webnovel

Watcher: In the Glass Realm

Anastasia dan Bianca merupakan anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan bernama "Happy Life". Akan tetapi, hidup mereka tidak seindah yang pikirkan. Mereka tiap hari harus mengejarkan pekerjaan yang cukup melelahkan dari pemilik panti. Suatu ketika, Anastasia ditugaskan untuk membawa binatang peliharaan pemilik panti di taman. Saat dia membawa binatang itu, tiba-tiba dia mendengar seorang anak yang tampaknya sedang di bully oleh beberapa anak lainnya. Anastasia membantu anak itu dan mereka kemudian menjadi teman. Dia lalu berterima kasih dan meninggalkan Anastasia. Anastasia kembali ke panti, tetapi masalah lain kembali muncul. Salah seorang anak panti lainnya tiba-tiba menghilang. Anastasia ditugaskan untuk mencari anak panti itu dan berhasil menemukannya. Anak itu ternyata disekap oleh sosok mahluk yang aneh. Mereka akhirnya menemukan cara untuk meloloskan diri dan segera kembali ke panti. Akan tetapi, mahluk itu tampaknya tidak melepas mereka dengan mudah. Anastasia sempat ditangkap oleh mahluk itu menggunakan tentakelnya, tetapi dengan perlawanan singkat Anastasia bisa meloloskan diri. Namun, mahluk aneh itu meninggalkan sebuah luka aneh di kaki Anastasia. Suatu ketika, seorang donatur datang yang ternyata adalah orang tua dari anak yang dibantunya ketika di taman waktu itu. Mereka menawarkan anak-anak panti untuk bermain di karnival berjalan milik donatur. Semuanya tampak aman-aman saja, tetapi Bianca yang merupakan sahabat karibnya tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Anastasia berusaha mencari keberadaan temannya itu. Setelah diteliti lebih lanjut, temannya ternyata diculik oleh satu satu mahluk yang sama persis menyerangnya waktu itu. Anastasia mulai berkeliling mencari sahabatnya di karnaval tersebut dan berhasil menemukan sahabatnya. Namun, Anastasia terlambat karena temannya seketika menghilang ketika berada di dalam sebuah ruangan yang penuh kaca. Tiba-tiba luka milik Anastasia seketika bereaksi hingga Anastasia mampu membuka sebuah portal ke dimensi lain yang bernama Mirland. Anastasia memutuskan untuk masuk ke dunia itu untuk mencari sahabatnya yang menghilang. Akan tetapi, setiap tindakan ada resiko yang harus ditanggung. Di saat yang bersamaan, Anastasia juga secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada mahluk jahat dari dunia Mirland untuk ke luar dan menguasai dunia. Anastasia harus cepat mencari keberadaan Bianca serta mencegah mahluk jahat itu untuk menguasai dunia atau semua yang dikenalnya akan menghilang.

Little_BlackHorse · Terror
Classificações insuficientes
27 Chs

Bab 11: Luka misterius

Madam Nigera tidak menghiraukan perkataan Anastasia. Matanya terus terpaku ke arah kaki Anastasia tanpa berkedip sedikit pun. Anastasia yang semakin penasaran langsung melihat mengikuti tatapan Madam Nigera.

"Ah!"

Wajahnya seketika menegang. Tangannya terus gemetar tiada henti. Sebuah luka terlihat jelas terukir di atas permukaan kulit Anastasia. Luka itu terlihat seperti cakaran binatang buas atau semacamnya. Cairan berwarna ungu kehitam-hitaman ke luar dari bekas luka itu secara perlahan.

"Anastasia, kamu harus tenang." Madam Nigera memegang bahu Anastasia untuk membuatnya tenang. "Ini hanya luka bisa, kamu jangan khawatir."

"Madam, tapi itu cairan apa?" tanya Anastasia sambil terus melihat cairan ungu tersebut yang terus ke luar tiada henti. "Aku sama sekali tidak pernah melihat cairan aneh ini," ucapnya dengan suara gemetar.

"Anas, kamu tenanglah. Aku akan segera mencari cara untuk menyembuhkan luka ini." Madam Nigera mengambil perban dari dalam kotak penyimpanan miliknya. "Aku merasa perban ini dapat mengurangi efek dari luka ini."

Tangisan Anastasia pecah. Dia sangat takut akan terjadi sesuatu yang buruk dengannya. Dia sama sekali tidak bisa memikirkan hal lain selain kematian sekarang. Tatapan Anastasia kosong dan dia sama sekali tidak tau apa yang harus diperbuat sekarang.

"Anas, aku berjanji akan mencarikan obat untuk lukamu. Akan tetapi, kamu harus berjanji kepadaku," ucapnya dengan wajah serius

"Janji apa, Madam?" tanyanya dengan suara yang terdengar tidak bertenaga.

"Jangan pernah memberitahukan mengenai luka ini kepada siapa pun." Madam Nigera berusaha memperingatkan Anastasia. "Ingat, hanya kita bertiga yang mengetahui hal ini."

