webnovel

Rahasia Yang Terbongkar

Sebelumnya di rumah Daniel.

Rachel melenggang masuk ke dalam rumah laki laki itu karena dulu dia juga terbiasa keluar masuk rumah Daniel sesuka hati. Semua asisten rumah tangga dan security di rumah itu sudah mengenal Rachel dengan baik.

Rachel masuk ke dalam kamar Daniel yang tidak terkunci.

"Kebiasaan, gak pernah ngunci pintu kamarnya" batin Rachel.

Dia lalu masuk dan melihat Daniel masih tidur pulas di bawah selimutnya. Rachel lalu masuk dan duduk di tepi ranjangnya. Dia memandangi wajah lelaki itu, masih teringat jelas kejadian saat dia dengan sengaja mengecupnya waktu itu. Mengingatnya membuat Rachel jadi malu sendiri tapi juga senang.

Daniel sadar dan terkejut mendapati Rachel sudah berada di kamarnya.

"Kenapa kamu bisa ada di kamarku?!" Daniel terkejut lalu membenarkan posisinya jadi duduk.

"Kenapa kamu sekaget itu, kayak lihat hantu aja," kata Rachel. Dia lalu memberikan roti selai strawberry dan segelas susu pada Daniel.

Daniel menerima dan memakannya dengan canggung.

"Apa yang membawamu ke sini?" tanya Daniel kemudian.

"Aku mau kamu nemenin aku ke suatu tempat," jawab Rachel.

"Ke mana?" tanya Daniel lagi.

"Nanti kamu juga bakalan tahu, jadi mau ya? Ayolah," pinta Rachel memelas pada Daniel.

Karena merasa tidak enak akhirnya dia memenuhi permintaan wanita itu. Setelah selesai mengisi perut dia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap. Sedangkan Rachel menunggu di ruang tamu.

Rachel memandangi beberapa foto yang ada di dinding rumah Daniel. Ada banyak foto mereka bertiga dari saat mereka kecil sampai dewasa. Di sebelahnya terdapat foto Daniel bersama kedua orangtuanya. Hal itu membuat Rachel sedikit merasa sedih. Mengingat orangtua laki laki sudah meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun silam hingga membuat Daniel kini hidup sendiri.

Hal itu juga yang membuat Rachel perlahan menyukai lelaki itu sebagai seorang pria. Berawal dari rasa simpati, perhatian lalu sayang.

Selang berapa lama Daniel turun dari lantai dua setelah selesai bersiap. Mereka lalu pergi dan menuju ke tempat tujuan Rachel.

***

Daniel memicingkan matanya saat melihat Marisa dari kejauhan.

"Ternyata benar itu Marisa, apa yang sedang dia lakukan di sini? Bersama Ardo? Apa mereka sudah resmi berpacaran?" batin Daniel. Pertanyaan itu terus mengganggu pikirannya.

Marisa sendiri terlihat sedikit canggung bertemu Daniel dalam situasi seperti ini. Dia bingung harus bersikap bagaimana karena ia bertemu dengan dua teman Daniel. Dia tidak mungkin bersikap semena-mena, beda saat mereka hanya bertemu berdua. Mereka bisa berbicara santai karena sudah saling mengenal sebelumnya.

"Jadi apa kalian sudah resmi berpacaran?" tanya Daniel.

"Iya dong," jawab Ardo, lalu merangkul pundak Marisa dan merapatkannya pada tubuhnya.

Marisa hanya diam saja menanggapi perkataan Ardo. Dan tersenyum canggung saat pacarnya itu tersenyum dan menatap ke arahnya.

"Jadi kamu yang bernama Marisa? Ardo sudah banyak bercerita tentang kamu. Ternyata benar kamu manis sekali," puji Rachel. Dia mengulurkan tangannya dan disambut oleh Marisa

"Kamu cerita apa aja tentang aku?" bisik Marisa pada Ardo.

"Rahasia," jawab Ardo dengan berbisik juga pada telinga Marisa.

Daniel tidak bisa melihat pemandangan yang ada di depannya. Kalau bisa ia ingin sekali pergi dari tempat itu.

Mereka lalu masuk ke dalam taman hiburan dan mencoba satu persatu permainan yang ada di sana.

Ardo berusaha sebisa mungkin menjaga dan melindungi Marisa saat mereka menaiki wahana ekstrem.

"Aku takut banget naik ini," kata Marisa saat mereka sudah menaiki wahana rollercoaster. Dia memejamkan mata saat sudah duduk.

Ardo lalu mengenggam tangan Marisa untuk membuatnya tenang.

"Gak apa-apa, aku disini," kata Ardo.

Sedangkan Daniel yang duduk di belakang, terus saja memandangi mereka. Bahkan dia tidak mendengar setiap ocehan Rachel yang ada di sebelahnya. Dia terus berpikir apa yang membuat Marisa bisa begitu dekat dengan Ardo secepat ini.

