webnovel

Gagal Bunuh Diri

Seorang pria berlari menghampiri wanita yang berniat untuk terjun dari pagar pembatas yang ada di Namsan Tower Korea Selatan. Wanita itu sontak menoleh, saat aksinya telah digagalkan oleh orang asing yang ikut campur dengan urusannya.

"Siapa kamu?! Lepaskan tanganku!" berontak wanita bernama Marisa tersebut.

"Kamu yakin mau lompat dan bunuh diri di negara orang? Kalau mau bunuh diri carilah tempat sepi, jangan di tempat wisata," ujar Daniel. Daniel baru saja tiba di tempat ini namun dia sudah harus berurusan dengan wanita gila macam ini.

"Apa pedulimu?"

Daniel tak menjawab pertanyaan dari Marisa. Namun dia langsung menarik lengan wanita itu dan membawanya menuruni tower. Marisa yang tak bisa menandingi kekuatan dari tangan kekar Daniel, terpaksa mengikuti langkah kaki laki-laki asing tersebut yang menyeretnya hingga keluar area wisata.

"Lepaskan aku, atau aku akan teriak!" gertak Marisa yang sudah muak diperlakukan semena-mena seperti ini.

Daniel melepaskan lengan Marisa dari cengkeraman tangannya. Cengkeraman itu membuat pergelangan tangan Marisa menjadi memerah dan berbekas.

"Kenapa kamu mau bunuh diri? Biar aku tebak, karena laki-laki? Kamu dicampakkan?" tanya Daniel yang tepat sekali. Membuat Marisa tiba-tiba menjadi teringat kembali dengan mantan kekasihnya. Dia dicampakkan oleh mantan kekasihnya yang bernama Daren setelah laki-laki itu kabur membawa semua uang Marisa.

Niat liburan romantis impian Marisa berakhir tragis. Bahkan dirinya sudah menabung lama demi impiannya untuk liburan bersama sang kekasih ke negara favoritnya yaitu Korea Selatan. Semua rencana gagal ketika lelaki itu dengan teganya membawa semua uang yang akan dipakai selama liburan.

Tak hanya itu, bahkan Daren terang-terangan menyebutkan jika dirinya ingin kembali dengan mantan kekasihnya yang dulu pernah meninggalkannya karena tak mau hidup susah bersamanya. Dan kini, dengan jahatnya laki-laki itu langsung berpaling dari Marisa dan kabur dengan mantan kekasihnya. Gigi Marisa bergemeretak tiap kali mengingat hal menyakitkan tersebut. Marisa tak akan pernah bisa memaafkan Daren selama dia masih hidup di dunia ini.

*

Beberapa jam yang lalu pukul sepuluh pagi waktu Seoul Korea Selata.

Marisa mendapati Daren kekasihnya tidak ada di kamarnya. Bahkan dia sudah berulang kali mencoba menghubungi nomor Daren namun ponsel laki-laki itu tidak aktif. Tiba-tiba mata Marisa tertuju pada selembar kertas yang tergeletak di nakas kamar hotel tersebut.

Mata Marisa memandang ke arah kertas itu dan membaca kata demi kata yang tertulis di sana yang berbunyi, "Maafkan aku Risa, sudah saatnya kita berpisah. Terimakasih untuk satu tahun kebersamaan kita. Aku sudah berusaha sepenuh hati mencintaimu, tapi saat terakhir kali kamu bilang ingin mengajakku liburan ke Korea Selatan. Aku tiba-tiba teringat Vera yang masih sangat aku cintai. Saat ini dia tinggal di sini lalu kami sepakat untuk bertemu dan memulai hubungan kembali. Sekali lagi maafkan aku Risa. Dan terimakasih untuk uang tabunganmu yang semalam kamu titipkan padaku, aku pinjam dulu. Kalau kita bertemu lagi pasti akan ku kembalikan. Dari Daren."

Marisa meremas kertas tak tak berdosa itu lalu melemparnya ke dalam tempat sampah yang ada di dekatnya. Hatinya yang meradang membawanya kembali ke tempat terakhir di mana dia dan Daren terakhir menghabiskan waktu bersama.

Namsan tower semalam menjadi saksi betapa dua insan ini sedang dilanda cinta. Marisa menyusuri satu persatu gembok cinta yang semalam mereka taruh di sana dengan tulisan nama mereka dengan harapan cinta mereka akan abadi sampai dipersatukan dalam ikatan suci.

