Hari ini adalah hari minggu. Kebetulan cuaca hari ini cukup cerah dan menyenangkan. Sama seperti gadis kecil lucu ini yang tengah bermain di halaman rumahnya.
Senyum cerah yang selalu menyertai wajah cantiknya, rambut coklatnya yang panjang sepinggang, serta teriakan girang seiring kupu-kupu itu melayang di hadapannya. Berusaha kabur dari dirinya yang seolah akan mencengkeramnya.
"Ana?! Jangan lari-lari! Nanti kau bisa terjatuh lagi!" Seru ibunya dari dalam rumahnya yang sedang memasak.
Namun, Anastasia, gadis mungil nan lucu itu, sama sekali tak menghiraukannya. Justru ia tetap mengejar kupu-kupu itu yang tengah terbang keluar pagar. Dan tentu saja, Anastasia masih mengejarnya.
Kupu-kupu itu terbang semakin tinggi. Anastasia pun berhenti dengan dada kecilnya yang kembang kempis dengan peluh keringat yang berkilauan di dahinya karena pantulan terik sinar matahari.
Ia tak sadar bahwa dirinya saat ini sudah berada di tengah jalan yang cukup ramai. Lalu sebuah mobil di hadapannya melaju begitu cepat, Anastasia terpaku dan hanya memejamkan kedua matanya.
Kemudian ia merasa ada seseorang yang membawanya pergi, namun tak jauh. Hanya 10 langkah saja, lalu menurunkannya.
"Hei, gadis kecil? Kau tidak apa-apa?"
Ternyata seseorang yang membawanya itu adalah seorang pria. Anastasia baru mengetahui dari suaranya, sebab ia masih menutup kedua matanya.
"Hei, gadis kecil? Buka matamu, kau sudah aman sekarang," Ucap pria itu lagi.
Perlahan Anastasia membuka matanya. Tampak samar-samar namum semakin lama semakin jelas. Kali ini, ia terpaku saat menatap pria itu.
"Kau aman sekarang." Pria itu tersenyum padanya.
"Ana! Ana!" Suara ibunya kembali menyeru. Kali ini ia sampai keluar dari pagar rumahnya.
"Ya Tuhan, Ana!" Berlari menyeberang jalan menghampiri putrinya.
"Apa yang terjadi?!" Tanya sang ibu histeris.
"Tenang, bu, anak ibu tidak apa-apa," Balas pria itu yang masih menggendong Anastasia.
Sang ibu langsung merebut anaknya dari pria itu lalu memeluknya dengan erat.
"Kalau punya anak di jaga bu!" Bentak seorang pria gemuk dan tua dari dalam mobilnya.
"Hei! Kau juga! Kalau punya otak di pakai! Sudah tahu ini jalanan kecil masih saja melaju cepat!" Balas pria yang telah menyelamatkan Anastasia.
Pria gemuk itu pun turun dari mobilnya dengan perasaan kesal.
"Apa kau bilang?!"
"Cukup! Cukup!" Teriak sang ibu yang seketika membuat suasana menjadi hening.
"Saya yang salah! Saya mohon maaf! Putri saya ini autis dan saya masih memasak di dapur! Ini salah saya!" Lanjut sang ibu yang kemudian kembali masuk ke rumahnya.
Seiring langkah sang ibu membawanya, Anastasia masih saja terpaku menatap pria tampan nan atletis yang telah menyelamatkan nyawanya pagi ini. Begitu pula pria itu sendiri.
"Dasar sok pahlawan," Ujar pria gemuk itu seiring masuk kembali ke dalam mobilnya.
Bukannya merasa bersalah lalu meminta maaf, yang ada malah tatapan bengis yang pria tampan itu terima darinya hingga mobil itu berlalu meninggalkannya.
Pria itu pun kembali melanjutkan aktifitas lari paginya.
***
Keesokan paginya, sang ibu mengunci pagarnya dengan gembok, sehingga Anastasia tidak akan bisa keluar lagi dari rumahnya.
"Sekarang kau tidak akan bisa keluar, tikus kecil!" Umpatnya dengan kasar pada Anastasia yang sedang duduk di tangga depan pintu rumahnya.
Anastasia hanya diam tanpa ekspresi. Ia tetap melihat-lihat setangkai bunga mawar dalam genggamannya. Seolah sudah terbiasa dengan kata-kata kasar dari ibunya.
