webnovel

Chapter 57

Putri Arcelia diam-diam berlari menerobos lorong-lorong gelap dengan sedikit mengangkat ujung gaunnya untuk mempermudah langkahnya. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri mencari seseorang.

"Sst.. sst.. " suara itu memanggilnya.

Ia berjalan menuju asal suara tersebut. Kemudian ia langsung memeluk orang itu saat melihatnya dengan jelas.

"Haiden!" sebutnya penuh rasa lega setelah ketakutan setengah mati melewati kegelapan.

Haiden melepas pelukan Arcelia, ia menangkup wajah cantik itu dengan kedua tangan. "Apa ada yang mengikutimu?" tanyanya.

"Tidak!"

Haiden menengok ke belakang Arcelia bersikap waspada. "Bagaimana dengan Rastophier? Apa dia tahu kau datang malam-malam begini?"

Arcelia menghentakkan tangan Haiden kesal, ia membuang mukanya ke arah lain. "Aku sudah muak bersikap manis padanya!" ungkapnya. Ia berbalik dan menatap Haiden, menyentuh dadanya dengan tatapan tajam. "Aku ingin semua orang segera tahu hubungan kita, termasuk kakakmu. Rastophier!" sambungnya.

Haiden menyambut tangan Arcelia, menggenggamnya dengan lembut. Ia tersenyum sambil berkata, "Tentu, sayang! Besok pagi, kita akan tunjukkan padanya apa yang bisa kita lakukan."

Haiden menemui Legolas, ayahnya sekaligus raja dari kerajaan Legolas tanpa sepengetahuan Rastophier. Ia menyerahkan bukti-bukti jika Rastophier melakukan kudeta untuk menjungkirkan posisi ayahnya sebagai raja.

"Rastophier tidak mungkin melakukan hal itu!" elak Legolas.

Ia mengacuhkan semua ucapan Haiden mengenai putra sulungnya. Haiden tampak tak suka melihat ayahnya tidak mempercayainya.

"Untuk apa dia melakukan hal itu? Jika kerajaan ini suatu saat nanti pasti akan jatuh ke tangannya?" tanya Legolas meragukan Haiden.

"Rastophier bukanlah dewa, ayah! Dia pasti merasa tak sabar ingin segera duduk di sana sebagai seorang raja," sahut Haiden. Melancarkan aksinya.

Legolas memalingkan wajahnya. Ia tak mau semudah itu mempercayai berita tersebut. "Selama ini Rastophier selalu berusaha yang terbaik untuk kerajaan. Dia bahkan mempertaruhkan nyawanya sebagai calon putra mahkota dengan berada di barisan depan setiap kali berperang," Legolas memaparkan. Mengingat semua jasa-jasa Rastophier.

"Sedangkan kau! Kau hanya berdiam diri di dalam istana, padahal seharusnya kau membantu kakakmu melawan para musuh," sindirnya.

Rahang Haiden mengeras, ia benci jika dibanding-bandingkan dengan Rastophier yang lebih unggul dalam segala hal.

"Untuk apa aku membantunya, ayah? Jika dia sudah memiliki pedang Gungnir yang bahkan dewa saja takut padanya," balas Haiden dengan suara rendah namun dingin.

"Aku tidak akan percaya begitu saja pada ucapanmu! Rastophier tidak mungkin mengkhianati kerajaannya sendiri," pungkas Legolas.

Haiden menyeringai, ia mengangkat tangannya meminta seseorang masuk ke dalam ruangan. "Mungkin kau tidak percaya dengan ucapnku. Tapi aku punya saksi jika apa yang ku katakan adalah benar," katanya.

Pintu dibuka. Legolas terkejut saat melihat Arcelia masuk dengan wajah penuh luka. Ia bahkan berjalan dibantu oleh pengawal.

"Putri Arcelia! Apa yang terjadi padamu?" tanyanya penuh rasa cemas.

Haiden tersenyum miring melihat ekspresi Legolas yang begitu khawatir. Ia balik menatap Arcelia, mengedipkan sebelah matanya yang di balas senyuman tipis oleh Arcelia.

"Pangeran Rastophier mengurungku di dalam kamarnya. Dia menganiayaku karena mengetahui niatnya untuk menghabisi anda Yang Mulia!" jawab Arcelia dengan wajah sedihnya.

