webnovel

Chapter 49

Para ksatria dari gereja berlutut di hadapan pendeta kuil. Totalnya mencapai ratusan orang. Siap untuk melindungi rakyatnya. Pendeta berdeham. Membetulkan pita suara karena kesal diganggu ceramahnya. Tetapi, beliau sadar akan hal itu.

Helaan napas keluar dari mulutnya. Kepalan tangannya begitu menguat. Rahang gigi wanita itu mengeras dan menggeram secara bersamaan. Dia dihampiri oleh dua pendeta tua, membungkukkan sedikit kepadanya. Dari raut wajahnya, sudah jelas mereka mengekspresikan kekhawatiran mendalam terhadap situasi kali ini. tidak ada seorang pun yang berbicara. Keringat dingin bercucuran di sekelilingnya.

"Kepala Biarawati Herna!"

"Aku tahu! Hanya saja, aku tidak percaya dengan situasi kali ini! Berikan laporan yang kalian dapatkan."

"Soal itu—"

Kepala Biarawati Herna mendengarkan laporan yang mereka dapatkan. Termasuk hasil deskripsi dari tiap-tiap para saksi yang ada. Beliau bergumam panjang.

"Sial! Si bodoh Randolf. Dia menggunakan kekuasaannya untuk bertindak semena-mena. Apa yang dilakukan keparat macam dia itu?"

"Tidak hanya itu juga, Kepala Biarawati. Salah satu saksi mengatakan bahwa ada sebuah laporan yang tidak biasa saat berkunjung ke Desa Edo."

Beliau mengerutkan keningnya. Herna tahu bahwa Desa Edo diserang oleh segerombolan monster. Saat itu, mereka telah berhasil membantai dua klan terkuat, Nagasaki dan Ogasawara. Akibatnya, tidak ada seorang pun yang selamat. Dan itu masih dipercaya oleh Herna sampai sekarang ini. Salah satu pendeta menghampiri beliau dengan ekspresi takut. Terlihat sebuah tulisan tangan seorang misterius dalam bentuk gulungan berwarna merah. Menuliskan kejadian yang ada di sana.

Ketika membacanya, Kepala Biarawati Herna memejamkan kedua matanya. Seakan-akana itu hanyalah bohongan belaka. Dia menatap pada kedua pria sebelum mereka digorok lehernya. Pria berjubah hitam menghampirinya, mengeluarkan sebilah pisau dari kedua lengannya. Menerjang Kepala Biarawati Herna. Teriakan dari beliau bersamaan dengan petir menggelegar dari langit. Tubuhnya seketika tersungkur di lantai. Dalam keadaan tidak bernyawa beserta mata terbelalak.

~o0o~

Sandrov terus memacu kuda lautnya. Sedangkan Nesseus memanggil 'orang itu'. Yang dimaksud bernama Asmadeus. Sayangnya, panggilan tersebut tidak direspon. Sepertinya, beliau tidak bisa dipanggil untuk sementara, pikir Nesseus.

Sebaliknya, The Blind Angel Snake mulai terpecah jadi lima tubuh. Dua tubuhnya menerjang Nesseus disertai mengonsumsi jantung misterius. Melayang di udara, menyemburkan racun dari langit. Nesseus memutar tombak trisulanya. Lima pusaran air melindunginya. Menetralkan racun sekitarnya. Celakanya, racun tersebut telah mengenai sihir pemanggilannya. Sehingga Nesseus kehilangan kesempatan untuk memanggil 'orang itu'. Baju zirahnya diaktifkan. Melompat sembari mengayunkan arah vertikal secara sekuat tenaga. Sepasang lawan jenis ternganga melihat aksi Nesseus. Tetapi bagi Sandrov, mengaku sangat terkejut. Sandrov mengaktifkan sihir terkuatnya. Yaitu merantai The Blind Angel Snake kala itu. Jumlahnya mencapai empat sisi. Sorotan kedua matanya tertuju pada kemampuan dia.

"Sandrov!"

"Maafkan saya!"

Nasi sudah menjadi bubur. Nesseus menyerang The Blind Angel Snake dengan bantuan darinya. Meski tahu rantai itu akan dilepas dengan mudah, setidaknya kontribusi Sandrov mulai terlihat. Dan dia memanfaatkannya saat itu.

