webnovel

Salah Paham

Marisa bergegas keluar kantor setelah Daren mengirimkan pesan kalau dia sudah berada di depan kantornya. Padahal Marisa sudah menyuruhnya untuk menunggu di restoran yang berada tidak jauh dari kantornya.

"Udah ku bilang tunggu di restoran!" seru Marisa sambil menarik lengan Daren untuk menjauh dari area kantornya.

"Aku udah gak sabar mau ketemu sama kamu," kata Daren.

"Jangan bicara omong kosong, cepetan mana uangku!"

"Gak usah terburu buru, ayo kita makan siang dulu. Aku udah laper." Daren lalu mengambil buku menu yang sudah tersedia di mejanya. Dia lalu memanggil pelayan dan memesan sebuah menu makanan dan minuman.

"Kamu mau makan apa?" tanya Daren sok lembut.

"Aku gak mau makan sama kamu, cepet balikin uangku!" bentak Marisa.

"Aku akan memberikannya setelah kita selesai makan. Oh bukannya kamu suka nasi goreng seafood." Laki laki itu lalu mengalihkan topik pembicaraan. Dia memesankan Marisa nasi goreng seafood karena dia tahu betul itu kesukaan wanita itu saat mereka berpacaran.

"Udah aku bilang, aku gak mau makan sama kamu, cepetan kasih uangku sebelum kesabaranku habis!"

"Udah lama kita gak makan berdua kayak gini ya." Daren lagi lagi mengalihkan pembicaraan.

"Ada apa sama kamu? Kenapa sikapmu jadi aneh begini?" tanya Marisa penasaran dengan sikap Daren yang tiba tiba baik padanya . Seperti tidak pernah terjadi masalah di antara mereka berdua.

"Aku mau memperbaiki hubungan kita Marisa." Ucapan Daren membuat mata Marisa membulat.

"Apa kamu bilang? Berhenti mengucapkan hal yang gak masuk akal."

"Aku serius, aku minta maaf buat semua kesalahanku. Jadi kamu mau kan maafin aku. Dan kita mulai semua dari awal lagi?"

"Wah, rasanya aku mau muntah mendengarnya. Kayaknya kamu emang gak berniat mau balikin uangku. Kamu cuma membuang buang waktuku aja." Marisa lalu berdiri dari tempat duduknya.

"Kenapa? Apa karena sekarang kamu udah pacaran sama pria kaya? Jadi kamu gak mau kembali lagi sama aku?"

Kalimat Daren membuat Marisa geram. Karena itu sama saja Daren menuduhnya sebagai wanita matre. Marisa masih mencoba mengendalikan emosinya. Dia lalu mengambil ransel Daren yang tergelatak di kursi sebelahnya dan mengambil sebuah amplop yang ia temukan di sana.

Marisa mengintip isinya, dan dia yakin jika itu adalah uangnya. Dia lalu melempar kembali ransel itu pada pemiliknya bersama KTP dan SIM yang ia ambil kemarin.

"Ini uangku kan? Aku gak akan menghitungya. Aku anggap semua udah lunas. Dan aku harap kita gak akan pernah ketemu lagi setelah ini." Marisa meninggalkan Daren dan keluar dari restoran.

Tidak lama kemudian seorang pelayan datang dan meletakkan dua piring pesanan Daren tadi.

"Kayaknya ini bakalan akan sulit," gumam Daren sambil memandang kosong makanan yang ada di depannya. Dia lalu beranjak dan pergi keluar dari restoran tanpa menyentuh makanan tersebut.

***

Saat Marisa kembali ke kantor. Dia tidak sengaja melihat Ardo yang sedang berada di mobil Rachel. Sontak ia memalingkannya wajahnya dan berjalan melewati mobil itu dan berpura pura tidak melihatnya.

Marisa melangkahkan kakinya dengan berat memasuki kantor. Pikiran negatif kini menyelimutinya. Apa yang sedang Ardo lalukan di sana? Kenapa dia memeluk Rachel seperti tadi? Apa Ardo masih memiliki perasaan untuk wanita itu? Semua hal itu terus menganggu pikirannya.

Dia duduk kembali di ruang kerjanya, kemudian meletakkan kepalanya di atas meja.

Kepalanya kini terasa berat, dan dia merasakan pusing di sekitar pelipis matanya.

Marisa memejamkan matanya dan tanpa sengaja menjadi tertidur. Tepat saat itu Daniel bersama dengan Selly baru saja kembali dari makan siang. Mereka mendapati Marisa yang tertidur di mejanya.

Selly mencoba membangunkan Marisa tapi wanita itu tak juga bangun. Hingga akhirnya Daniel meletakkan punggung tangannya di kening Marisa dan merasakan suhu tubuh yang panas pada tubuh wanita itu.

Daniel sontak mengangkat dan membawa Marisa ke dalam ruangannya dan membaringkannya di sofa.

"Ambilkan air untuk mengompres" perintah Daniel.

