webnovel

Chapter 17

Setelah menandatangi kontrak kerja akhirnya besok adalah hari pertama aku bekerja di perusahaan milik Ayah Rendy lelaki yang begitu menyukai Aisyah, entahlah apa maksud dari mertuaku memasukkan aku bekerja disini, padahal beliau tau bahwa resikonya bakal runyam kalau Rendy tau aku bekerja ditempat Ayahnya.

Diperjalanan pulang aku hanya diam sembari memikirkan bagaimana caranya menjelaskan kepada Aisyah kalau diriku bakal bekerja di perusahaan milik Ayah Rendy, apakah aku harus merahasiakan ini kepada Aisyah?, kalau Aisyah tau pasti dirinya enggak bakal merestui aku bekerja disana.

"Be...kok Ayah perhatiin dari tadi diem terus?" tanya mertua

"eh..engg...enggak kok Yah ini lg mikirin anu?" sambil garuk kepala

"mikir apa?, kamu kaget pasti yah kenapa Ayah masukan kamu kerja di tempat Ayah Rendy?"

"sedikit kaget sih Yah" jawab ku pelan

"Ayah minta maaf belum menjelaskan kenapa Ayah masukin kamu kerja disana, begini Nak maksud Ayah itu baik dan kesempatan buat kamu supaya bisa menyadarkan dia Be, Ayah percaya kamu bisa membuat Rendy sadar dari perbuatannya, Ayah Rendy itu berteman dengan Ayah semenjak SD Be, jadi kita itu kayak saudara, Ayah sangat prihatin dengan kondisi Rendy seperti itu dan Ayah harap Rendy dapet hidayah dari kamu" sembari menepuk bahuku

"tapi Yah aku hanya manusia biasa yang enggak bisa memberikan hidayah kepada siapapun, hidayah sepenuhnya hak Allah"

"ya setidaknya Rendy jauh dari pergaulan nya yang merusak dirinya kan Be, semoga dia mau berteman dengan mu"

"iyah Yah insya Allah kalau membantu dia sadar aku usahakan Yah" ujar ku

"begitu dong itu baru mantu kesayangan Ayah" sahut beliau

"tapi bagaimana soal Aisyah Yah? dia pasti menolak kalau aku bekerja disana"

"untuk saat ini jangan bilang dulu kepadanya Be, rahasiakan dulu pekerjaan mu saat ini" pinta Beliau

Aku hanya menundukan pandangan sembari menganggukan kepala, berat rasanya di satu sisi aku harus berbohong kepada Aisyah dan disetiap hari aku bakal bertemu dengan Rendy lelaki yang begitu sangat membenci ku.

diriku masih belum yakin apakah Rendy yang karakternya keras apa bisa sadar sedangkan aku sendiri masih jauh dari kata berilmu.

Sesampainya dirumah aku lalu langsung berpamitan kepada Ayah dan mulai besok aku bakal memakai motor milik Aisyah karna pekerjaan sebagai kurir mengharuskan ku mempunyai motor sendiri.

Aku lalu menggenjot sepeda onthel ku menuju ke arah pulang, sesampainya dirumah aku lalu duduk di depan rumah sembari merenungkan nasib ku besok saat berhadapan dengan Rendy, "yah semoga Allah selalu menjaga ku dalam aktifitas ku bekerja besok" bathin ku

"eh Ayang udah pulang" ujar Aisyah yang datang menghampiri ku

"Assalamu'alaikum" sapa ku

"wa'alaikumsalam" balas Aisyah

"gimana Mas udah diterima kerja kah?"

"Alhamdulillah" jawab ku sembari tersenyum kepadanya

"syukur deh, rezeki emang ndak kemana yah Mas" ucap Aisyah sembari menggenggam tangan ku

"maaffin aku Syah harus merahasiakan ini kepadamu, sampai Rendy sadar aku bakal jujur nantinya" bathin ku

Keesokan harinya setelah sholat subuh aku bersiap siap memakai baju rapi yang sudah disiapkan Aisyah, lalu dengan lembut jari jemarimya mengkancing baju hem ku satu persatu, lalu tangannya berpindah memperbaiki kerah bajuku sembari tersenyum kepadaku Aisyah berkata

"semangat yah Mas hari pertama kerjanya, semoga Allah selalu melindungi suami Aisyah dimanapun berada"

"aamiin" jawab ku sembari mengecup keningnya

"aku berangkat yah Assalamu'alaikum"

"wa'alaikumsalam, jaga pandangan, jangan liat perempuan disana yah Mas, Aisyah tunggu kedatangan Mas Abe" jawab Aisyah

"iya sayang" sahut ku lalu mulai berjalan memakai sepeda ku menuju rumah Aisyah untuk mengambil sepeda motor dirumah mertua.