Tak lama kemudian, ia terkejut. Sampai-sampai ia menjatuhkan bunga mawarnya. Anastasia beranjak dari kedudukannya, ia melihat pria tampan itu di balik pagar rumahnya.
Pria itu melambaikan tangan padanya. Perlahan tapi pasti, Anastasia pun menghampirinya.
"Hei, gadis kecil, bagaimana keadaanmu?" Ucap pria itu ramah dan lembut.
"Aku..."
"Ana! Ana! Cepat masuk ke dalam!" Potong sang ibu kemudian.
Lalu pria itu memberikan permen loli padanya melewati celah-celah pagar yang membatasi mereka.
"Ini untukmu." Pria itu tersenyum.
"Sebaiknya kau cepat masuk ke dalam, sebelum ibumu marah."
"Terima kasih," Ucap Anastasia gugup sembari menggenggam permen loli pemberian dari pria itu.
"Lain kali hati-hati, jangan lagi bermain di tengah jalanan,"
Anastasia mengangguk, kemudian pergi masuk ke dalam rumahnya. Ia berniat untuk melambaikan tangan dan ucapan selamat tinggal pada pria itu, namun sayangnya pria itu sudah pergi.
Seusai sarapan bersama, sang ibu pun bertanya.
"Kau lama sekali di luar? Ibu memanggilmu berkali-kali,"
"Maaf, bu, Ana tidak mendengar ibu memanggilku," Jawab Anastasia polos.
Sang ibu pun menggebrak meja makannya hingga Anastasia terkejut.
"Kau ini tuli ya?! Hah?!"
"Ma...maaf, bu," Anastasia mulai ketakutan.
"Maaf maaf! Awas nanti jika itu terulang lagi! Akan aku hukum kau!" Lalu kembali ke dapur.
Anastasia hanya bisa menghela nafasnya dengan berat. Lalu pergi ke kamarnya.
Ia mengunci pintu kamarnya, lalu mengeluarkan permen loli itu dari saku celana hotpant-nya. Anastasia tersenyum memandangi permen loli rasa strawberry itu. Ia teringat kembali dengan senyuman pria tampan itu.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku," Bisiknya sambil tersenyum, lalu mencium permen loli itu.
***
Pagi hari sekitar pukul 6, sang ibu berpamitan padanya yang masih tidur di dalam kamarnya.
"Ana!" Sembari mengetuk pintu kamarnya.
"Ibu berangkat ke pasar dulu membeli bahan di dapur! Ingat! Jangan sampai kau keluar lagi dari rumah ini! Paham?!" Lalu pergi begitu saja tanpa jawaban dari putrinya.
Padahal sebenarnya, Anastasia sudah terbangun sejak pukul 5 pagi, duduk di depan cermin sambil menyisir rambutnya.
Ia juga sudah mengenakan tank top long dress favoritnya, seolah akan bepergian ke suatu tempat.
Nyatanya, ia berpakaian seperti itu hanya untuk bertemu kembali dengan pria tampan itu di balik pagar rumahnya.
Ia terus menunggunya hingga hampir satu jam. Namun pria itu tak kunjung datang. Sampai sang ibu kembali pulang.
"Ana? Sedang apa kau disinu?" Tanya sang ibu saat melihat putrinya sedang duduk bersandar di belakang pagar.
"Ayo masuk! Bantu ibu memasak!"
Anastasia hanya bisa menuruti perkataan ibunya. Ia berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan langkah yang lemah karena menyimpan rasa kecewa yang ia buat sendiri.
"Ana? Ada apa denganmu? Kau diam saja sejak di pagar tadi," Tanya sang ibu dingin.
"Tidak apa-apa, bu," Singkat Anastasia.
"Kau sedang apa duduk di dekat pagar tadi? Kau ini, semakin hari semakin aneh saja, kau ingin keluar lagi, kan?" Sembari mengiris daun bawang di meja dapur.
"Tidak, bu," Lalu mengaduk-aduk supnya yang sedang di masak.
"Lalu?"
"Aku menunggu pria itu,"
Perkataannya itu membuat sang ibu menghentikan aktifitasnya.
"Pria? Pria yang menyelamatkanmu 2 hari yang lalu?"
"Ya, bu, aku belum sempat mengucapkan terima kasih padanya,"
"Jadi kau menunggunya di balik pagar rumah? Apa sebelumnya dia pernah menemuimu disana?" Tanya sang ibu mulai curiga.
Sementara Anastasia kebingungan untuk menjawabnya.