webnovel

WARNA HIDUP

Awi : "Aku tidak tahu bagaimana perasaanku saat ini." Jemmy : "Orang itu bisa membuatku gila." Nathan : "Jangan melirik laki-laki lain." Vina : "Awi adalah suami yang baik dan bertanggung jawab. Aku sangat mencintainya." Cerita yang sering terjadi di kehidupan. Cerita dengan berbagai rasa dan warna. WARNA HIDUP #lgbt #romance

ionnoi · LGBT+
Classificações insuficientes
17 Chs

14

~ Author Pov ~

Dikamar dengan ukuran yang tidak terlalu besar terlihat Nathan sedang bermain hp sambil tiduran di atas tempat tidur. Di bawah tempat tidur bersandar seorang laki-laki dengan banyak tatto di pundak hingga pinggangnya. Dia juga terlihat sedang bermain hp. Rambutnya yang panjang terlihat di kuncir ke belakang.

"Kamu nggak pulang?" tanya Robby yang masih sibuk dengan hpnya.

Robby sedang bermain game ML yang sedang di gandrungi banyak orang saat ini.

"Aku nggak mau pulang. Dia nggak menghubungiku. Jadi untuk apa aku pulang?" sahut Nathan.

Nathan mendadak menjadi kesal karena mengingat Jemmy tidak menyangkalnya saat dia menyinggung ada 'main' di belakangnya. Nathan juga kesal karena Jemmy tidak menyusulnya saat dia keluar dari apartemennya. Nathan semakin kesal saat mengingat tidak ada kejujuran atau permintaan maaf yang tulus dari Jemmy.

Nathan bertambah kesal karena Jemmy menuduhnya berselingkuh.

Dan sekarang dia semakin kesal karena sampai saat ini Jemmy tidak menghubunginya.

Bruukkk!!!

Tiba-tiba Nathan melempar bantal ke lantai dan membuat Robby terkejut.

"Ngapain sih kamu Nat?!" seru Robby.

Robby mengambil bantal itu lalu mengembalikannya ke tempat tidur.

"Aku kesal. Aku marah. Aku hiiihh!!!!"

Nathan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat sambil bergerak seperti orang yang gemas pada sesuatu.

Robby tertawa.

"Kalian bukan anak kecil lagi yang kalau ada masalah main kabur-kaburan," kata Robby yang kembali memainkan gamenya, "kalian harus bicara dengan kepala dingin dan katakan apa yang kalian inginkan. Jadi kalian bisa saling mengerti satu sama lain."

Ada alasan kenapa Robby bicara seperti itu. Nathan yang dia kenal adalah orang yang selalu menjaga perasaan Jemmy dan yang lebih mengkhawatirkan, Nathan tidak mau terlihat buruk di mata Jemmy. Sehingga dia menyembunyikan perasaannya di depan Jemmy.

Sedangkan Jemmy yang dia tahu lewat Nathan, adalah orang yang susah ditebak jalan pikirannya. Jemmy adalah orang yang cukup pendiam. Dia bisa menyembunyikan semua masalah dan menanggungnya seorang diri. Terkadang Jemmy bisa berbohong hanya untuk menyenangkan hati Nathan. Dan saat ini Nathan takut jika Jemmy sudah bosan dengannya tapi tidak mau berkata jujur.

Nathan terdiam. Dia melihat hpnya dan melihat tidak ada panggilan ataupun pesan dari orang yang dia tunggu.

"Biar aku tidur di sini semalam lagi," pinta Nathan.

Robby hanya bisa menghela nafas panjang.

~ Awi Pov ~

Aku melihat pak Jemmy sering melihat hpnya. Mungkin dia menunggu panggilan seseorang. Mungkin kekasihnya.

Hari ini aku ada jadwal kunjungan ke toko-toko dengan pak Jemmy. Seperti biasa kami naik mobilnya dan aku yang menyetir. Hari ini cukup tiga toko yang kami kunjungi. Tadi kami membahas program baru untuk beberapa barang yang kami tawarkan. Dan karena kami pulang lebih awal, aku memutuskan untuk berbicara berdua dengan pak Jemmy untuk menegaskan sesuatu. Mungkin memang harus hari ini aku bilang ke dia untuk bersikap biasa saja padaku. Aku ingin pak Jemmy memperlakukanku sama seperti yang lainnya.

"Hallo?" terdengar pak Jemmy menjawab sebuah telfon.

"Siapa? Sekarang dimana?" suara pak Jemmy seperti orang yang terkejut.

"Kamu itu siapa? Itu kan bukan urusanmu," kali ini suara pak Jemmy terdengar meninggi.

"Berikan telfonnya ke dia!" bentak pak Jemmy.

"Apa??"

Hmm...siapa? Kekasihnya? Hubungan dia memburuk? Atau orang tuanya? Saudaranya? Temannya?

Aku terdiam.

Apa karena aku?

Entah bagaimana ceritanya aku bisa sangat percaya diri seperti ini. Tidak mungkin semua orang tau hubungan seperti apa yang kami lakukan.

"Jangan main-main...ha...hallo?? Hallooo!!"

Aku masih terdiam. Suasananya menjadi sangat tidak nyaman. Aku mendengar pak Jemmy mengumpat beberapa kali.

Aku semakin merasa tidak nyaman.

"Kita ke apartemenku saja," kata pak Jemmy yang langsung memberikan google map padaku.

Tanpa pikir panjang aku melajukan mobil sesuai permintaannya. Mempertanyakannya hanya akan membuat suasana makin mencekam.

Butuh satu jam setengah untuk sampai ke apartemennya. Apartemen mewah sih kalau di lihat dari nama dan lokasinya. Banyak sekali mobil mewah atau lebih mewah dari mobil pak Jemmy yang terparkir di sana.

"Kamu ikut Wi," kata pak Jemmy sebelum keluar dari mobil.

Aku yang masih bingung hanya bisa mengikutinya.

Untuk apa aku ikut masuk? Aku cuma butuh duduk santai di dalam mobil sampai urusan pak Jemmy selesai.

Tunggu...

Apa pak Jemmy ingin membahas hubungan kami? Bukankah tadi dia baru menerima telfon? Apa kekasihnya tau?

Aaahh...aku seperti orang bodoh yang memikirkan sesuatu tanpa tahu jawabannya. Yang bisa aku lakukan hanyalah mengikutinya.

Akhirnya aku masuk ke dalam apartemen milik pak Jemmy. Aku kira pak Jemmy akan memiliki apartemen yang besar tapi dia membeli tipe studio. Ini jauh lebih kecil dari kamar anakku. Sempit dan terlihat sesak.

Bagaimana bisa dia tinggal di tempat sesempit ini?

Saat aku masuk aku langsung melihat dapur di sisi kiriku dan kamar mandi di sisi kananku. Jauh di depanku terlihat balkon dan di samping kamar mandi ada tempat tidur.

!!!

Jantungku tiba-tiba berdetak dengan sangat cepat. Aku sangat terkejut saat tau kalau pak Jemmy sedang menatapku.

"Pak..." desisku, "lebih baik saya...tunggu di mobil sa..."

Klek...

"Pak..kenapa..pintunya di kunci?" tanyaku bingung.

Aku menatap pak Jemmy yang hanya diam menatapku. Kini dia berjalan ke arahku. Dia berdiri tepat di depanku, lalu dia...menyentuh leherku.