webnovel

WHEN MAFIA LOVES ANGEL [Bahasa Indonesia] - 1

"Apakah aku sudah mati dan berada di surga sekarang ?" Dave berkata lirih. Kamukah wahai bidadari surga yang ditunjuk untuk menyelamatkanku ? Tanya Dave dalam hati. Ia memicingkan mata agar wajah gadis itu terlihat jelas. Seorang gadis keturunan Asia, berambut coklat tua terurai panjang bergelombang, memiliki bola mata hitam yang bagus, dianugerahi mulut mungil yang indah serta berkulit putih halus mulus bak kapas, saat ia merasakan gadis itu mengusap darah di dahinya dengan lembut. Dan Dave pun pingsan kedua kalinya pada pangkuan gadis cantik tersebut. Dave, seorang pewaris tahta mafia terkenal di Mexico ingin mendapatkan cinta Annisa, seorang turis wanita yang suatu ketika datang berlibur ke negaranya, namun niatnya terhalang karena ingin menjaga keselamatan wanita yang dicintainya tersebut. Lika-liku perjuangan Dave untuk meraih gadis impiannya ke dalam pelukannya membawa Dave berpetualang ke Indonesia demi mencapai keinginannya. ~ Zanetta Jeanne ~

ZanettaJeanne · Ação
Classificações insuficientes
15 Chs

Te Amo, Angel. [15]

Suasana cerah di sore hari di taman bunga milik keluarga Moreno menambah keceriaan para tamu yang datang. Suara-suara kicauan burung Robin yang bersahut-sahutan memeriahkan pesta di kediaman keluarga Moreno saat itu.

Semua berkumpul di tengah-tengah dekat air mancur yang suaranya terdengar menggemericik merdu perlahan. Tampak Tuan Edward hendak mengumumkan sesuatu kepada para tamunya. Di sebelahnya berdiri istrinya, Nyonya Sarah yang selama ini selalu setia menemaninya.

"Kami memohon perhatian sejenak dari Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya yang telah hadir pada pesta ulang tahun perkawinan emas kami hari ini. Selain kami merasa sangat berbahagia karena saya dan istri saya yang amat cantik ini merayakan cinta abadi kami yang telah terjalin selama lima puluh tahun, kami juga ingin mengumumkan pertunangan anak sulung kami Dave, dengan Annisa, putri bungsu keluarga Swastika yang jauh-jauh datang dari Indonesia ke Mexico City saat ini untuk merasakan kegembiraan bersama dengan kami sekeluarga." Tuan Edward mengangkat gelas sampanyenya tinggi-tinggi untuk mengajak para tamu bersulang dengannya.

"Segera setelah pernikahan Dave dan Annisa dilaksanakan, maka keluarga Moreno dan keluarga Swastika akan menggabungkan seluruh aset yang dimilikinya. Bila saat itu tiba maka saya akan mengundurkan diri dari tampuk kepemimpinan keluarga Moreno, dan Dave yang akan menggantikan posisi saya selanjutnya. Saya yakin Dave bisa membawa keluarga Moreno ke arah masa depan yang lebih baik."

"Mari kita bersulang untuk Dave dan Annisa, semoga semuanya berjalan dengan lancar." Tuan Edward menutup pidatonya.

Para hadirin bertepuk tangan dengan meriah. Seketika suasana menjadi sangat ramai karena terpal tipis berwarna biru teduh yang selama ini menaungi mereka dari sinar matahari membuka secara perlahan, dan dari atas berjatuhan balon-balon berwarna-warni yang membuat tepuk tangan para tamu menjadi semakin kencang.

Para tamu terkesima dengan satu ikatan besar balon-balon berwarna-warni yang dikumpulkan menjadi satu dan jatuh tepat di dekat kaki Annisa.

Annisa melihat balon-balon tersebut dan bermaksud untuk mengambilnya, namun ada sesuatu yang menghentikannya sejenak. Ia menemukan satu kotak kecil berwarna merah muda terikat di ujung balon-balon. Annisa membungkukkan badannya dan mengambil kotak merah muda itu sambil bertanya-tanya. Dengan rasa penuh penasaran ia membukanya dan matanya terbelalak ketika menemukan sebuah cincin titanium bertatahkan berlian berbentuk markis sebesar satu karat di dalamnya.

Pada saat ia masih tercengang, ia menyadari Dave tengah berlutut di hadapannya dan tersenyum manis kepadanya dengan penuh harapan.

"Annisa Swastika, menikahlah denganku. Aku ingin kamu selalu menemaniku dengan cinta tak terbatasmu, agar aku bisa selalu menjagamu dengan kasih sayangku yang tak pernah pupus selamanya."

"Aku bersedia, Dave."

Dave menyematkan cincin berlian itu di jari manis tangan kiri Annisa kemudian memeluk bidadari pujaan hatinya dengan penuh mesra.

"Selalu dan selamanya, Annisa."

"Selalu dan selamanya, Dave."