Anastasia hanya mengangguk dengan perlahan. Madam Nigera lalu menggendong Dorothy yang tampaknya telah tertidur pulas di kursi milik madam Nigera. "Anastasia, aku merasa sebaiknya kamu kembali ke kamarmu. Kita akan melanjutkan hal ini besok."

Madam Nigera ke luar dari ruangannya dan membawa Dorothy kembali ke kamarnya. Suasana di dalam ruangan madam Nigera terasa sangat sepi. Anastasia memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Pikirannya mulai tidak tenang. Setiap kali dia membuka lembaran buku novel miliknya, dia terus membayangkan hal buruk yang akan terjadi.

Apakah, aku bisa memegang perkataan madam Nigera?

Perkataan itu membuatnya menutup novelnya dan berjalan menuju tempat tidur. Matanya terus memandang langit-langit kamarnya. Dia sama sekali bingung harus melakukan apa sekarang. Ucapan madam Nigera tampaknya begitu menjanjikan, tetapi dia merasa ada hal yang madam Nigera ketahui mengenai luka ini.

Ah, sudahlah.

Mata Anastasia perlahan menutup dan akhirnya dia terlelap. Di dalam alam mimpi Anastasia, dia terlihat sedang berada di dalam sebuah tempat yang sangat gelap. Dia beberapa kali memanggil seseorang, tetapi tidak ada sahutan balas dari perkataannya.

Beberapa meter di depannya terlihat sebuah cermin besar. Ukurannya satu kali lebih besar dari ukuran badan Anastasia. Di sepanjang sisi cermin itu, terlihat ukiran yang sama saat dia berada di lantai bawah panti ini.

Rasa penasaran memberanikan Anastasia berjalan mendekat. Suara langkah kakinya bisa terdengar jelas. Mata Anastasia berusaha mencari keberadaan seseorang, tetapi hasilnya nihil. Dia terus saja melangkah hingga berada tepat di depan cermin itu.

Bayangan wajah Anastasia terlihat jelas di dalam sana. Semuanya terlihat tampak normal. Akan tetapi, Anastasia tiba-tiba merasa sakit dari area kakinya. Dia lalu menggulung celananya dan melihat luka itu semakin menjalar hingga ke wajahnya.

Tidak!

***

Anastasia seketika terbangun dari mimpi buruknya. Bola matanya langsung menatap langit-langit kamar. Keringat dingin membasahi permukaan kasurnya. Denyut jantungnya masih berdetak cukup kencang.

Astaga, untunglah hanya mimpi.

Ah, aku sebaiknya melupakan mimpi itu.

Anastasia menyeka sisa keringatnya dan menarik napas yang dalam. Dia berusaha untuk mengatur irama napasnya agar normal terlebih dahulu. Dia lalu segera beranjak dari kasurnya dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan yang lainnya. Setelah itu, Anastasia ke luar dari kamarnya menggunakan celana panjang hingga menutupi bekas luka miliknya. Selang beberapa menit kemudian, terdengar suara Bianca ke luar dari kamarnya. Bianca yang melihat Anastasia langsung memanggilnya.

"Hei, Anas." Wanita berambut kuning denga bola mata biru sapphire memanggilnya. "Bagaimana, kamu berhasil menemukan Dorothy?" tanyanya dengan penasaran.

"Iya Bi, semuanya aman terkendali," ucap Anastasia membalasnya dengan senyuman.

"Syukurlah," ucap Bianca sambil menghela napas. "Eh Anas, kita sebaiknya cepat sebelum madam Theresa menegur kita untuk kesekian kalinya." Bianca memegang tangan Anastasia dan mereka berdua mempercepat langkah kaki menuruni anak tangga.

Mereka berdua akhirnya turun dan melihat beberapa anak panti mulai berkumpul di dalam ruang tamu. Mereka berdua sepertinya tidak terlambat dan tampaknya madam Theresa mau pun Nigera belum ada.

"Anas, untunglah mereka berdua belum ada," ucap Bianca dengan senyum manis terukir di bibirnya.

Mata Anastasia bergerak melihat setiap wajah anak-anak yang berada di sana. Namun, dia sama sekali tidak melihat keberadaan Dorothy mau pun Jaqline. Anastasia merasa Jaqline dan Dorothy mungkin masih istirahat.

Ah, sudahlah yang penting mereka berdua sudah berada di sini.

Lima menit setelah itu, suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan. Madam Theresa melangkah diikuti dengan madam Nigera tepat di belakangnya. Akan tetapi, ada yang aneh dengannya. Madam Theresa yang selalu menunjukkan ekspresi datar ketika bertemu dengan anak-anak kali ini menunjukkan ekspresi yang berbeda.

"Eh, Anas kamu tidak merasa aneh dengan sikap Madam Theresa." Bianca berbisik ke telinga Anastasia dengan tatapan yang terus melihat gerak-gerik aneh madam Theresa.

"Iya, Bi. Madam Theresa hari ini lebih banyak tersenyum," ucap Anastasia membalas ucapan Bianca. "Aku merasa dia sepertinya mendapatkan kabar bahagia."

"Iya, Anas. Aku juga berpikiran hal yang sama."

