ke kantor ya gua tunggu."

"T-tapi Bar."

Entah kenapa Abrial sangat mengkhawatirkan jika Dara ia tinggal seorang diri, di kota dan tempat baru baginya.

"Apalagi? 5 menit gua tunggu, kalo lo sampai telat gua potong uang makan lo!" gertak Barra.

Mendengar hal itu tentu saja Abrial segera tancap gas, dan menuju kantornya yang sebenarnya tak jauh dari lokasinya saat ini.

Ditempat lain, Dara yang sudah memasuki ruang interview dan berhadapan dengan pria tua yang bisa disebut "om-om". Tetapi om-om yang Dara lihat seperti om-om yang mendapati julukan 'sugar daddy'.

Dara yang melihatnya belum menaruh pikiran aneh-aneh, walaupun sikap om-om dihadapannya terlihat cukup mencurigakan. Awalnya memang biasa saja, seperti interview pada umumnya. Dara ditanya tentang data pribadinya dan pengalaman kerja.

Tetapi tak lama, pria dihadapannya tiba-tiba memujinya diiringi senyuman smirk dari bibirnya.

"Bagus lah setidaknya kamu punya pengalaman kerja." ucap pria tua ini.

"Iya Pak, lalu saya diterima atau tidak Pak?" jawab Dara.

"Kalo dilihat dari tubuhmu si oke, wajahmu juga kalo saya lihat cukup cantik."

Dara yang mendengar ucapan pria tua dihadapannya pun heran. Ia berbalik bertanya, mengapa beliau mengucapkan kalimat itu kepadanya.

"Maaf Pak mengapa harus berbicara seperti itu? Memangnya ada hubungannya dengan wajah dan tubuh saya?"

"Tentu ada, saya menerimamu. Mungkin hari ini kamu akan bekerja dari malam hingga pagi."

"Saya kerja dibagian apa Pak kalo boleh tau?" timpal Dara untuk mendapatkan kejelasan.

"Sudah kamu datang saja ke hotel ini," ucap pria itu sembari menyerahkan sebuah kartu yang berisikan alamat hotel.

"Jam kerja kamu dari jam 10 malam ya sampai jam 3 pagi." tambahnya.

Dara yang merasa tidak beres ia menunjukkan gelagat ketakutan, dan segera izin permisi keluar dari ruangan.