Melisa duduk diam dengan pakaian yang kacau, rambutnya bahkan terlihat acak-acakan. Begitupun dengan Karina. Rupanya mereka terlibat pertengkaran hebat setelah Melisa ikut campur dan membela Tasya pelayan direstauran Felix.
"Sebaiknya kau bersiap ganti rugi atas semua keributan yang kau buat!" Bentak Melisa yang langsung dibalas sorot mata tajam dari Karina.
"Tutup mulutmu! Harusnya kau yang berhutang maaf padaku! Dasar pelayan gila. Aku bisa saja melaporkanmu ke polisi yah." Maki Karina. Terlihat kilat dimata Melisa mendengar makian yang ditujukan kepadanya.
"Sudah Melisa. Jangan sampai masalah ini semakin memanjang." Kata Felix yang tidak ingin keributan ini berlanjut. "Maafkan aku, seharusnya memang aku yang mengantarkannya sendiri pesanan untuk pelanggan VIP. Tapi karena asisten koki sedang berhalangan hadir aku jadi sedikit kewalahan." Imbuhnya kepada Karina. Karina terdiam sesaat melihat ketampanan Felix, tapi kemudian dia sadar bahwa dirinya tidak bisa mengabaikan tingkah Melisa yang menurutnya sudah kurangajar kepadanya.
"Hmmm, karena aku sangat menghormatimu chef, aku tidak akan memperpanjang masalah ini. Tapi.." Karina terlihat menatap Melisa nalang.
Felix melirik ke arah Melisa, terlihat Melisa yang bersiap membalas ucapan Karina. Tapi sebelum Melisa sempat berbicara, Felix sudah lebih dulu menjedanya.
"Biar aku yang bertanggung jawab untuk masalah ini.."
"Tidak, tidak chef. Aku ingin dia yang bertanggungjawab." Karina menunjuk tepat di wajah Melisa. "Berlutut dan minta maaf lah kepadaku!" Timpalnya.
Melisa tercengang mendengar ucapannya, seketika senyumnya menyeringai tajam. Felix sangat mengenal Melisa, dia tidak akan tinggal diam jika ada yang berniat menginjak harga dirinya.
"Bi—biar aku saja yang berlutut.." kata Felix, tapi Melisa langsung menahannya.
"Kau ingin melaporkanku ke polisi? Mau memperpanjang masalah ini? Silahkan saja! Aku tidak takut sedikitpun." Melisa mulai menunjukan taringnya. Karina semakin naik pitam mendengar kata-kata dari mulut Melisa itu.
"Kau! Tunggu saja saat kekasihku datang, dia tidak akan membiarkanmu bisa berbicara seenaknya lagi seperti itu." Ancam Karina marah.
"Karinaaa." Sebuah suara muncul bersamaan dengan pandangan mereka yang tertuju pada sumber suara.
Terlihat pria dengan pakaian rapi berjas dan tampak maskulin berjalan ke arah Karina, saat itu sikap Karina yang kasar berubah menjadi lemah lembut dan sedikit manja.
"Juaaannn.." panggilnya dengan nada suara yang membuat siapapun yang mendengarnya akan mual.
"Ya ampun, apa yang terjadi padamu Karina. Kenapa kau sampai terlibat perkelahian dengan pelayan direstauran ini?" Tanya Juan dan langsung memegangi pipi juga bahu Karina. Terlihat raut khawatir diwajahnya. "Kau baik-baik saja bukan? Bagaimana jika sampai kulit mulusmu ini terluka." Imbuhnya dan langsung memeriksan keadaan kekasihnya itu.
"Ck, kalau bukan karena pelayan tidak tau diri ini aku tidak akan terlibat masalah seperti ini Juan." Karina berdecak kesal ketika membicarakan mengenai Melisa, Juan langsung menoleh untuk melihat siapa pelayan yang berani-beraninua mengusik kekasih yang sangat dicintainya ini.
Saat itulah tatapan Juan dan Melisa bertemu, Melisa tersenyum miring mengetahui siapa yang berdiri Dihadapannya saat ini. Sejak awal kedatangannya Melisa bisa tau bahwa itu adalah Juan, calon tunangannya yang brengsek.
'Jadi wanita sombong ini adalah kekasihnya?' Batin Melisa saat pertama kali melihat Juan.
Juan sendiri sempat tidak mengenali Melisa karena pakaian pelayan yang dikenakannya juga rambutnya yang terikat sebagian, tak lupa kacamata yang dipakainya menambah perbedaan di penampilannya selama beberapa kali bertemu dengan Juan. tapi saat melihat senyuman Melisa, dia langsung bisa mengenalinya.
"Kau.." Juan seketika syok melihat Melisa lah yang bermasalah dengan Karina.
"Wooww, betapa sempitnya dunia ini." Gumam Melisa lirih.
"Apa katamu Mel?" Tanya Felix yang berdiri tepat disamping Melisa sehingga ia bisa mendengar samar-samar gerutuan dari mulut sahabatnya tersebut.
"Ahh bukan apa-apa Kok."
