webnovel

Muka Dua

Ardo mengambil ponselnya yang tergeletak di meja setelah menaruh makanan yang baru ia masak. Dia baru menyadari jika ponselnya mati karena mungkin kehabisan baterai. Ia lalu meminta izin pada Rachel untuk menggunakan chargernya.

Setelah berhasil menghidupkan ponselnya Ardo menerima banyak pesan dari Marisa. Wanita itu sangat mengkhawatirkannya karena dirinya tak bisa dihubungi.

Perasaan bersalah hinggap di diri Ardo. Dia berharap Marisa tidak akan marah jika tahu yang sebenarnya.

"Aku pergi sekarang ya," kata Ardo pada Rachel.

"Iya. Apa Marisa masih menunggumu?" tanya Rachel. Dia melirik jam dindingnya yang menunjukkan pukul delapan malam.

"Entahlah, aku harus memeriksanya dulu. Kalau kamu ada perlu apa apa bilang aja sama aku. Aku akan membantumu kalau aku bisa," ucap Ardo sebelum akhirnya pergi dari apartemen Rachel.

Dalam perjalanan Ardo berharap jika Marisa sudah pulang ke rumahnya. Dia akan merasa sangat bersalah jika Marisa masih menunggunya di gedung bioskop.

Berkali kali Ardo mencoba menghubungi Marisa tapi tak juga di angkatnya. Apa Marisa marah dengannya?

Sesampainya di bioskop Ardo memperhatikan satu per satu orang yang baru saja keluar dari studio. Sampai akhirnya dia menangkap sosok wanita yang dikenalinya. Namun dia tidak keluar sendiri melainkan bersama Daniel.

Marisa tampak tertawa bersamanya. Bagaimana bisa Marisa justru menonton film bersama dengan Daniel bukannya kembali ke rumah?

Ardo menggelengkan kepalanya, dia tidak boleh berprasangka buruk pada kekasihnya sendiri. Dia tidak boleh egois, karena dia sadar dia tadi juga bersama Rachel tadi. Apa ini semacam balas dendam yang adil?

Ardo bersembunyi di balik dinding saat Marisa dan Daniel melewatinya. Ada perasaan cemas dalam hatinya. Bagaimana jika yang dikatakan Daniel beberapa hari yang lalu benar adanya?

Daniel berniat merebut Marisa darinya, dan Ardo takut jika Marisa akan lebih memilih untuk bersama Daniel dibanding dengannya. Ardo akhirnya memutuskan untuk pulang dengan perasaan yang tidak karuan. Dia berjalan gontai menuju tempat parkir.

Sementara Marisa dan Daniel sudah berada di dalam mobil menuju ke rumah Marisa. Mereka masih asik membicarakan film yang baru mereka tonton.

"Pokoknya harus ada season kedua, kalau sampai gak ada, ini benar benar gak seru," ucap Daniel.

"Kenapa kamu jadi maksa? Suka suka penulisnya dong mau bikin season kedua atau enggak," sahut Marisa sambil tertawa. Dia menggelengkan kepalanya melihat sikap Daniel yang berbeda tiga ratus enam puluh derajad seperti saat dia di kantor.

"Kalau sampai gak ada, pokoknya aku mau protes," kata Daniel lagi.

"Iya iya, terserah," sahut Marisa menanggapi pernyataan konyol dari Daniel.

"Ehm, ngomong ngomong sebenarnya Ardo pergi ke mana? Apa dia benar benar ada urusan pekerjaan di luar?" tanya Marisa mengalihkan pembicaraan di antara mereka.

"Kalau aku jujur, apa kamu bakalan percaya sama aku?" Daniel melirik Marisa yang memandangi jalanan di depannya.

Wanita itu lalu tersenyum dan menoleh pada Daniel, "Tentu, bilang aja. Gimanapun juga aku pengen tahu kebenarannya," jawab Marisa.

"Kayaknya Ardo nemuin Rachel," ucap Daniel. Dia melirik Marisa menggunakan ujung matanya.

Wanita itu tampak biasa saja tanpa ekspresi. Membuat Daniel tidak mengerti apa dia sedang marah, kecewa atau tidak merasakan apa apa. Daniel benar benar tidak bisa menebaknya.

"Kayaknya? Berarti belum pasti?" tanya Marisa. Dia belum bisa sepenuhnya percaya pada perkataan Daniel. Sebenarnya Marisa berharap jika perkataan Daniel itu tidak benar. Tapi lagi lagi dia harus menelan kekecewaan saat Daniel menjelaskan awal kejadian ini padanya.

