webnovel

when the rain's fall

magda_m · Urbano
Classificações insuficientes
18 Chs

5. Fever

Lean memaksakan tubuhnya bangun dari tempat tidur. Suara bel di pintu apartemen yang berulang dan tidak berhenti membuatnya semakin pusing.

Setelah kejadian kemarin di pulau, Lean ingat bagaimana akhirnya Ia bisa sampai ke apartemennya, sesaat setelah mobil Chad berhenti. Ia langsung berlari tanpa menoleh. Semua kejadian itu terus mengulang di kepalanya. Seolah Chad masih ada di sampingnya, deru nafasnya masih terasa panas di telinganya.

Tubuhnya tidak siap menghadapi semua kejadian itu. Pagi ini Lean memberikan pesan singkat kepada David agar Ia dapat beristirahat karena badai yang melanda di pulau.

David menyetujuinya dan menawarkan untuk mengirimkan makanan yang dapat Lean makan karena Lean hanya tinggal sendirian.

Lean ingat telah menolak kebaikannya.

Tapi mengapa bel pintunya berbunyi tidak henti. Apakah itu David ?

Makanan ?

dengan pelan Ia membuka celah pintu apartemennya.

Ia terdiam terpaku seketika.

Chad berdiri di sana membawa paperbag berisi makanan.

Sesaat setelah pintu terbuka. Chad langsung masuk tanpa berkata apapun.

Ia membuka dasi dan jas nya. membuka sepatu tapi tidak kaos kakinya. meletakkan paper bag di atas meja makan. Ia melihat sekeliling, kemudian menarik tubuh Lean dalam pelukannya.

"Aku demam.. " ucapnya. Jantung Lean pun berdegup kencang.

"Jika kau sakit harusnya ke rumah sakit bukan ke sini.. "

Chad menggeleng tidak setuju.

"Kau yang harus bertanggung jawab.. " ucapnya

Sebelum Lean mengucapkan sesuatu. Chad memeluknya di tempat tidur.

Matanya terpejam, badannya terasa panas.

"Let me sleep.. " bisiknya. Nafasnya perlahan sangat teratur. Lean merasakan dekapan Chad dengan pasrah, Wangi tubuhnya yang masih Ia ingat jelas kembali memenuhi Indra penciumannya, membuatnya sangat nyaman dan mengantuk.

Seolah Chad adalah bantal yang dari tadi Ia cari.

Ia pun akhirnya tertidur dalam pelukan Chad.

Beberapa jam berlalu. Lean mendengar suara BIP yang familiar. Namun matanya masih enggan untuk terbuka.

Chad menjauh dari microwave dan perlahan duduk di kursi di depan tempat tidur Lean.

Matanya menatapi gadis itu dengan tenang.

Ketika pertama kali melihatnya, Chad seakan ditarik dalam momentum yang sangat tidak Ia kenal. semua tentangnya begitu menarik emosinya. Padahal Ia tidak pernah merasakan apapun terhadap perempuan lain. Bahkan dengan banyaknya sosialita, selebritis atau pun pengusaha yang sering mendekati nya, tidak satupun yang menarik untuknya.

Kejadian kemarin pun Chad sama sekali merasa itu bukan dirinya. Dirinya yang sangat menginginkan perempuan. Padahal Ia sedikitpun tidak akan mau berhubungan dengan seorang klien.

Dari semua perasaan aneh, hatinya semakin tertekan saat melihat noda darah pada selimut itu kemarin.

Chad adalah pria pertamanya.

Awalnya Ia berfikir gadis yang terlihat bebas ini pastilah berfikiran bebas juga terhadap sex.

Ia masih ingat saat airmata Lean mengalir perlahan saat Chad melakukannya. Entah sudah berapa kali saat itu Chad meminta maaf padanya.

Chad tersenyum

Im sorry.. Im sorry but I can't stop..

Pagi ini saat terbangun, Ia masih mengucapkan kata kata itu. Ketika Ia sampai di kantor, yang Ia lakukan menelpon David untuk mengirimkan Lean ke kantornya untuk merevisi sesuatu.

Namun David mengatakan bahwa gadis itu sakit.