Ditengah perjalanan aku enggak henti hentinya berdoa semoga enggak bertemu Rendy ketika sampai di perusahaan nanti, sesampainya dirumah mertua aku lalu pamit kepada mertua ku lalu mengambil kunci motor matic milik Aisyah, kemudian motor tersebut aku kendarai melaju kearah dimana perusahaan Ayah Rendy berada.

Ketika sampai di tempat kerja aku terdiam setelah melihat sepeda motor yang tak asing terparkir di muka kantor, aku lalu memarkirkan motor Aisyah kemudian masuk kedalam kantor, sebenernya diriku enggak takut ketika bertemu dengan Rendy namun aku enggak mau hari pertamaku bakal terjadi keributan setelah Rendy tau kalau aku bekerja di perusahaan Ayahnya.

"oh ternyata si celana cingkrang kerja disini juga yah, ya ampun dunia memang sempit yah enggak nyangka Gua bakal ketemu suami dari pacar Gua" sahut Rendy yang sudah ada didepan ku sembari berkacak pinggang

"Assalamu'alaikum Mas" sapa ku

"wa'alaikumsalam" sahut nya

"mau berangkat kuliah yah Mas" sapa ku

"urusan Lu apa?, gua mau berangkat atau kaga itu urusan Gua, Lu sebagai babu sono kerjain pekerjaan Lu" ujar Rendy berjalan lalu menabrak bahu ku

"Sabar Be sabar, anggap ini ujian buat kamu dihari pertama kerja" bathin ku sembari mengelus dada

Hari pertama ku bekerja aku lalu ditugaskan oleh Ayah Rendy mengantarkan beberapa barang di beberapa kota yang cukup jauh namun Ayah Rendy yang ternyata baik memberikan uang bensin dan uang makan untuk ku, karna waktu pengantaran barang diperkirakan sampai sore karna jaraknya yang jauh juga diluar kota kemungkinan sore diriku baru balik lagi ke kantor.

Jam 4 sore akhirnya aku kembali lagi kekantor untuk melaporkan bahwa barang yang aku antar sudah sampai ketujuan, saat sampai di kantor ternyata disana ada Rendy dan teman segenk nya lagi nonkrong didepan kantor sembari meminum air angua serta merokok, tanpa malu dirinya mengumbar minuman didepan orang yang sedang berpuasa.

"eh temen temen kayaknya ini hari lagi terik yah, hujan kaga banjir kaga tapi masih ada orang bego makai celana kek kebanjiran hahaha" ujar Rendy menyinggungku

"hahaha otaknya di dengkul kali brow" sahut teman temannya

aku hanya bisa tersenyum menyapa mereka walaupun mereka memandang ku dengan pandangan menjijikan, lalu aku mendekati Rendy seraya berucap "mas bukannya ini bulan ramadhan?, Mas Rendy ndak puasa?" ucap ku

"brengsek Lu udah numpang kerja ditempat Gua, berani main ceramah didepan teman teman gua?" sembari menggenggam kerah bajuku

Aku lalu melepaskan tangannya yang menggenggam kerahku dengan pelan sembari menjawab "aku bilang begini karna kamu adalah saudara seiman ku Mas, bukan kah sesama muslim itu harus saling mengingatkan" ucapku

"udah Ren Hajar aja tuh bocah sok Alim" pinta teman nya

"udah sono Lu masuk, enggak usah sok alim dan berani ceramahin Gua lagi, inget yah sekali lagi Lu belaga Alim gua abisin Lu" tunjuk Rendy kearah wajahku

Aku hanya bisa tersenyum dan berjalan melaluinya, entah apa aku bisa sabar menghadapi nya disetiap hari ku, pertama kerja aja udah hampir sedikit emosi di buatnya apalagi sampai bertahun tahun disini, dan mungkin hanya mimpi untuk bisa menyadarkan Rendy dari pergaulannya yang salah.