webnovel

Chapter 50

Sebuah tindakan berupa gebrakan meja dari Nesseus. Rahang giginya menggeram. Lidahnya berkelu beserta air ludahnya ditelan ke dalam tenggorokan. Tristan yang saat itu baru saja kabur dari Unknown Origin, tidak hentinya menahan rasa aroma bau yang menyengat. Dia menutup hidungnya. Menjauh dari Asmadeus.

"Tidak perlu kaku begitu, bocah. Aku tidak akan menggigitmu."

"Entah kenapa, aku tidak begitu menyukai perkataanmu itu," cibir Tristan. Lalu dia menoleh pada Nesseus sekaligus mengacungkan jarinya pada Asmadeus. "Dia itu siapa? Kenapa kau begitu akrab dengan kakek bau ini?"

Tristan menerima sebuah pukulan keras dari Nesseus. Kepalan tangan memukul kepalanya hingga benjol. Tristan mengerang kesakitan, mengelus-elus kepalanya. Kedua bola matanya tertuju pada Asmadeus yang menyunggingkan senyum.

"Dia hanya anak bandel. Maafkan saja."

"Asmadeus! Kau ini terlalu lunak terhadap anak-anak. Apa karena putrimu memiliki cucu?"

Namun perkataan dari Nesseus seolah-olah menjatuhkan dirinya ke jurang sangt dalam. Senyuman hambar dari ekspresi wajahnya. Tubuhnya sedikit gemetar, di mana Tristan sadar hal itu. Kemudian, dia bangkit berdiri. Berbelok menuju dapur. Menyisakan Nesseus dan Asmadeus seorang.

"Lalu? Kenapa kau berekspresi seperti itu? Apa karena dia mengcewakan kemampuannya?"

"Bukan itu. Putriku … meninggal dunia seminggu lalu."

Kedua bola mata Nesseus berkedip sekali. Tertunduk ke bawah sembari menatap meja. Telapak tangannya diremas-remas. Tidak tahu harus bereaksi apa mengenai situasi kali ini. Akhirnya, Nesseus membuka suara.

"Maaf. Aku turut berbela sungkawa atas meninggalnya putrimu. Tapi bagaimana dengan cucumu?"

"Ada seorang bangsawan memutuskan untuk merawatnya. Tapi …"

Asmadeus menelan ludah. Telapak tangannya mengelupas. Menggantinya dengan kulit iblis. Otot-ototnya mengelupas sedikit demi sedikit. Bercampur dengan darah. Warnanya juga berubah menghitam. Setiap tetes, akan menghilang dengan sendirinya.

"Masalahnya, mereka tidak tahu siapa yang harus hadapi."

"Apa maksudmu Asmadeus?"

Kedua tangannya diremas. Mencengkram sekuat tenaga. Sorot matanya penuh iba dan pasrah dengan nasib yang dialaminya.

"Aku memanggil iblis sekaligus melakukan perjanjian dengannya. Tujuannya untuk mengalahkan The Blind Angel Snake saat itu. Memang betul berkat iblis itu, kekuatan sihirku semakin besar. Tapi ganjarannya adalah nyawa."

"Nyawa katamu bilang?"

Sebuah anggukan dari kepala Asmadeus. Dia menunjukkan sebuah buku berisikan ringkasan ilmu sihir hitam dari Dewa Zeorg, Dewa kematian dan kegelapan. Terlihat banyak sekali ramuan, sihir yang dilarang oleh Dewa Ila. Walau demikian, buku itu hanya bisa ditemukan oleh orang-orang yang dapat mengendalikannya. Termasuk Asmadeus.

"Nyawaku sejatinya berakhir sebelum berusia 380 tahun. Sayangnya, Dewa Zeorg tertarik dengan kemampuan sihirku. Jadi, aku mempercepat laju umurku supaya kekuatanku bisa berguna nantinya. Terutama saat membunuh The Blind Angel Snake."

"Sayangnya, kita tidak bisa membunuhnya karena tersisa delapan jantung. Berapa banyak jantung yang harus kita habisi Asmadeus?"

Asmadeus tidak bisa menggunakannya. Halaman demi halaman terus dia buka. Pria tua itu sedikit membusungkan dadanya. Menunjukkan sebuah gambar ilustrasi sosok iblis yang menyatu dengan dirinya.

"Namanya Ogthos. Iblis itu memiliki kemampuan sihir bernama Berserker. Dia tidak segan-segan menghabisi musuh atau lawan. Satu-satunya cara akan mengimbanginya adalah sihir penyegel berwarna hitam. Tepatnya sihir segel paksa."