Sekian lama mencari, mata Marisa tertuju pada satu gembok berwarna merah dengan hiasan gambar hati. Dengan tangan kosong dia mencoba membuka gembok itu tapi tentu saja itu hal yang sia-sia karena semalam mereka sudah membuang kuncinya. Tak kehabisan akal, Marisa lalu menyiram air pada coretan di atas gembok itu dengan harapan nama mereka bisa luntur. Memang terkesan kekanakan. Namun Marisa benar-benar tidak ingin menyisakan sedikitpun memori atas laki-laki brengsek itu.

Marisa menangis putus asa.

"Bagaimana ini? Semua uangku sudah dirampok pria brengsek itu! Bagaimana aku bisa pulang?!" seru Marisa sambil menagis tersedu. Marisa yang putus asa kehilangan akal sehatnya dan perlahan menaiki pagar yang ada di depan matanya. Tanpa dia sadari sepasang mata sejak tadi memandangnya dengan aneh. Dan tak lama kemudian seorang laki-laki asing tiba-tiba mendekap meraih tangan Marisa dari belakang dan menjatuhkan diri bersama.

Beberapa menit sebelumnya.

Daniel meletakkan ranselnya dan mengambil ponsel dari dalam saku jaketnya. Dia berniat mengabadikan pemandangan yang ada di depannya saat ini. Namun tiba-tiba dia tertarik dengan tangkapan layar gawainya yang menampilkan seorang wanita yang tengah sibuk dengan gembok cinta yang ada di pagar. Sepertinya dia sedang berusaha untuk melepaskan benda itu dari sana.

"Apa wanita itu sudah gak waras?" gumam Daniel yang menatap aneh ke arah wanita tersebut.

Daniel mengunci layar ponselnya dan berniat memasukkannya kembali ke dalam kantong jaketnya. Dia baru saja tiba dari Bandara Incheon tanpa menginjakkan kakinya terlebih dulu di hotel. Namun Daniel justru langsung ke Namsan Tower. Kedatangannya bukan tanpa sebab. Daniel teringat seseorang yang begitu menyukai tempat ini.

Felice mantan kekasihnya beberapa waktu lalu memutuskan pertunangan mereka padahal hari H pernikahan hanya tinggal menghitung hari. Sesak tiba-tiba menyerang ulu hati laki-laki itu. Ternyata tujuh tahun hubungan mereka tidak cukup membuat Felice benar-benar mencintai Daniel.

Lamunan Daniel terbuyarkan saat melihat wanita yang ia perhatikan tadi mulai menaiki pagar pembatas, "Apa dia sudah gila!!" seru Daniel tak percaya. Sontak Daniel berlari dan menarik tangan Marisa untuk menyelamatkan hidup wanita itu.

"Siapa kamu?! Lepaskan tanganku sekarang juga!" teriak Marisa membuat telinga Daniel terasa berdengung. Daniel membawa Marisa menjauh dari tempat itu. Meskipun dia harus menerima berbagai macam sumoah serapah dan pukulan kecil pada tangannya dari wanita itu. Saat Daniel sudah membawa wanita itu ke tempat yang lebih aman, dia melepaskan tangan Marisa.

"Jangan jadi wanita bodoh! Lanjutkan hidupmu dengan lebih baik maka kamu akan lebih bahagia tanpa lelaki yang sudah mengecewakanmu itu," kata Daniel.

Setelah mengatakan hal itu Daniel membalikkan tubuhnya dan berniat pergi meninggalkan Marisa yang masih membeku di tempatnya berdiri setelah mendengar ucapan dari Daniel barusan. Namun tiba-tiba langkah kaki Daniel terhenti ketika dia merasa ada yang menarik jaketnya yang ia kenakan dari belakang.

"Bawa aku bersamamu," ucap Marisa lirih. Dia tak berani menatap Daniel yang menoleh ke belakang.

"Apa katamu?" tanya Daniel memastikan apa yang baru saja didengarnya itu sepertinya salah.

"Aku—gak punya uang dan tujuan. Bawa aku bersamamu." Marisa menjawab dengan terbata sementara tangannya masih memegangi ujung jaket Daniel.