webnovel

Wanita Rubah

Marisa mengehentikan langkahnya setelah mendengar perkataan dari Daniel. Sedangkan Daniel sendiri juga terkejut kenapa dia tiba-tiba bisa berkata seperti itu. Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya.

"Apa kamu mencintaiku?" tanya Marisa.

Daniel tidak bisa menjawab pertanyaan wanita itu. Dia tampak bingung untuk menjawabnya.

"Udahlah buat apa kamu repot-repot menikahi orang yang gak kamu cintai bahkan kamu sama sekali gak tertarik padanya," ucap Marisa.

"Aku cuma mau bertanggung jawab," kata Daniel.

"Gak perlu, lebih baik kita lupain aja kejadian yang udah berlalu. Kita bisa ngelanjutin hidup kita masing-masing. Jadi anggap aja gak ada yang terjadi di antara kita," kata Marisa.

Daniel masih terdiam mendengar ucapan dari Marisa.

"Besok aku akan tetap bekerja, jadi aku harap kamu bisa bersikap wajar seperti biasanya atau aku akan merasa gak nyaman," kata Marisa lalu dia masuk ke dalam rumahnya.

Daniel masih menatap kepergian Marisa. Dia bingung kenapa Marisa sebagai pihak yang dirugikan bisa semudah itu berkata untuk melupakannya? Padahal Daniel sudah berniat untuk bertanggung jawab. Apa karena orang yang Marisa sukai adalah Ardo? Kenapa Ardo bisa semudah itu menerima keadaan Marisa? Daniel jadi berpikir mungkin Ardo memang jauh lebih baik dari dia.

***

Esok pagi di kantor.

"Hai," sapa Rachel.

Daniel terkejut mendapati Rachel dan Ardo sudah berada di ruangannya. Terlebih lagi Ardo sudah bersikap biasa padanya seperti tidak ada yang terjadi di antara mereka. Padahal baru kemarin Ardo marah besar padanya.

"Ada apa ini?" tanya Daniel. Dia lalu duduk di kursinya.

"Aku akan kembali ke perusahaan mulai hari ini," kata Rachel.

Daniel memiringkan kepalanya. Dia tentu saja tidak bisa menolak keinginan Rachel karena dia juga bagian dari perusahaan ini.

"Tapi ruanganmu udah menjadi ruang meeting baru," ucap Daniel. Dia bingung juga karena sebelumnya mengira Rachel tidak akan kembali ke perusahaan, jadi Daniel dan Ardo sepakat

mengubah ruangan Rachel menjadi tempat meeting yang lebih luas.

"Kalau begitu biar aku jadi sekretaris Ardo saja, dia kan gak punya sekretaris," kata Rachel lalu menoleh ke arah Ardo yang duduk di sofa.

"Aku gak butuh sekretaris, lagipula aku gak punya banyak kerjaan, karena semua udah di kerjakan Daniel," kata Ardo.

Ardo memang terbilang santai di kantor, karena biasanya dia hanya akan menggantikan posisi Daniel jika dia sedang ada urusan lain atau sedang sakit.

"Atau kalau gak kamu pindahkan aja Marisa jadi sekretaris Ardo biar mereka bisa selalu berdua," kata Rachel. Dia menaikkan alisnya untuk menggoda Ardo.

"Oh gak—gak," sergah Ardo.

"Kenapa?" tanya Rachel.

Daniel juga menjadi penasaran kenapa Ardo menolak usulan Rachel. Bukankah dia akan senang jika selalu bertemu Marisa?

"Nanti yang ada aku jadi gak fokus kerja, gimanapun juga aku ini orang yang profesional. Harus bisa memisahkan antara urusan pribadi dan pekerjaan," terang Ardo.

Rachel mencebikkan bibirnya untuk meledek Ardo.

"Ya udahlah, lagipula aku juga gak akur sama Selly. Bisa-bisa nanti kami bertengkar terus kalau bersama," kata Rachel. Lalu mereka tertawa bersama.

Marisa diam-diam memperhatikan mereka bertiga melalui kaca ruangan Daniel dari tempat dia berada. Dia jadi penasaran apa yang mereka bahas kenapa mereka sepertinya tertawa keras?

"Baiklah, kalau begitu Rachel kamu mulai hari ini jadi sekretaris Ardo. Bantu dia biar gak selalu bersantai kalau bisa kamu yang kasih dia kerjaan," kata Daniel.

"Tapi apa bener gak apa-apa kamu sekarang jadi sekretaris?" tanya Daniel untuk memastikan.

"Emangnya kenapa? Aku seneng bisa kembali lagi ke perusahaan ini," jawab Rachel.

"Oke kalau begitu, semoga kamu betah ya," kata Daniel lalu menjabat tangan Rachel sebagai peresmian kembalinya Rachel ke perusahaan.

"Baiklah kalau begitu aku akan langsung bekerja, aku harus membereskan barang-barangku," pamit Rachel. Lalu dia berjalan menuju Ardo yang sedang sibuk bermain game. Dia menarik lengan Ardo untuk membangunkan tubuhnya.