Legolas syok mendengarnya. Kali ini dia tidak bisa mengabaikan apa yang dikatakan gadis yang selama ini dekat dengan putranya.

Legolas sangat berharap untuk tidak mempercayainya, tapi melihat kondisi Arcelia yang meyakinkan ia juga tidak dapat hanya diam menutup mata.

"Pengawal!" teriaknya.

Diam-diam Haiden tersenyum puas bersama Arcelia. Sementara beberapa pengawal datang menghampiri.

"Tangkap pangeran Rastophier atas tuduhan berkhianat dan penganiayaan terhadap Putri dari kerajaan lain!" titahnya yang segera dipenuhi oleh pengawalnya.

Sementara itu, Rastophier sedang melatih pedang kepada Theo, anak dari salah satu prajuritnya.

"Kau harus menggunakan tenagamu saat mengayunkan pedang," kata Rastophier sambil memperagakan cara mengayunkan pedang.

"Seperti itu?" tanya Theo yang dijawab anggukan oleh Rastophier.

Tiba-tiba para prajurit datang dan memegang kedua lengannya. Rastophier terkejut, membiarkan mereka memegangnya dengan kuat.

"Ada apa ini?" tanya Rastophier.

"Raja memerintahkan untuk menangkap anda karena berusaha berkhianat dan menganiaya Putri Arcelia," sahut salah seorang pengawal.

Rastophier membulatkan matanya. "Berkhianat? Menganiaya?" ulangnya.

Tanpa mendengar lebih lanjut, Rastophier di bawa ke penjara. Ia yang memang tidak tahu apa pun hanya pasrah saat mereka memaksanya masuk ke dalam tempat yang biasanya ia isi dengan para musuh kerajaan.

Ia diam, duduk di ubin yang dingin dan pengap. Ia yakin seseorang pasti akan menjelaskan padanya apa yang sedang terjadi. Tuduhan konyol siapa yang mengatakan kalau dia berkhianat pada ayahnya sendiri dan menganiaya kekasihnya Putri Arcelia. Itu semua pasti hanya lelucon.

Tak lama kemudian, bunyi langkah kaki terdengar. Seseorang sedang berjalan menuruni tangga menuju ke arahnya. Rastophier berdiri saat rupanya ayahnya yang datang. Ia tersenyum lega, ayahnya pasti datang untuk menertawakan lelucon itu. Tapi dugaannya meleset saat Haiden berdiri di belakangnya sambil tersenyum penuh makna.

"Ayah!" panggil Rastophier pelan.

"Katakan padaku! Kenapa kau ingin membunuhku?" tanya Legolas dengan raut wajah sedih.

Rastophier terperanjat, ini semua bukan lelucon. Ayahnya terlihat begitu kecewa saat mengatakannya.

"Kenapa kau menyakiti Putri Arcelia?" Legolas melanjutkan.

Kening Rastophier berkerut. Ribuan pertanyaan muncul dibenaknya. "Apa ... yang Ayah katakan?"

"Kau sudah berkhianat pada Ayah dan menganiaya Putri Arcelia!" sahut Haiden, "dia sendiri yang mengatakannya!" Ia mengatakannya dengan bangga.

Rastophier bungkam. Ia tak mengerti kenapa Arcelia mengatakan demikian, padahal terakhir kali mereka bertemu semuanya masih baik-baik saja.

"Ayah! Bukankah seorang pengkhianat harus mendapatkan hukuman setimpal?" tanya Haiden pada Legolas.

Rastophier menatap tak percaya pada Haiden lalu berbalik pada Legolas. Legolas tampak bimbang, ia berpikir sejenak.

Haiden berdecih, ia tak ingin ayahnya berubah pikiran. "Akan bermunculan para pengkhianat jika Ayah tidak bertindak tegas!" hasutnya.

Legolas membuang napas kasar. "Aku perintahkan Pangeran Rastophier dihukum mati atas pengkhianatannya!" titahnya diiringi seringai lebar dari Haiden.

Rastophier tercengang, ia tak percaya Legolas mengatakan hal itu. "Ayah! Aku tidak bersalah! Aku tidak pernah berkhianat padamu atau pun menyakiti Putri Arcelia!" serunya.