Sebuah ayunan berputar. Melemparkan ke arah The Blind Angel Snake. Tombak trisula Nesseus terpental dengan mudah. Nesseus menangkapnya layaknya bumerang. Kuda lautnya berhenti di lautan bagian luar. Hentakan kakinya melesat menuju sebuah portal. Tetapi tidak sampai di tujuan. The Blind Angel Snake tidak sadar, portal tersebut tertutup. Walau demikian, dua ekor dari pemecahan makhluk itu berhasil keluar. Nesseus sengaja menariknya ke belakang, berkat sihir yang dimilikinya. Kemudian, dia mengayunkan tombaknya secara vertikal. Pusaran air memotong perisai dalam tubuh The Blind Angel Snake hasil cacahan. Wajah Nesseus mengalami luka lecet di bagian pipi. Giginya dicengkram sangat kuat. Berharap sampai di portal. Sayang sekali, The Blind Angel Snake tidak bergeming sama sekali. Nesseus berdecak kesal. Jantungnya berdegup kencang. Napasnya tidak karuan saat menggunakan teknik tusukan secara vertikal. Sadar bahwa dirinya mengalami tumpul lantaran sudah lama tidak berlatih. Sial! Sudah 50 tahun aku tidak melatih kemampuanku, sekarang berakhir tumpul. Harusnya aku melatih diri saat waktu senggang, sesalnya dalam hati. Walau demikian, dia tidak mampu berbuat apa-apa soal situasi kali ini. Sandrov muntah darah akibat rantainya terus menariknya ke belakang. Nesseus menarik lagi. Meninjunya sekuat tenaga. The Blind Angel Snake terdorong ke belakang. Nesseus mengaktifkan sihir melayang. Jeda selama sepuluh detik, dia menarik napas cepat. Sorotan kedua matanya tertuju pada dua ekor The Blind Angel Snake.

Nesseus menerjang sembari memutar tombak trisulanya. Dia terus melawan segerombolan dari monster terkuat, The Blind Angel Snake. Pusaran angin dan air menjadi satu bagian. Saat hendak melakukannya, seekor monster menyemburkan bola api yang sangat besar. Nesseus melompat ke belakang. Menikamnya sembari menusuk ke bagian otot kepala. Kemudian mencabut ujungnya. Kedua kakinya mendarat di posisi semula. Tetapi, ekor lainnya mengenai pinggang Nesseus. Terlempar ke sisi kanan. Menahan rasa sakit meski sudah dibalut penuh baju zirah yang sangat tebal. Muntah darah dari mulutnya. Menetes dari pinggir bibirnya. sorotan kedua matanya menggenggam erat trisulanya. Melirik sepasang lawan jenis mendera ketakutan. Nesseus sudah menduga akan hal itu. mereka nampaknya gemetaran saat melihatnya. Sandrov memberikan sihir penyembuh untuk menghilangkan rasa takut yang dialaminya.

"Bagaimana bisa?"

"Mungkin kalian baru pertama kali kemari."

"Itu benar."

Sandrov teringat pada sosok dirinya saat pertama kali bertemu seorang pahlawan seperti Nesseus. Dia merasakan ketidaknyamanan saat menjadi Raja bawah laut dan samudera. Sandrov sadar bahwa dirinya seringkali mendapatkan cibiran dari banyak orang perihal statusnya. Menurut dia, tidak adil jika dirinya diperlakukan secara tidak adil. Sedangkan pembantu atau pesuruh saja tidak pernah diginiin.

Akhirnya, Nesseus bangkit berdiri. Kedua kakinya gemetaran. Telapak tangan kanan juga merasakan hal serupa. Tubuhnya kaku karena sudah lama tidak pernah melatih fisiknya saking sibuk mengurus lautan. Menarik napas dalam-dalam, Nesseus bersiap untuk menyerang sekuat tenaga.

"Dengarkan aku. Jangan sampai emosi atau kebencianmu terhadap manusia melebihi tingkat konsentrasimu. Yang ada adalah hatimu mulai tergoyah."