"Tapi kenapa Ogthos itu merasukimu?"

"Soal itu …"

Tiba-tiba, Asmadeus menyentuh kedua telapak tangan Nesseus. Menyunggingkan senyum tulus untuk terakhir kalinya. Pria yang bersamanya tidak kuasa menahan kesedihan. Mencoba untuk bersikap tegar di hadapan beliau.

"Aku akan menaruh jiwa dan tubuhku ke cucuku dan tertidur di sana. Bila perlu, kekuatan milikku nantinya akan bangkit saat berhadapan dengan makhluk sejenis The Blind Angel Snake. Jika kau butuh bantuanku, aku akan segera datang kawan lama."

Ketika Asmadeus menunjukkan kilas balik pada Tiecia, gadis berambut pirang melotot tajam pada layar tersebut. Kemudian, sebuah buku melayang beserta mantra sihirnya. Lebih tepatnya, sebuah alat untuk mengendalikan Ogthos.

"Perhatikan baik-baik ini dan gunakan semaksimal mungkin. Ke depannya, aku ingin kau belajar mengendalikannya."

~o0o~

Saat itulah, pertempuran antara Kiyoyasu dengan iblis bernama Ogthos. Tebasan dan cakaran saling bergesekan. Erangan dan teriakan kedua pihak seakan-akan tidak mau mengalah. Cuaca mulai berubah drastis. Badai angin beserta kegelapan menyelimuti pada suatu titik. Kiyoyasu menggunakan teknik dari Muramasa. Serangan barusan ditangkis olehnya. Sebaliknya, pertarungan tersebut menimbulkan efek serangan tidak biasa. Kiyoyasu merasakan energi dalam tubuh Ogthos yang semakin membesar.

"Aku akan mundur," gumam Kiyoyasu melangkahkan kaki ke belakang.

Dirinya kehilangan keseimbangan, bersiap untuk terjun bebas disertai udara menukik ke atas. Membentangkan kedua lengannya. Bersiap untuk membelahnya jadi dua bagian.

"Muramasa-nakago!"

"Aku memperhatikan kalian berdua sejak awal karena menginginkan sesuatu di balik portal itu. Sayangnya, aku tidak memiliki kekuatan untuk mendapatkannya. Sewaktu kau pergi ke sana lagi, tanpa pikir panjang langsung ke dalam dengan bergerak cepat. Melalui ini," jelas Kiyoyasu menunjukkan boneka miliknya. Boneka itu memiliki puluhan senjata yang sudah tersedia. Benang yang tersambungkan ke jemari-jemarinya. Jari telunjuk digerakkan, terlihat boneka itu bergerak dengan sendirinya. Suara dengungan kencang menggema di area sekitar. Mengganggu indera pendengaran para laba-laba. Termasuk Issac dan Reynold. Kiyoyasu menyentuh permukaan kasar kayu dari sebuah boneka. Tiba-tiba, benda itu mengecil. Ditaruh ke dalam sebuah kotak berukuran kecil.

"Aku tidak sabar menggunakan ini. Tapi kepada siapa ya?" gumam Kiyoyasu menyeringai bibirnya.

Di sisi lain, Reynold dan Issac saling memandang. Mereka nampaknya kebingungan dengan perkataan Kiyoyasu. Pemuda berambut perak mengelus dagunya. Mencari tahu maksud ucapannya.

"Mungkinkah, kau ingin mencoba ini kepada Diligent Prince Waldwin sebelum kami kalahkan?"

"Bagaimana kau bisa—"

Perkataan Reynold dipotong oleh Issac. Pemuda berambut perak melewati para laba-laba. Termasuk Kiyoyasu dan Latros. Pria mengenakan topeng tengu tidak mengatakan apa pun setelah Issac menebak alurnya.

"Betul. Orang yang telah mengirimkan monster ke desa kami adalah dia. Tidak lain adalah orang itu sendiri. Dan aku menggunakan hinata doll sebagai senjataku untuk membunuhnya langsung."

"Hinata doll?" tanya Issac.

Meski terdengar aneh, setidaknya Kiyoyasu menganggap boneka yang dia pegang merupakan senjata yang dimilikinya selain pedang muramasa. Pria berpakaian ninja semakin tidak sabar untuk menggunakan dua senjata sekaligus. Di sisi lain, Issac menghampiri Kiyoyasu. Ketika kedua senjata saling bertatapan, muncullah resonansi.

