webnovel

Untungnya Aku Bertemu Kamu

Cheng Xi, seorang psikiater baik berhati emas, yang akan melakukan apa saja untuk pasiennya. Lu Chenzhou seorang pengusaha yang dingin yang menolak perawatan karena kelainan emosinya. Ini adalah kisah tentang kebekuan hati seorang pria dan tekad seorang wanita untuk mencairkannya.

Baby_Crisan · Ficção Científica
Classificações insuficientes
204 Chs

Karet Pelindungmu

Cheng Xi tidak dapat membantu tetapi menjadi sangat terkesan betapa gigihnya Tian Rou dalam upaya mendapatkan Lin Fan. Ia ikut mendengar pertanyaan Tian Rou itu.

Kemudian dia mendengar Lin Fan menjawab, "Tidak."

Tian Rou menggosok kedua telapak tangannya saat dia berseru, "Oh, bagus sekali."

Kejenakaannya membuat yang lain tertawa. "Apakah kamu benar-benar bahagia mengetahui Lin Fan masih sendiri?"

Tian Rou dengan yakin menjawab, "Tentu saja! Ini kesempatanku untuk bersama dengan pria pujaanku, kan?"

Air muka Lin Fan berubah saat mendengar jawaban Tian Rou itu, tetapi ia bukan lagi anak muda ingusan yang akan langsung bersemu merah pipinya saat digoda oleh seseorang. Sebagai gantinya, ia tersenyum dan menjawab sopan, "Rou, kamu benar-benar tidak berubah. Kamu masih begitu jenaka."

Tian Rou sangat gembira mendengar pujian itu. Ia meraih tangan Cheng Xi di bawah meja dan mengguncangnya dengan keras, emosinya terlihat jelas.

Karena sedang berada di pesta pernikahan seseorang, perilaku semua orang begitu terkendali. Setelah makan malam, diadakan reuni kelas. Untuk hal ini Shen Wei telah memesan beberapa kamar hotel, dan mereka memiliki akses ke spa dengan mata air mineral dan ruang permainan. Dengan akomodasi ini, semua orang akan bersenang-senang dan bersantai.

Tian Rou dan yang lainnya berteriak mendengar berita itu, mereka segera menuju kamar mereka. Cheng Xi berada di belakang kerumunan, setelah mundur untuk membantu Shen Wei untuk beberapa hal kecil. Saat berbelok, ia melihat Lin Fan telah menunggunya. Karena terkejut, ia bertanya. "Kenapa kamu belum naik?"

"Aku baru saja menerima telepon dan kemudian menunggumu.

Cheng Xi tersenyum. "Terima kasih. Ayo pergi."

Keduanya berjalan bersama menuju lift. Saat menunggu lift tiba, Lin Fan bertanya, "Apakah kamu baik-baik saja selama ini?"

"Ya. Dan kamu?"

"Hidupku agak sulit."

Cheng Xi menatapnya dengan aneh.

"Ya itu benar—selama masa tersulitku, aku tidak bisa menghubungi siapapun bahkan jika aku mau."

Kepala Cheng Xi terkulai saat melihat ke lantai. Dia mengerti bahwa pria itu mencoba menjelaskan saat mereka kehilangan kontak. Lin Fan berhenti melangkah, dan tiba-tiba memanggilnya. "Cheng Xi…"

Cheng Xi juga berhenti. Namun, pada saat bersamaan suara lain juga memanggilnya. "Hey!"

Lin Fan berhenti bicara, dan bersama Cheng Xi berbalik ke arah sumber suara itu. Mereka melihat seorang pria berjalan menuju mereka dari kejauhan.

Saat cahaya menerangi wajah pria itu, Cheng Xi menahan napas sesaat.

Pria itu berjalan mendekat, selangkah demi selangkah, gerak geriknya mengingatkan Cheng Xi dari binatang yang berkeliaran dengan sikap santai dan percayaan diri. Ia berkata, "Kamu meninggalkan sesuatu di hotel."

Setelah mengatakan itu, pria itu memegang tangan Cheng Xi dan menyerahkan setumpuk uang dan sebungkus k*ndom.

"Kamu yang membeli k*ondom itu, harusnya kamu membawanya pergi."

Saat berbicara, wajahnya benar-benar santai, nada datar, dan tindakannya dingin—karena sikapnya itu membuat Cheng Xi nyaris percaya bahwa k*ndom dan uang itu adalah miliknya.

Akibat ulah pria itu yang menyerahkan kondom, walau seorang dokter, Cheng Xi merasa pusing karena darah yang mengalir deras ke kepalanya.

Tetapi setidaknya ia masih bisa muntah—meskipun ia takut menatap Lin Fan, ia juga tidak ingin membiarkan Lu Chenzhou dengan kejahatannya itu. Dia diam-diam mengambil barang yang disodorkan itu. "Apakah ada hal lain?"

Lu Chenzou sepertinya tidak mengharapkan jawaban darinya. Tatapannya beralih sejenak ke Lin Fan sebelum akhirnya berkata, "Kamu lupa mencuci pakaianku."

Setalah mengatakan itu, pria itu berbalik dan pergi.

Untuk beberapa saat setelah kepergian Lu Chenzhou, suasana diantara Lin Fan dan Cheng Xi menjadi canggung dan tegang. Hal itu hanya sampai mereka memasuki lift kemudian Lin Fan tersenyum dan bertanya, "Apakah pria itu kekasihmu?"

"Bukan."

Mendengar jawabannya, mata Lin Fan bersinar dan kemudian redup lagi dengan cepat, karena Cheng Xi tidak berniat melanjutkan penjelasannya.

Jika ia bertanya, tentu Cheng Xi akan memberitahukannya. Namun, selama mereka mengejar teman-teman mereka ketas, Lin Fan tidak bertanya.