Legolas membuang muka. Haiden tertawa menghampiri Rastophier. "Aku rasa kau sudah tidak membutuhkan pedangmu!" katanya dengan suara rendah, "daripada pedang itu menjadi sejarah dan tidak berguna. Berikan pedang Gungnir padaku!"

Rastophier menatap tajam Haiden. "Aku tidak akan pernah memberikannya padamu!"

Haiden mendengus, ia mundur dan mendekati Legolas. "Ayah, aku rasa kerajaan akan lebih membutuhkan pedang Gungnir daripada orang yang sebentar lagi akan mati." ia melirik ke arah Rastophier.

"Tanpa pedang gungnir, kita bisa melindungi kerajaan dengan kekuatan kita sendiri," jawab Legolas lalu berbalik pada Rastophier. "Biarkan apa yang menjadi miliknya tetap bersamanya, meskipun untuk terakhir kalinya."

Rastophier menunduk sedih. Legolas tak mempercayainya.

Beberapa hari kemudian, Rastophier pasrah saat para pengawal membawanya ke tempat para penjahat di eksekusi. Di saksikan banyak orang, ia berjalan mendekati tiang gantungan.

Rastophier sempat melihat Legolas menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Sedangkan Haiden menunjukkan wajah kemenangannya, di sampingnya berdiri Arcelia yang melempar senyum sambil berbisik kepada Haiden hingga mereka berdua sama-sama tersenyum senang.

Rastophier menutup matanya saat Algojo memakaikan penutup kepala kemudian semua terasa hampa.

Setelah kematian Rastophier, kerajaan Legolas mengalami kekacauan. Para musuh menyerang secara bersamaan, hingga ia sendiri mesti turun tangan untuk melawan musuh. Hal yang paling mengejutkan adalah ketika ia mengetahui jika Haiden bersekongkol melawannya. Haiden sendiri yang bahkan membunuhnya dari belakang saat dia tengah bertarung.

Sebelum Legolas memejamkan matanya ia sempat mendengar Haiden mengatakan sesuatu. "Kau akan bergabung dengan putra kesayanganmu di neraka!"

"Sejak itulah, kisah Rastophier menjadi inspirasi baginya untuk membalaskan dendam. Tentu saja, itu ada kaitannya denganmu Sandrov."

"Kaitannya denganku? Apa maksudnya?" tanya Sandrov.

Sandrov mengakui bahwa kisah Rastophier memang layak didongengkan. Tetapi yang jadi permasalahannya adalah hubungan antara The Blind Angel Snake dengan nasib malang yang dialaminya.

"Kau itu punya keluarga Sandrov. Dan orang itu telah mengalami reinkarnasi ke jiwa pemuda."

"Tunggu sebentar! Aku tidak paham! Kalau memang dia itu reinkarnasi, kenapa kau bisa tahu? Dan siapa yang merasuki tubuhnya?"

Lizzy menuliskan sesuatu dalam bentuk bahasa Epuni. Betapa kagetnya Sandrov bahwa silsilah itu masuk ke dalam turunan keluarga tidak biasa. Salah satunya Issac Garretwards alias Rastophier. Dan dia memiliki hubungan kerabat dengan Sandrov. Sebuah lingkaran terkurung dalam suatu wadah. Tepatnya makhluk bernama The Blind Angel Snake menanamkan suatu benih yang tidak biasa ke dalam tubuhnya. Mengakibatkan dia dijauhi semua orang.

"Tidak mungkin … ini pasti—"

"Kurasa tidak. Ini bukanlah kebetulan belaka. Pertamanya, Garretwards merupakan keturunan dari Raja Legolas, Raja terdahulu. Tetapi, beliau tewas di tangan Haiden karena iri terhadap Rastophier. Karena itulah, garis keturunan asli dihapus. Menggantinya dengan dirinya dan Ascelia. Mulanya sih aku anggap hal semacam itu sepele. Tetapi catchphrase itulah yang harus kau ingat betul."

"Naka nakitsapuk, umnaitamek naka nakidajuk napatnas nakam malam (Akan kupastikan, kematianmu akan kujadikan santapan makan malam). Jangan lupakan itu."