Saat Marisa akan turun tidak sengaja dia tergelincir dan refleks Daniel menangkap tubuh Marisa.

Hal itu lantas membuat situasi menjadi canggung. Daniel langsung melepaskan tubuh Marisa saat menyadari Ardo dan Rachel menatapnya.

"Hati-hati kalau turun," kata Daniel dingin.

"Dan juga tolong jaga pacarmu, merepotkan saja," tambah Daniel lalu dia berjalan duluan menjauhi mereka.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Ardo.

"Oh, tidak apa-apa," jawab Marisa singkat.

Marisa merasa aneh dengan hatinya, kenapa dia juga merasakan getaran saat berada sedekat itu dengan Daniel.

Saat malam tiba mereka melihat pesta kembang api di sana. Semua penonton terpukau karena keindahannya.

Begitu pula dengan Marisa, dia tidak memalingkan sedikitpun pandangannya dari indahnya langit malam itu. Sudah sangat lama dia tidak melihat kembang api sedekat ini.

Tangan Ardo yang berada di sebelah tangan Marisa tidak sengaja bersentuhan, lalu dengan lembut Ardo meraih tangan itu dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya. Dia bisa merasakan tangan dingin itu mulai menghangat setelah dia masukkan ke dalan saku jaketnya.

Marisa yang menyadarinya lalu menatap Ardo. Sedangkan Ardo masih menatap kembang api di langit.

Maris tersenyum menatap Ardo dari samping, sosok Ardo begitu lembut dan hangat membuatnya percaya jika Ardo tidak mungkin berbohong dan mempemainkannya.

"Apa harus aku coba jalani hubungan dengan Ardo?" batin Marisa masih dengan menatap Ardo dari samping.

Ardo yang menyadari Marisa terus memandanginya lalu menoleh.

"Kenapa?"

Marisa hanya menggeleng dan mencoba menikmati setiap waktu yang dia habiskan bersama laki laki itu.

***

Marisa sedang duduk bersama Rachel saat Daniel tiba-tiba ingin berbicara empat mata dengan Ardo. Dari kejauhan terlihat mereka sedang membicarakan hal yang serius, itu tampak dari kedua raut wajah mereka.

"Ardo manis ya?" tanya Rachel tiba-tiba.

Marisa menoleh ke arah Rachel dan mengiyakan pertanyaannya.

"Kamu beruntung bisa memiliki dia. Dan aku berharap kamu bisa menjaga perasaannya dengan baik," lanjutnya.

"Aku ingat dulu dia begitu menyukaiku, dan hal itu membuat hubungan kami memburuk," Rachel melanjutkan perkataannya.

Marisa tidak mengerti kenapa tiba-tiba Rachel mengatakan hal itu padanya? Kenapa tiba-tiba dia mengatakan kalau Ardo pernah begitu menyukainya? Apa kini dia tidak rela jika Ardo menyukai wanita lain? Pikiran itu terus mengganggu Marisa.

Dia lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat dan membuang segala pikiran negatifnya. Mungkin itu karena Ardo sahabat baiknya, dia hanya ingin yang terbaik untuknya.

Marisa menghela napas dan menyeruput minuman yang ada di tangannya. Dia merasakan ponsel Ardo yang ada di saku jaket yang ia tinggalkan terus bergetar. Ia lalu mengambilnya,

"Mungkin ini panggilan penting, aku akan menyerahkan dulu ponsel ini pada Ardo," pamit Marisa.

Rachel hanya mengangguk.

"Aku pernah tidak sadar tidur dengannya," ucap Daniel tiba-tiba.

Ardo yang mendengarnya lalu menatap tajam Daniel. Dia lalu menarik kerah baju laki laki itu.

"Aku gak melakukan itu dengan sengaja, itu semua karena pengaruh alkohol," lanjut Daniel membela diri.

"Kenapa kamu mengatakan hal ini padaku sekarang?" tanya Ardo penuh amarah.

"Aku—cuma gak mau kamu kecewa nantinya," jawab Daniel.

"Aku lebih kecewa sama kamu sekarang dari pada sama Marisa.

Cengkeraman Ardo melemah dan melepaskan kerah baju sahabatnya itu. Sampai akhirnya mereka berdua mendengar suara minuman yang terjatuh. Saat menoleh ternyata Marisa sudah berada di dekat mereka.

Sedangkan Marisa tangannya bergetar setelah mendengar perkataan dari Daniel. Matanya mulai basah dan dia langsung meninggalkan tempat itu dengan menangis.

Ardo dan Daniel hendak menyusulnya. Tapi Daniel akhirnya mengurungkan niatnya dan membiarkan Ardo saja yang menenangkan Marisa. Itu pasti lebih baik daripada dirinya.