webnovel

BAB 25- FUCKING SENIOR SISTER

FUCKING SENIOR SISTER

Dara melanjutkan tugasnya, tetapi kali ini ia sangat terburu-buru. Dara berusaha menghindar dari Abrial, karena dirinya takut untuk ditanya lebih dalam lagi.

Ia lanjut menuju markasnya, dan meletakkan semua peralatan yang ia pakai tadi di dalam gudang. Lalu Dara mulai bergabung dengan rekan kerjanya, ia sandarkan tubuhnya ke dinding. Dara menghela nafas lelah, tubuhnya sangat pegal.

Kebetulan hari itu semua staff berkumpul, termasuk ada kakak senior. Ia yang melihat Dara terduduk lemas, pun segera menghampiri.

"Ada apa Ra? Lemas banget." goda kakak senior.

"Huh, iya nih Kak badanku semua terasa pegal." jawab Dara.

"Bukannya lo seharusnya sudah pulang ya? Ini kan tinggal shift malam hanya untuk bersih-bersih."

"Iya Kak, Dara lembur."

Disaat Dara dan kakak senior berbincang, ada beberapa rekan kerja Dara yang berpamitan kepadanya. Bahkan ada juga yang menawari Dara tumpangan, namun Dara tolak ia tak ingin merepotkan.

"Ikut gua yok? Jam kerja kita sudah habis kali, buruan Ra." bujuk salah satu rekan kerjanya.

"Terima kasih, Dara pulang pakai ojek online saja. Duluan saja kamu," tolak halus Dara.

"Oh ya sudah, pamit pulang ya." jawab rekan kerja Dara.

Setelah hampir semua shift pagi pulang, suasana markas staff cleaning servis kembali sunyi. Hanya tersisa beberapa orang saja. Namun tak lama, kakak senior mengajak Dara pergi ke suatu tempat yang bisa membuang rasa penat di tubuh.

"Ra, lo mau sampai kapan disini? Jam kerja lo sudah habis. Kok bisa lo lembur? Pak Barra konfirmasi ke lo? Rentetan pertanyaan dari kakak senior.

"Saya sendiri Kak yang ingin lembur, pasalnya tadi saya kabur dari kantor bersa-" ucap Dara terkejut.

Spontan ia sadar yang baru saja ia ucapkan, lalu Dara mendadak amnesia akan apa yang ia bicarakan sebelumnya. Dara mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ih kenapa sih lo, ga jelas." ucap kakak senior diiringi gelak tawa.

"Ra, lo penat banget kan? Ikut gua yok, gua ada satu tempat yang bisa buat lo jauh lebih segar lagi." ajak kakak senior.

"Dimana Kak?" tanya Dara penasaran

"Sudah ayok ikut saja."

Yang kebetulan jam kerja shift malam hanya sebentar, dan sudah selesai, kaka senior beserta Dara bergegas pulang. Di jalan Dara sudah penasaran setengah mati, akan tempat penghilang penat seperti ucapan kakak senior.

Mereka berdua berjalan bersebelahan. Raut wajah kakak senior mulai tersenyum, ia sangat senang dirinya mendapatkan teman nongkrong.

Sampai lah mereka di sebuah bangunan nyentrik di pinggir jalan. Tak mewah dan besar, bangunan kecil tetapi memanjang. Kakak senior segera membawa Dara memasuki bangunan itu. Namun Dara sama sekali tak tau, sebenarnya bangunan apa yang sedang ia masuki.

Tiba lah mereka di ruangan inti dari bangunan tersebut, disitu lah otak Dara berpikir. Pemandangan di depannya seperti tidak asing bagi Dara, ia pernah melihat sebelumnya di sebuah acara berita televisi.

Kaka senior mengajak Dara duduk tepat di samping bar. Dara menurut, dan masih mencoba memperhatikan sekeliling. Sedangkan kakak senior sedang berbincang dengan salah satu bartender disana.

"Sake." ucap kakak senior sembari menunjukkan jari telunjuk kepada bartender.

Yang berarti ia meminta 1 botol sake. Dara mendengarnya, dan ia mulai paham dimana ia berada.

"Kak, kita ngapain ke club?" tanya Dara mengintrogasi.

"Ya ini lah salah satu penghilang penat versiku Ra. Kamu harus coba." jawab kakak senior dengan mudahnya.