Sampailah Chad disini, mengisi dayanya dengan memeluk gadis itu beberapa jam.

Mata Lean perlahan terbuka, Ia merasakan suasana aneh. Saat menangkap bayangan Chad di depannya, Ia reflek terbangun.

Chad memiringkan kepalanya memperhatikan reaksi Lean. Lean terduduk dengan sisi kaosnya yang melorot ke pundak, rambut ikalnya sebagian menutupi dahinya.

Wajahnya memerah diperhatikan Chad seperti itu. Namun suasana tidak berlangsung lama. suara bip yang familiar membuat mereka menoleh.

Chad bangun dan mengeluarkan sesuatu dari microwave dan meletakkan di meja makan.

Lean beranjak dari tempat tidurnya, kedua tangannya bergerak merapikan rambutnya dengan mengikatnya membentuk Cepol di kepalanya.

Chad berbalik melihatnya. seketika matanya berubah tajam. Lean terdiam bingung. sedetik kemudian Chad mengalihkan pandangannya.

Chad mulai memakan makanan di depannya dengan menunduk.

Lean menuangkan air putih hangat didepannya.

Ia menatap Chad bingung.

ada apa dengannya?

kenapa seolah tidak mau melihatnya?

apa ada yang salah dengan ku?

kenapa mahluk ini berada disini?

Lean mulai memakan makanan di hadapannya. Matanya masih menatap Chad tidak mengerti. Ia hanya bisa menatap rambut Chad yang menjuntai di keningnya.

Lengan kemejanya digulung setengah.

Tiba-tiba Chad menegakkan tubuhnya dan bersandar.

Matanya langsung mengarah ke Lean yang langsung terbatuk kaget.

Lean meminum air putihnya dengan perlahan.

Chad masih diam menatapnya

"Ada apa.. " ucap Lean bingung.

"Aku sudah merasa lebih baik.. "

"baguslah kalau begitu.. "

keluarlah dari sini aku tidak bisa bernafas..

Jerit Lean dalam hati.

"Apakah kau ingin coffee.. "

ahh apa yang kulakukan, membuatnya lebih lama lagi di sini, bisa mati kehabisan nafas. Dia sama sekali tidak berhenti menatapku.

"Oke.. "

Lean terdiam dan langsung beranjak ke coffee maker. Saat selesai memencet tombol tiba tiba sepasang tangan menarik pinggangnya. wangi yang familiar itu memeluknya perlahan. Wajah itu dengan nafasnya yang panas berbisik kembali di telinganya.

"you are mine.. " ucapnya.

Lean ingin protes atas klaimnya. Tapi seolah Chad sedang menghakiminya. Ia menjilat leher Lian dengan liar, mengecupnya dan menyedotnya berulang kali. Tubuh Lean langsung kehilangan tenaganya.

"Jangan pernah memperlihatkan leher jenjangmu kepada lelaki lain. You're mine!"

Lean terkesiap. Jadi itu masalahnya. Ia tergoda hanya dengan melihat leher Lean yang tidak tertutup rambut.

What is this? some kind like possesive attitude..

apa yang dia maksud dengan kepunyaannya?

Apakah Chad menyadari dia adalah pria pertamanya.

Tidak dapat berfikir lebih banyak lagi. Chad menggendongnya ke tempat tidur.

Lean terkejut berusaha meronta. Namun tubuh Chad kembali berada di atasnya. Wajahnya kembali kelehernya.

Lean menutup bibirnya, berusaha menahan desahan yang keluar dari sana. Chad menatapnya sejenak. Jarinya menyentuh bibir Lean pelan. Bibir itu secara reflek terbuka perlahan.Tubuh Lean mengejang sesaat bibir Chad melahap bibirnya dengan liar.

"you're mine.. " bisiknya lagi.

Tuhan ... kenapa tiba - tiba aku berada dalam genggamannya.

Kenapa aku tidak bisa menghentikan apapun yang dilakukan sosok ini padaku.

Aku ingin melihat lagi wajah kesakitannya. Seolah Ia tersiksa dengan semua perasaan nikmat saat bercinta dengannya.

Lean merasakan panas tubuh Chad, entah karena demamnya atau karena gairah yang Ia rasakan.