"Tunggu sbentar, aku suka ruangan ini. Di sini lebih nyaman dari ruanganku," kata Ardo. Matanya tidak lepas dari ponselnya.

"Ayoo, kita banyak kerjaan," kata Rachel. Dia lalu mendorong pelan punggung Ardo agar mau keluar dari ruangan Daniel.

Marisa yang melihat Ardo keluar berniat menyapanya tapi ia urungkan karena ada Rachel di belakangnya. Mereka tertawa bersama, Ardo sama sekali tidak melihat Marisa di sana. Bahkan dari kejauhan mereka berjalan sambil bersenda gurau membuat Marisa sedikit cemburu.

"Mungkin dia gak melihatku tadi," batin Marisa. Dia kembali ke tempat duduknya, dan memergoki Selly juga sedang memandang ke arah Rachel dan Ardo.

"Kenapa sih dia mesti balik lagi? Dasar perempuan rubah," gumam Selly. Kalimat itu dapat terdengar jelas oleh Marisa.

"Apa yang kamu maksud itu Rachel?" tanya Marisa penasaran.

"Hah? Apa maksudmu?" tanya Selly pura-pura tidak mengerti.

"Tadi kamu bilang perempuan rubah, apa yang kamu maksud itu Rachel?" tanya Marisa lagi.

"Tentu aja, siapa lagi? Ah aku benar-benar gak suka sama dia," kata Selly.

"Tapi menurutku dia orang yang baik," gumam Marisa.

"Emang kamu kenal dia? Aku udah lama kerja di sini. Jadi udah tahu betul seperti apa dia," kata Selly tidak mau kalah.

"Tapi sepertinya kamu yang lebih pantas dijuluki perempuan rubah," batin Marisa yang tidak dapat di dengar Selly.

Marisa mengangkat kedua bahunya lalu melanjutkan pekerjaannya kembali. Dia mulai terbiasa dengan rutinitasnya kini.

***

Saat jam makan siang Marisa tampak sibuk memandangi layar gawainya. Dia sudah mengirimkan pesan untuk Ardo tapi tak kunjung di baca.

"Hai," sapa seseorang. Rachel lalu duduk di depan Marisa.

"Kamu pasti lagi nyari Ardo ya? Dia lagi sibuk, mungkin dia akan melewatkan jam makan siang hari ini," kata Rachel.

"Tumben," gumam Marisa. Dia lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku bajunya.

"Bener kan tumben, karena mulai hari ini aku jadi sekretarisnya. Dan tugasku membuat dia jadi pemimpin yang bertanggung jawab. Aku memberinya banyak pekerjaan," terang Rachel.

Marisa nampak tidak mengerti, kenapa seorang sekretaris malah membuat atasannya jadi banyak pekerjaan bukannya membantu pekerjaannya.

"Oh iya gimana hubunganmu sama Ardo?" tanya Rachel tiba-tiba.

"Yah begitulah," jawab Marisa tidak bersemangat. Entah kenapa dia menjadi murung karena seharian belum bertemu langsung dengan Ardo.

"Kenapa? Apa ada masalah?" tanya Rachel lagi. Dan Marisa hanya menggelengkan kepalanya.

"Gimana kalau aku bantu hubunganmu sama Ardo, lalu kamu bantu aku untuk meluluhkan hati Daniel," kata Rachel kemudian.

Marisa lalu tersadar, dia merasa bersalah karena sudah cemburu padanya. Bagaimanapun juga pria yang Rachel sukai adalah Daniel bukan Ardo.

"Mulai hari ini kita berteman kan?" ucap Rachel. Dia menunjukkan jari kelingkingnya pada Marisa.

Marisa tersenyum dan menyatukan jari kelingkingnya pada Rachel. Dia senang karena sekarang dia punya teman di kantor. Dia merasa tidak enak sudah mendengar hal buruk tentang Rachel dari Selly tadi.

Marisa memandangi wajah Rachel yang sedang sibuk dengan makanannya. Dia begitu cantik ramah dan menyenangkan, sungguh berbeda dengan Selly

Setelah selesai makan mereka berniat kembali ke ruangan masing-masing. Sebelumnya Marisa menyerahkan sebungkus roti dan susu pada Rachel.

"Tolong berikan pada Ardo, kalau dia melewatkan makan siang nanti dia bisa sakit," kata Marisa.

"Wah so sweet, kamu baik sekali Marisa. Oke nanti aku berikan ke Ardo," kata Rachel lalu mereka berpisah di lorong.

Ardo masih sibuk dengan berkasnya saat Rachel masuk ke dalam ruangan.

"Kamu udah selesai makan siang?" tanya Ardo tanpa memandang Rachel.

"Udah," jawab Rachel. Dia lalu kembali ke meja kerjanya yang berada tidak jauh dari meja Ardo. Dia lalu memasukkan roti dan susu pemberian Marisa ke laci mejanya.