Sembari menunggu pesanan, kakak senior mengambil salah satu batang rokok. Ia mulai membakarnya dan menghisapnya. Dara yang melihat kelakuan kakak senior perempuannya itu, merasa tak nyaman. Dara terus memainkan jari tangannya, club bukan lah tempatnya

bermain.

Sampai tiba lah seorang bartender yang membawakan 1 botol sake, dan 2 gelas seloki. Tanpa basa-basi, kakak senior segera menuangkan anggur itu ke dalam gelas milik Dara. Ia pun tak tanggung-tanggung dalam menuangkannya. Seloki Dara nyaris full terisi air.

"Minum lah, kita bersulang." ujar kakak senior tersenyum puas.

Di lain tempat, Barra dan Abrial masih mempermasalahkan masalah siang tadi. Abrial terus memaksa Barra untuk berkata jujur kepadanya. Namun, Barra tetap tak ingin memberitahu Abrial.

"Barr, gua ikutin lo ya dari belakang. Jadi jawab rumah siapa itu? Kita berteman sudah lebih dari 3 tahun Barr." ujar Abrial.

"Apa sih untungnya kalo lo tau? Gua memang belum bisa kasih tau, karena gua belum mau. Sudah lah, ayok pulang." jawab Barra mengalihkan topik.

Ditengah keributan mereka, Rachel tiba-tiba muncul. Ia izin pamit untuk segera pulang. Barra dan Abrial pun mengiyakan izinnya, sedangkan Abrial tak lama segera keluar dengan rasa jengkel yang masih terpendam.

"Kelakuan anak bungsu kalo ga dituruti pasti ngambek." ucap lirih Barra.

Barra sudah selesai berkemas, ia segera meninggalkan ruang kerjanya. Dan tak sengaja ia bertemu Abrial, ia masih melihat raut kesal sahabatnya kepadanya. Mereka berjalan beriringan menuju lift, tiba-tiba ponsel Abrial berbunyi.

Abrial pun segera mengangkat panggilan masuk itu. Dilihatnya ternyata dari sang kakak, Abian.

"Halo bang." sapa Abrial lebih dulu.

"Dara sudah pulang belum? Gua tunggu dari tadi kok ga pulang. Apa Dara lagi sama lo? Buruan antar dia, ini Alvan rewel terus-terusan manggil Dara." ucap Abian gelisah.

"Hah Dara? Gua kira dia sudah pulang, masalahnya semua staff sudah pulang semua. Coba gua hubungi dulu." jawab Abrial heran.

Panggilan sudah berakhir, Abrial segera mencari nama Dara dalam daftar kontaknya. Namun sebelum ia menemukan nama Dara, ia merasa Barra sedang memperhatikannya dengan serius.

"Kenapa lo? Khawatir sama Dara? Fix! Lo punya perasaan ya? Jujur Barr!" tegur Abrial.

Barra yang termakan gengsi, dan merasa sedang diintimidasi segera berpura-pura acuh. Ia memalingkan pandangannya ke arah depan, dan ketika lift terbuka dirinya berjalan lebih dulu. Yang seakan-akan ia tak pernah peduli keberadaan Dara.

Lantas Abrial tak memusingkan hal itu, ia segera menelepon Dara. Panggilannya berdering, namun tak kunjung diterima oleh Dara. Abrial semakin kesal karena Dara susah sekali dihubungi.

Akhirnya Abrial memutuskan untuk tidak pulang terlebih dulu, sebelum Dara ditemukan. Ia terus mencari-cari Dara di sekeliling kantor, dan terus menghubunginya. Sedangkan Barra, ia kembali menuju rumahnya.

Dara, ia telah dipaksa meminum lebih dari 3 seloki sake. Kini dirinya mulai merasa mual dan pusing. Penglihatannya semakin memburuk, hasrat ingin menutup matanya semakin menjadi. Dalam pandangan terakhirnya, kakak senior mencoba membawa Dara berjalan menjauh dari area bar.

Namun setelah itu, ia tidak mengingat apapun lagi.

Abrial yang masih berusaha mencari Dara, dikejutkan dengan bunyi dering telepon dari ponselnya. Abrial mencoba menerima telepon itu, namun ternyata sebuah nomor asing lah yang menghubunginya.