"Begitu rupanya …"

"Kau akhirnya menyadarinya ya?" sebuah pertanyaan terlintas dari Latros sendiri.

Senyuman bibir dari mulut Issac. Dia berbalik arah, menyunggingkan senyum pada Reynold, Latros dan lain-lainnya.

"Sejak kapan kau menyadarinya?"

"Waktu dia mencari muramasa, aku merasakan sedikit getaran pada tubuh Kiyoyasu. Diduga, dia orang tepat untuk masuk ke Unknown Origin Dungeon. Karena selama ini, dia sudah banyak yang kehilangan."

"Tapi aneh. Kenapa aku tidak bisa merasakannya," gumam Issac.

"Itu karena dirimu baru mulai masuk ke Unknown Origin Dungeon. Sedangkan dia sudah mengetahui setelah Desa Edo telah dihancurkan. Benar begitu?"

"Ya. Ucapanmu tidaklah salah, Latros."

Reynold terkejut dengan penuturan dari laba-laba hitamnya. Tidak biasanya Latros memberikan informasi yang cukup penting. Shotgun dan pedang gergaji dicek ulang. Memastikan senjata yang dimilikinya tidak mengalami kerusakan seperti melawan Bulprogi atau Diliegent Prince Waldwin.

"Kalau begitu, berarti masih aman ya?"

"Aman?"

Issac mengacungkan jari ke depan. Terlihat banyak sekali tempat yang belum dijelajahi oleh siapa pun. Termasuk jutaan mayat ditumpuk jadi menggunung. Banyak senjata tertancap di tanah. Ada juga tergeletak dan dikumpulkan oleh para laba-laba.

Mereka sibuk menenun dan memanfaatkan jasad korban yang tidak bernyawa. Dijadikan makanan dan perlindungan diri. Ada juga dicari kekuatan sihir yang terbaik. Kakinya memecahkan kepala maupun tubuhnya. Memotongnya jadi beberapa bagian. Issac berhati-hati supaya tidak menginjak darah maupun daging yang berceceran. Begitu juga dengan Reynold.

"Kiyoyasu namamu bukan?" tanya Reynold.

"Ada apa memangnya?"

"Kau ini …"

Reynold hendak mengatakan sesuatu mengenai pertama kali tahu tempat Unknown Origin Dungeon dari kata-katanya. Akan tetapi, bibir dan lidah berkelu. Kebingungan untuk melontarkan pertanyaan untuknya. Hingga laki-laki berambut perak menghampirinya.

"Bagaimana kau bisa mengetahui adanya portal Unknown Origin Dungeon? Pasti ini bukan pertama kalinya kau investigasi selain kami berdua bukan?"

Kiyoyasu terkejut dengan perkataannya. Pedang muramasa dikeluarkan. Begitu juga dengan tombak dan perisai milik Issac. Keduanya memancarkan aura intimidasi.

"Tidak perlu kalian ributkan dong. Lagipula, Kiyoyasu memiliki alasan tersendiri kenapa dia menyembunyikan dari kalian," ucap Latros.

"Tetap saja rasanya aneh jika mendekati kami berdua dengan jawaban semacam itu," ucap Reynold.

"Bisakah kalian diam? Aku sedang konsentrasi menggunakan teknik kedua dari pedang Muramasa?"

"Teknik kedua?" tanya Reynold.

Sebuah anggukan dari Kiyoyasu. Meski benci mengakuinya, tetapi teknik yang digunakan sangat berbahaya. Muramasa-nakago sendiri mirip seperti teknik memotong ikan. Hanya saja, lebih efisien dan penuh konsentrasi tingkat tinggi. Sewaktu Kiyoyasu mendapatkan pedang pemberian dari Muramasa, kekuatannya bisa mencapai lima kali lipat dari biasanya. Sayangnya, itu bersifat sementara dan hanya bisa dipakai sepuluh kali. Itu pun kondisinya harus memiliki persyaratan khusus berupa melawan sekumpulan monster. Tepat di dalam portal Unknown Origin Dungeon.

Ketika diayunkan pedangnya ke arah Ogthos, teknik kedua telah digunakan. Elemen angin

"Muramasa-nakago!"