"Ba—baik pak," jawab Selly.

"Ada apa dengan kamu Marisa? Tadi pagi kamu gak apa apa," gumam Daniel cemas. Dia melihat wajah Marisa yang pucat. Dia lalu menggenggam tangan Marisa yang juga terasa panas.

Tidak lama kemudian, Selly datang membawa permintaan Daniel. Dengan lembut laki laki itu mengompres kening Marisa.

Sementara itu Selly yang melihat betapa Daniel sangat peduli dengan Marisa, membuatnya tersadar jika ternyata dugaannya selama ini benar jika Daniel menyukai wanita itu.

"Tolong belikan bubur dan obat penurun panas Selly," perintah Daniel lagi. Dan Selly langsung bergegas melakukan perintah dari atasannya tersebut.

Daniel mengambil ponselnya kemudian mencoba menghubungi Ardo. Bagaimanapun juga laki laki itu berhak tahu keadaan Marisa saat ini. Walaupun konsekuensinya dia tidak bisa lagi melihat wajah Marisa dari dekat seperti ini.

Ardo tidak juga mengangkat telepon dari Daniel, meskipun Daniel sudah berkali kali menghubunginya. Entah apa yang sedang dilakukan Ardo saat ini, kenapa dia tidak juga mengangkat telepon darinya?

Marisa tiba tiba mmebuka matanya. Dia terkejut mendapati dirinya sedang berada di ruangan Daniel. Ia bahkan melihat Daniel yang duduk di lantai dan sedang memeras handuk kompres.

Saat Daniel berbalik ke arah Marisa dia juga tak kalah terkejut.

"Oh, kamu udah bangun?" tanya Daniel.

"Kenapa aku di sini?" Marisa balik bertanya.

"Tadi kamu demam jadi aku membawamu ke sini buat dikompres."

"Aku harus kembali bekerja." Kiara mencoba bangun meskipun kepalanya masih terasa berat.

"Istirahatlah sebentar, Selly sedang membelikan kamu bubur dan obat." Daniel mencoba menghentikan langkah wanita itu.

"Gak perlu, aku gak apa apa."

"Gak boleh! Kamu harus tetap di sini sampai keadaanmu membaik. Aku akan mencoba menghubungi Ardo lagi," cegah laki laki itu.

"Jangan! Jangan hubungi Ardo."

"Kenapa?" tanya Daniel heran.

"Gak apa-apa. Aku mohon jangan hubungi dia dulu."

"Baiklah, aku gak akan menghubungi dia. Tapi kamu harus tetap di sini sampai kondisi tubuhmu membaik oke?"

Marisa terpaksa mengangguk setuju.

Tidak lama kemudian Selly datang dengan membawa bubur dan obat pesanan Daniel. Dia meletakkan di meja depan Marisa.

"Makasih Sell, kamu bisa kembali bekerja," ucap Daniel.

Sebenarnya Selly enggan membiarkan Daniel dan Marisa hanya berdua di ruangan itu. Tapi apa boleh buat, Selly sudah menyerah dengan perasaannya terhadap bosnya tersebut. Akhirnya dia permisi untuk kembali ke meja kerjanya.

"Makanlah, sepertinya kamu belum makan siang." Daniel mendorong pelan mangkuk bubur pada ke arah Marisa.

"Dari mana kamu tahu kalau aku belum makan siang?"

"Cacing cacing di perutmu yang ngasih tahu aku. Selama kamu tidur perutmu terus berbunyi."

Marisa malu mendengarnya. Dia meruntuki perutnya yang membuatnya benar benar malu di hadapan Daniel saat ini.

"Dan ini, setelah selesai makan langsung minum obatnya supaya kamu cepat pulih." Daniel menyerahkan obat pada Marisa.

"Makasih." Marisa menerimanya dengan canggung.

Marisa tidak tahu jika diam diam Daniel mengirim pesan pada Ardo dan mengatakan jika Marisa kini berada di ruangannya dan sedang sakit.

***

Mobil Rachel berhenti di sebuah taman kota.

"Kamu udah merasa lebih baik?" tanya Ardo.

"Iya, makasih," jawab Rachel.

"Aku mau beli minuman dan cemilan. Kamu duduk di kursi taman itu sebentar ya," ucap Ardo dan dibalas anggukan Rachel.

Saat keluar dari mobil Ardo tidak sengaja meninggalkan ponselnya di mobil. Tertulis sebuah pesan di terima dari Daniel.

Rachel penasaran dengan isi pesan itu, dia lalu mengambilnya dan membaca pesan tersebut.

"Jadi Daniel sedang bersama Marisa sekarang?" gumam Rachel. Dia lalu menghapus pesan itu dan menaruh ponsel Ardo lagi pada tempatnya saat melihat laki laki itu berjalan mendekat.

"Kenapa kamu belum keluar?"

"Ini aku baru mau keluar," jawab Rachel sambil tersenyum pada Ardo yang menatapnya dari luar mobil.