"Jadi tadi Rachel memintaku untuk mengantarnya ke rumah sakit, karena kakinya sedang terluka. Tapi aku sedang meeting dan ponselku ketinggalan di ruanganku. Aku baru membalas pesan Rachel dan bilang akan ke apartemennya. Tapi dia bilang kalau Ardo udah ke sana." Daniel memperhatikan wajah Marisa sebelum melanjutkan ceritanya.

Sebenarnya Daniel ragu untuk mulai bercerita kembali, tapi Marisa terus memaksanya untuk berkata yang sebenarnya.

"Waktu kamu bilang kalian udah ada janji nonton, aku pikir Ardo bakalan cepet balik. Aku coba pergi ke apartemen Rachel dan gak sengaja lihat mobil Ardo masih terparkir di baseman apartemennya. Dan aku sangat yakin kalau itu adalah mobil Ardo," lanjut Daniel.

"Oh jadi begitu ya," gumam Marisa. Dan setelah itu tak ada respon apa apa lagi darinya.

"Tapi kayaknya kamu juga harus mendengar penjelasan darinya," kata Daniel. Dia tidak bisa membiarkan Marisa terluka, meskipun dia ingin Marisa datang padanya dan melepaskan Ardo.

"Iya, nanti aku bicarakan ini sama dia. Makasih buat tumpangannya," ucap Marisa saat dia turun dari mobil Daniel.

"Sama sama Marisa. Dan jangan lupa kalau ada season keduanya kamu harus menemaniku nonton filmnya."

"Kenapa harus aku? Apa kamu gak punya teman yang lain?" tanya Marisa. Dia menatap kasian pada Daniel karena sepertinya dia memang tidak punya teman yang lain.

"Karena kalau aku nonton filmnya sendiri atau sama orang lain, aku bakalan terus ingat sama kamu, karena aku nonton film yang pertama sama kamu," jawab Daniel.

"Iya iya, oke aku ngerti."

Sesampainya di kamar, Marisa mencoba menghubungi Ardo. Dia ingin memastikan apa yang dikatakan Daniel benar atau salah. Namun sebelum Marisa menghubungi lelaki itu, Rachel sudah lebih dulu meneleponnya.

Marisa ragu untuk mengangkatnya jika ini berkaitan dengan Ardo. Namun akhirnya dia putuskan untuk mengangkatnya karena penasaran.

"Halo Marisa, ini aku Rachel," ucap Rachel di ujung telepon.

"Iya, aku tahu. Ada apa?" tanya Marisa mencoba untuk biasa saja, ketika berbicara dengan Rachel. Dia tidak ingin menunjukkan kecemburuannya.

"Aku cuma mau bilang sama kamu kalau tadi Ardo seharian sama aku. Ardo nganter aku buat pergi ke rumah sakit karena kakiku sedang terluka," kata Rachel.

Perkataan Rachel sama persis dengan apa yang dikatakan Daniel tadi. Tapi kenapa dia harus memberitahunya?

"Aku gak mau kamu salah paham sama aku Marisa. Ardo orangnya emang baik banget. Kamu tahu itu kan?" tanya Rachel.

"Iya, aku tahu Ardo emang orangnya baik banget," jawab Marisa.

"Kita gak nyangka bakalan memakan waktu yang lama waktu di rumah sakit. Jadi kamu tolong jangan marah sama dia. Kalau kamu mau marah, marah aja sama aku," ucap Rachel.

"Dan kalau kamu gak percaya, kamu bisa datang ke sini, dan membuktikan kalau aku gak bohong," tambah Rachel lagi.

"Gak perlu, aku percaya. Makasih udah nagsih tahu aku."

"Ya udah kalau gitu. Makasih Marisa buat pengertian kamu." Rachel lalu mematikan teleponnya setelah mengucapkan hal itu. Dia membuang napasnya setelah berusaha menjadi baik di depan Marisa.

Walau sebenarnya Rachel memang ingin menjauhkan Ardo dari Marisa. Tapi bukan dengan cara seperti ini. Dia ingin Marisa sendiri yang menyerah pada Ardo.

Rachel yakin dengan perlahan Marisa akan mulai lelah dengan sikap Ardo yang tidak konsisten dan selalu menomor duakannya. Dan saat itu terjadi Marisa akan melepaskan Ardo seperti yang ia harapkan.