Saat itulah, Ogthos melompat ke samping kiri. Menghancurkan burung raksasa tanpa tersisa. Kiyoyasu berdecak kesal. Dia menyia-nyiakan peluang yang ada. Saat Ogthos terbang, seekor laba-laba menggerayangi burung raksasa. Iblis itu mundur ke belakang. Mencabik-cabik tubuhnya hingga bulu dan daging berjatuhan. Reynold dan Issac berlari cepat. Mengejar Kiyoyasu yang hendak kesulitan untuk bergerak. Para troll mulai menghalanginya. Reynold memutar tubuhnya. Menodongkan shotgun ke arah mereka beserta peledaknya. Suara ledakan cukup membesar. Issac tanpa berkomentar mengenai bahan peledak yang digunakan Reynold. Melewati jembatan menuju istana di depan mata.

~o0o~

The Blind Angel Snake melayang di udara. Ukurannya besar dan mengepakkan sayapnya. Tubuhnya menggeliat. Mendongak pada langit, menyemburkan racun ke awan hitam. Reynold maupun Issac menundukkan kepalanya. Laki-laki berambut perak mengaktifkan sihir elemen kegelapan pada dua buah senjatanya. Termasuk meningkatkan pertahanan pada sebuah perisai. Reynold berlari membelakangi Issac. Langkah derapan kaki secara irama, memutar perut ke samping kanan. Mengarahkan shotgun pada troll. Suara tembakan nyaring terdengar. Mengganggu indera pendengaran di lubang telinga. Jembatan yang mereka lewati, melompat ke tiap sisi berlawanan. Kakinya terus menyeberang. Tanpa suara, Issac dan Reynold melangkah. Menunggu waktunya untuk menggunakan laba-laba kembali. Sayangnya, makhluk berkaki delapam sedang sibuk membantu Kiyoyasu untuk menghentikan iblis Ogthos. Tebasan pedang odachi diayunkan secara vertikal. Kumpulan energi pada pedang mulai terbelah. Ogthos melompat ke tiap burung raksasa. Tebasan tersebut juga memotong tubuhnya dalam sekali serangan.

"Merepotkan," gerutu Kiyoyasu.

Ogthos menggeram sembari meneteskan air liurnya. Mendongak pada The Blind Angel Snake. Kiyoyasu mulai kehilangan energinya beserta pijakannya. Dia tahu resiko menggunakan teknik itu kala terjun. Tetapi, perintahnya tidak diindahkan. Mengakibatkan Kiyoyasu kesulitan untuk menghentikan Ogthos. Sementara itu, troll berhasil dibasmi oleh Reynold. Issac menerjang hembusan angin dari The Blind Angel Snake. Makhluk itu terlihat tidak meyakinkan. Hingga sadar muncullah jenis yang sama. Serta enam buah jantung melayang di udara.

"Itu kan jantung manusia!" kata Reynold.

The Blind Angel Snake masuk ke dalam istana tanpa sebab. Makhluk itu menata ulang istana yang sempat hancur, hingga menjadi membesar seperti sekarang. Suara getaran yang sangat terasa. Sampai-sampai, monster yang terdiri dari troll dan para undead terhisap ke dalam istana itu. Danau dan lautan menjadi satu bagian tanpa sebab. The Blind Angel Snake dan iblis Ogthos masuk ke dalamnya. Kiyoyasu merapatkan kedua kaki dan lengannya. Mendaratkan diri ke dalam istana.

"Tidak akan kubiarkan kau kabur, iblis!"

"Kau yang iblis brengsek!" bentak Yoriaki Nagasaki.

Saraf-saraf yang ada pada The Blind Angel Snake memerah. Jantungnya berdegup kencang, mengembangkan ke seluruh organ dalam hingga memberikan efek ke Yoriaki. Sorot matanya memerah. Pedang katanya muncul dari telapak tangannya. Tangan kanannya memanggil Troll, zombie dan Dark Slime. The Blind Angel Snake membuahinya dari bawah tanah, serta menggumpal awan berwarna hitam.

Reynold dan Issac berjalan memasuki pintu halaman istana. Mereka memasuki ke dalam pintu masuk pasca menyeberang melalui jembatan. Terlebih, Reynold secara bergantian menembak ke tiap Troll yang hendak menghampiri mereka. Issac memperhatikan sekelilingnya. Saat masuk ke dalam, tidak ada tanda-tanda monster atau jebakan. Aneh sekali. Tidak ada tanda-tanda monster yang muncul di sekitar halaman istana, gumam Issac dalam hati. Belum puas untuk berkeliling, dia mencoba mengambil jalan sebelah kiri. Mencari tahu apakah ada jalan untuk bisa tembus ke sana. Sedangkan Reynold memperhatikan sekelilingnya.