"Juan! Kenapa wajahmu panik seperti itu? Apa kau mengenal wanita ini?" Tanya Karina yang langsung menatap secara bergantian ke arah Melisa dan Juan.
"Aahh itu.." Juan terlihat ragu mengatakan siapa Melisa sebenarnya.
"Kenal? Mana mungkin aku kenal pria seperti kekasihmu ini." Sambung Melisa dengan juteknya. Membuat Karina semakin kesal saja.
Juan yang semula diam karena terkejut dan bingung harus menjawab apa seketika tersulut amarah karena Melisa justru mengatakan bahwa dia tidak mengenal Juan.
"Karina, mana mungkin aku yang seorang CEO perusahaan besar mengenal pelayan aneh seperti dia?" Juan balas tidak mengakui bahwa dirinya mengenal Melisa. Dia bahkan langsung merangkul Karina mesra.
"Benarkah? Kalau begitu ayo laporkan wanita ini ke polisi! Dia sudah menjambak rambutku Juan." Kata Karina manja, Juan langsung tercekat mendengar permintaan kekasihnya tersebut.
"A-apa? Itu.." Juan terlihat gelisah.
"Kau juga balas menjambakku tadi! Coba saja laporkan aku.. tentu saja jika kalian berani." Melisa tersenyum licik, saat ini dia dalam posisi unggul dari Juan.
'Coba laporkan aku, maka aku akan balas laporkan kau ke ayahmu karena sudah berani berniat memenjarakan calon tunanganmu sendiri.' Kata Melisa dalam hati, dia bahkan hampir tertawa melihat ekspresi kepanikan di wajah Juan.
"Kenapa Juan? Jadi kau akan membiarkan begitu saja orang yang sudah menjambak rambut pacarmu ini?" Karina terlihat kesal karena Juan tidak merespons baik permintaannya.
"Aku mohon, ini bisa diselesaikan secara baik-baik. Aku benar-benar minta maaf atas ketidaknyamanan ini." Felix terlihat tulus meminta maaf, ia bahkan sesekali menggerakkan kepalanya menunduk sebagai bentuk permohonan maaf.
"Kenapa kau yang minta maaf sih?" Bisik Melisa.
"Mel, sudahlah. Jika sampai ke polisi restaurant ini juga akan kena imbasnya." Sahutnya lirih. Melisa menghela napas berat, benar yang dikatakan Felix semua akan berimbas ke restaurant miliknya.
"Aku setuju dengan perkataannya Karina, masalah ini tidak perlu sampai ke polisi. Bukankah kau juga balas menjambak rambutnya?" Juan mencoba mendukung perkataan Felix dengan pikirannya yang rasional. Mendengar ucapan Juan, seketika Karina menoleh dan menatap tajam ke arahnya. Bahkan Juan pun tidak menuruti keinginannya.
"Jadi kau membela pelayan ini Juan?"
"Bukan seperti itu Karinaku." Suara Juan begitu pelan dan lembut.
"Haaahh, Buktinya kau tidak mau melaporkan wanita ini ke polisi!" Suara Karina terdengar menggelegar, untungnya mereka saat ini berada di ruang VIP yang berbatas kaca dengan ruang biasa sehingga pelanggan diluar tidak begitu bisa mendengar pembicaraan mereka. Pelanggan yang lain hanya sesekali menatap heran ke arah mereka semua.
"Bukan seperti itu Na, tapi melaporkan hal ini kepolisi.. itu sepertinya sedikit berlebihan." Juan melirik ke arah Melisa yang tersenyum puas, tentu saja alasan Juan tidak bisa melaporkan Melisa adalah karena Melisa merupakan wanita yang akan dijodohkan dengannya. Dia tidak mungkin memancing kemarahan sang ayah karena sudah berani memenjarakan Melisa.
"Hissss, dasar kau ini!" Melisa yang marah langsung berlari keluar dengan wajah cemberut, Juan yang panik langsung mengejarnya.
"Naaa, jangan seperti ini.." teriaknya berusaha membujuk Karina.
Saat Karina berlalu pergi dan meninggalkan mereka spontan tawa Melisa pecah, hal ini mengundang tanda tanya di benak Felix. Sepertinya tidak ada hal lucu yang bisa membuat Melisa tertawa seperti itu.
"Kenapa ketawa Mel?"
"Aahhh ituuu.. lucu saja." Jawab Melisa masih terus tertawa.
"Apa kau benar tidak mengenal pria itu?" Tanya Felix yang masih penasaran.
"Ohh itu.. sebenarnya aku mengenalnya." Melisa mulai berkata jujur.
"Ohh yah? Lalu kenapa kau bilang tidak kenal tadi? Memangnya siapa pria itu?"
Melisa mencoba menghentikan tawanya sebelum menjawab pertanyaan Felix.
"Pria itu adalah orang yang akan dijodohkan denganku." Sahut Melisa dengan entengnya.
Felix langsung diam mematung, hatinya terenyuh mendengar ucapan Melisa barusan. Dia tidak menyangka sosok pria itu adalah orang yang nantinya akan memiliki Melisa wanita yang dicintainya sejak lama.