Mereka berdua hanya bisa diam. Madam Theresa lalu mengatakan bahwa akan ada keluarga yang kaya dan terkenal akan datang sebentar malam dan melihat panti asuhan "Happy life". Keluarga itu merupakan kenalan madam Theresa ketika masih muda. Kedatangan keluarga kaya berarti mereka mungkin saja akan membantu perekonomian panti asuhan ini dengan menjadi donatur. Semua anak-anak yang berada di dalam ruangan itu melompat kegirangan. Hal itu tentu saja menjadi pengalaman baru untuk mereka semua.

Madam Nigera lalu mengetuk meja yang berada di sampingnya. "Anak-anak tenanglah, biarkan madam Theresa menyelesaikan ucapannya."

Madam Theresa kemudian melanjutkan ucapannya dan berencana akan membuat jamuan makan malam sederhana untuk menyambut kedatangan keluarga tersebut.

"Anak-anak, kita harus membuat keluarga ini terkesan dengan panti asuhan ini." Mata Madam Theresa terlihat membara. "Keluarga ini harus mendapatkan kesan yang baik selama berada di sini."

"Baik, Madam," sahut anak-anak itu serentak.

"Nigera, kamu akan mengatur bagian makanan." Madam Theresa lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam aku celananya. "Aku menemukan beberapa resep di laci Eugene, kamu mungkin bisa menggunakan resep ini."

"Baik, Madam. Aku akan mencoba untuk membuatnya," ucap Madam Nigera sambil menerima kertas itu dari genggaman madam Theresa.

Tidak lama kemudian, dering telepon madam Theresa berbunyi. Dia berjalan ke luar dari ruangan sambil mengangkat telepon miliknya. Madam Theresa tampaknya menyerahkan semua tugas ini kepada Madam Nigera.

Madam Nigera lalu membagi kelompok untuk membersihkan rumah, sekaligus mengurus bagian makanan. Anastasia ditugaskan untuk membersihkan ruangan, sedangkan Bianca akan membantu madam Nigera di dapur.

"Bianca, kamu dan anak-anak yang lainnya jalan terlebih dahulu," ucap Madam Nigera. "Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan Anastasia."

"Baik, Madam," ucap Bianca memanggil anak-anak dan berjalan meninggalkan ruangan.

"Anastasia, aku sepertinya telah menemukan seseorang yang akan membantumu menyembuhkan luka itu," ucapnya dengan suara berbisik.

"Madam, apakah kamu yakin?" Anastasia mengerutkan alisnya. "Aku melihat luka ini sepertinya bukan biasa."

"Anastasia, tenanglah. Kita akan membicarakan ini setelah acara ini berakhir."

Madam Nigera berjalan meninggalkan Anastasia bersama dengan anak-anak yang akan membantunya. Anastasia berpikir bahwa dengan bantuan anak-anak semuanya akan terasa lebih mudah. Namun, tampaknya anak-anak tersebut tidak mendengar arahan dari Anastasia dan membuatnya semuanya semakin berantakan.

"Astaga, anak-anak ini." Anastasia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia lalu mengoleskan jarinya di atas permukaan lantai. "Hei, siapa yang bertugas membersihkan lantai. Ini masih sangat kotor!"

Mereka sama sekali tidak menghiraukan perkaataan Anastasia dan terus saja bermain dan berputar-putar layakanya sedang berada di taman bermain. Debu yang masih menempel di lantai, air cucian pel yang tumpah, lantai yang belum disikat, pegangan tangga yang belum dibersihkan membuat kepala Anastasia semakin memanas. Dia sudah tidak sanggup meredam amarahnya. Anastasia kemudian mengambil sebuah tongkat sapu dan berjalan di tengah-tengah mereka.

"Hei, anak-anak kalian semua diam!" teriak Anastasia terdengar memenuhi seisi ruangan.

Mereka semua diam dan duduk manis layaknya kumpulan anak kucing yang siap diberi makanan. Anastasia lalu kembali memberikan arahan. Suaranya terdengar begitu garang dan tegas. Dia juga sesekali membesarkan bola matanya ketika melihat jika salah seorang anak itu mulai melakukan gerakan aneh.

"Ok, apakah masih ada hal yang ingin kalian tanyakan," ucap Anastasia sambil menghantam batang sapu dengan lantai. "Kalian sudah paham!"

Anak-anak itu hanya membalas dengan anggukan dan segera bergerak sesuai dengan arahan Anastasia tadi. Mereka bekerja dengan tenang dan tanpa suara sedikit pun.

Ok, setidaknya sekarang keadaan sudah mulai ….

Tiba-tiba Anastasia mulai merasakan sakit di sekitar bekas lukanya. Dia berusaha menahan sakit itu dan berjalan ke sebuah ruangan yang tidak ada siapa pun di sana. Tangannya lalu menarik sebuah kursi cokelat tua dan duduk di atasnya. Dia perlahan membuka perban yang dililit cukup tebal diikuti denyut jantungnya semakin kencang.

Apakah, ini semua berhubungan dengan luka ini?