Tanah gersang yang dipenuhi sekumpulan tengkorak. Terdiri dari tengkorak manusia, hewan dan beberapa monster yang sudah diambil dagingnya. Beberapa di antara mereka sudah dalam keadaan membusuk. Reynold merasakan ada sesuatu yang mulai bergerak dari bawah tanah. Keduanya terpejamkan mata. Energi sihir kegelapan muncul dari bawah tanah. Partikel-partikel hitam terbentuk, menjadikannya sebagai makhluk terbuas. Giginya bermunculan. Sorotan mata satu tertuju pada Reynold. Tubuhnya ramping tanpa ada kedua kakinya. Melengkung seperti slime, makhluk itu membuka mulutnya. Reynold pun menghindar. Dia mengayunkan pedang gergajinya pada makhluk itu. Akan tetapi, dia tidak bisa ditembus. Sebaliknya, makhluk tersebut tertarik dengan Reynold. Kedua kakinya bergerak mundur. Mengacungkan shotgun ke arahnya. Belum sampai disitu, dia juga melemparkan bahan peledak padanya.

"Enyahlah."

Namun, ledakan tersebut tidak lantas membuat makhluk itu mati. Cairan hitam mengambil tulang belulang yang ada di sana. Saraf dari otot manusia mulai tampak. Serta tulangnya dibangkitkan kembali. Bagian dalamnya menyatu dengan cairan hitam. Issac menusuknya tanpa henti. Sorotan matanya tertuju pada makhluk itu.

"Issac!"

"Reynold, sepertinya kita harus segera kalahkan monster ini."

"Kenapa kau berpikir demikian?"

Jari telunjuk dari laki-laki berambut perak ditunjukkan pada segerombolan makhluk yang sejenisnya. Mirip seperti zombie tetapi aslinya bukan. Sedangkan di belakang, Troll mulai menyeberangi jalan. Reynold dan Issac benar-benar terkepung.

"Benar kan?"

"Entah kenapa, aku merasa kesal jika diperlakukan seperti ini."

Kedua bahu Issac diangkat dengan santai. Keduanya memutuskan untuk memutar posisi. Issac berada di belakang. Sedangkan Reynold di depan. Laki-laki berambut perak melawan para Troll. Sedangkan pria mengenakan topi bundar melawan para makhluk itu.

"Aku beri nama dia Dark Slime. Bagaiamana?"

"Nama yang aneh. Ganti saja," cibir Issac.

Namun pada akhirnya, hanya itu saja yang terlintas dalam pikiran Issac. Keduanya berlari kencang. Laki-laki berambut perak menerjang para Troll. Lengan kanan menghunuskan tombak hitam serta merasuki tubuh salah satu Troll. Kemampuannya dia dapat kuasai dengan mudah. Perlahan tapi pasti, Troll berhasil dirasuki. Mereka kebingungan dengan reaksi tanpa bersuara alias diam. Sebuah gada raksasa diayunkan dari samping kiri. Menghancurkan kepalanya disertai penuh bersimbah darah hijau. Issac tersenyum tipis. Memudahkan dia untuk menyerang balik. Suara menggeram dari Troll, diayunkan secara vertikal. Menghancurkan jembatan yang ada di samping. Issac pun mundur. Bersiap untuk memosisikan diri untuk bertahan. Lengan kirinya diangkat lebar-lebar. Perisainya menyatu dengan energi hitam. Suara air menggelembung begitu terasa. Issac pun memutuskan untuk berputar arah. Berlari sekencang-kencangnya. Tentakel berwarna putih menyerang Issac. Dia memilih menghindar. Percikan air membasahi pakaian yang dikenakan. Tidak berlaku bagi baju zirah yang dikenakan Issac. Walau demikian, laki-laki berambut perak bertanya-tanya soal munculnya tentakel dari bawah lautan. Para Troll terkena cengkraman yang kuat dari tentakelnya. Bagian penghisapnya menghisap para Troll hingga tubuhnya mengering. Serta dijadikan sebagai santapan. Pemandangan menjijikkan lantaran tentakel itu menenggelamkan setelah darah dan ototnya turut terhisap.

