"Bash!"
Kudorong Babas bin Malik sampai tersandar di dinding koridor rumah sakit, dekat area kantin. Disini area yang cukup sepi, pas sekali untuk mendesaknya bicara.
Aku mengungkungnya dengan tanganku yang ku topangkan pada dinding di belakang kepalanya, mendekatkan wajahku padanya seperti di adegan-adegan drama dimana si cowok menahan ceweknya dengan tangan yang sengaja menghimpit si cewek dengan dinding agar dia tidak bisa pergi, lalu biasanya adegan berlanjut dengan ciuman oleh si cowok. Bedanya, aku tidak ingin mencium Babas (amit-amit) tapi bertujuan untuk mengintimidasinya agar mau bicara.
"Kemaren aku denger Bimo sama Dwi ngomongin soal pelakunya, tapi aku juga denger suara kamu yang bilang buat jangan kasih tau aku, benar begitu saudara Babas bin Malik?!" seraya ku picingkan mata agar dia takut.
"R-r-r-r-r-raaay! Kamu deket banget Kampret!" dia gelagapan, berusaha menjauhkan wajahnya dari wajahku. Heh! benerkan dia takut!
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com