"Nesseus … kalau butuh bantuan, aku akan membantumu kapanpun kau mau?"

Kalimat ayahnya dan Tristan terngiang-ngiang dalam pikirannya. Seandainya saja mereka kemari, pasti aku bakalan bisa tunjukkan hasil yang kudapat setelah menjadi pahlawan. The Blind Angel Snake yang berukuran kecil menyemburkan racun. Mengenai Nesseus. Tetapi, pria itu berhasil menghindarnya. Memastikan untuk mengunci pergerakannya. Kemampuan tombak dia melebihi apa yang diharapkan olehnya. Hentakan kedua kaki cepat terhindar dari racun yang disemburkan The Blind Angel Snake. Nesseus merunduk secara spontan. Kaki kanan dihentakkan ke belakang. Menerjang ke bagian perutnya. Bagian ujungnya mengenai The Blind Angel Snake ukuran kecil.

"Itu sudah lebih dari cukup," gumam Sandrov.

Sementara itu, Nesseus teriak lantang. Lalu mencabutnya sekuat tenaga disertai kaki kanan didorong ke belakang. Nesseus terhempas, menahan laju melalui tongkat trisulanya. Telapak tangan kiri ditadah ke depan. Menyemburkan air spiral. Sihirnya ditanamkan ke situ. The Blind Angel Snake terkena semburan. Mengerang kesakitan sembari kepalanya mendorong ke belakang. Nesseus tahu bahwa makhluk itu bukanlah makhluk sebenarnya. Paling tidak, The Blind Angel Snake sesungguhnya tidak menggunakan kekuatan yang semacam ini. Hal itulah yang dipikirkan Nesseus. Terlalu mudah baginya.

Tiba-tiba, serangan ekor dari samping kanan disertai memutar anggota tubuhnya. Nesseus sudah membaca pergerakan ekornya. Dia merunduk dan memotong sekuat tenaga. Bagian tombaknya menyatu dengan dua elemen hingga dilemparkan ke arah The Blind Angel Snake. Saat itulah, derasnya air dan kekuatan energi sihir yang berbahaya dari tombak itu. Dapat membelah menjadi dua bagian. The Blind Angel Snake tersentak dengan mata terbelalak. Rahangnya terbuka lebar tambah lidahnya menjulur menempel pada bagian bawah mulut.

"Berikutnya giliranmu, monster terkutuk!"

Namun, The Blind Angel Snake satunya memilih pergi. Sampai tubuhnya menghilang ditelan bumi. Nessus mengerang kesakitan pada bagian pinggulnya.

"Yang Mulia Nesseus."

"Aku baik-baik saja, Sandrov. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Yang paling penting, bagaimana dengan mereka?"

Sandrov lupa dengan kehadiran mereka. Tetapi, saat menoleh, mereka membacakan mantra untuk Nesseus. Sebuah rune sihir lingkaran putih dengan malaikat bersayap enam. Mengepakkan sayap dengan sorotan mata penuh kasihan dan iba. Saat hendak menemuinya, dia duduk melayang di udara. Kaki kanan diangkat ke paha kiri.

"Kau pasti Sea-human ya?"

"Siapa kau?"

"Tidak perlu tahu namaku jika—"

Saat menoleh pada dua orang yang memanggilnya, sosok bercahaya membuka mulutnya. Mengelus-elus dagunya. Mengangguk sebanyak tiga kali. Kemudian, dia menoleh lagi pada Nesseus. Menyembuhkan luka yang dialaminya. Mendongak pada langit yang penuh kegelapan dan petir menggelegar.

"Begitu rupanya … The Blind Angel Snake telah bangkit ya."

"Anda tahu makhluk itu?"

"Begitulah. Tapi tidak kusangka kau masih hidup sampai sekarang."

"Jangan bilang kalau kau adalah—"

Belum sampai dia mengatakannya, makhluk bersayap itu membisikkan sesuatu. Lebih tepatnya, mengungkapkan sebuah pernyataan. Ekspresi syok terpancar dari Nesseus. Tombak trisulanya mendongak pada tiga orang di sana. Issac, Reynold dan Kiyoyasu.