Sepertinya aku harus pergi, gumam Issac dalam hati. Di sisi lain, Reynold mengacungkan shotgun miliknya. Menyisakan sisa peluru sejumlah tiga butir. Dia tidak ingin menggunakannya secara cuma-cuma. Permukaan tanah bergetar cukup keras. Reynold berdecak lidah. Mengayunkan pedang gergaji secara horizontal. Membelah Dark Slime jadi dua bagian. Di belakangnya, Reynold dikejutkan oleh makhluk bermata satu. Membuka rahang mulutnya lebih lebar dari makhluk biasanya. Pedang gergaji Reynold tertancap di tanah. Lengan kiri diputar, menarik pelatuknya. Serta menaburkan sihir api dan kegelapan. Menghancurkan Dark Slime sekaligus. Makhluk itu malah semakin membuka mulutnya lebar-lebar. Issac melancarkan serangan cukup kuat. Menghancurkan tiga ekor Dark Slime. Cipratan dari cairan hitam mengenai Reynold dan Issac.

"Kenapa balik?"

"Makhluk bertentakel telah membunuh segerombolan para Troll. Jadi aku tidak perlu susah payah untuk melawannya."

"Seriusan?"

Reynold memperhatikan monster itu yang terus menerus menghisapnya. Erangan dari para Troll meminta tolong. Sayangnya, tidak ada seorang pun yang menolongnya. Reynold dan Issac saling angguk. Mereka berdua mengambil jalan masing-masing. Issac melancarkan serangan awal. Tusukan hingga menghancurkan Dark Slime yang mengerumuninya. Sedangkan Reynold mengayunkan pedang gergaji. Dari serangan diagonal hingga horizontal. Membersihkan para Dark Slime hingga tidak tersisa. Dalam lubuk hatinya, Issac tersenyum lebar. Untuk kali pertama, dia menikmati pertarungan semacam ini. Selama ini, laki-laki berambut perak tidak dapat menikmati hidup lantaran terjebak dalam situasi antara masa lalu dengan orang-orang mengejeknya. Setiap kali Issac berbicara, berakhir seperti ejekan dan cacian untuknya. Reynold pun tidak terlalu terpengaruh akan hal itu. Walau demikian, mereka berdua menginginkan untuk melepaskan dan menyelesaikan sebuah Dungeon. Tepat saat mereka berada di sana. Saking bangganya, Issac berencana untuk melampiaskan seluruh amarah yang dia pendam. Menghancurkan musuh, mewaspadai pergerakan hingga cepat respon dalam pertarungan. Semua yang didapat oleh Profesor Tristan dan Profesor Elijah Read akan ditampung sampai ada kepuasan tersendiri.

Reynold melihat sekilas senyuman dari bibir Issac. Tidak salah dia berkawan dengan laki-laki berambut perak. Di saat Dark Slime hendak menghampirinya, laki-laki itu kehilangan topi bundarnya. Tubuhnya diputar. Mengarahkan shotgun dan menarik pelatuknya. Peluru terakhirnya mengenai tubuh Dark Slime dan hancur seketika. Decitan dari sepatu yang dikenakan. Diputar beserta mengayunkan sekuat tenaga. Menghancurkan para Dark Slime dalam sekali serangan. Seekor laba-laba muncul entah dari mana. Reynold menyunggingkan senyum. Lengan kirinya menyatu dengan seekor laba-laba dan energi kegelapan. Mencekik Dark Slime hingga partikelnya hancur dalam sekejap. Senyuman dari bibirnya menghisap partikel tersebut. Serta memberikan percikan dari Dark Slime pada Issac. Baju zirahnya terkena cipratan olehnya. Laki-laki berambut perak mengerutkan kening.

"Kau ini bagaiamana sih?"

"Maafkan aku. Tapi aku beri kekuatan dari Dark Slime. Terima saja," balas Reynold.

Issac menghela napasnya. Laki-laki berambut perak menghentakkan kedua alas kakinya. Logam besi berbunyi. Menghancurkan lantai di sekelilingnya. Meski itu hanyalah ilusi, cukup membuat para Dark Slime ketakutan. Sementara itu, Reynold mengayunkan sekuat tenaga. Melawan para Dark Slime hingga terbelah beberapa bagian. Issac menurunkan tombak hitamnya. Sorotan kedua matanya menoleh ke belakang. Derasnya ombak nyaring terdengar dari arah serupa. Issac dan Reynold terkejut bahwa jasad para Troll telah menghilang. Muncullah sepuluh tentakel yang ada dari permukaan laut. Menyerang Issac dan Reynold.

Dari kejauhan, The Blind Angel Snake menggeram. Sedangkan Yoriaki bisa bertemu dengan musuh terkuatnya, Kraken dalam sekejap.