webnovel

Chapter 33

Profesor Read dan Profesor Tristan saling investigasi mengenai hasil temuannya beberapa waktu silam. Pasca mereka bertemu Kiyoyasu, kedua pengajar berusaha mencari tahu seputar Unknown Origin Dungeon, tanpa memasuki isinya. Hasilnya tetap nihil. Profesor Read dan Profesor Tristan getaran yang cukup kuat. Sampai berefek pada sekolah akademi Daponia. Mereka kebingungan lantaran sesuatu telah terjadi. Tidak hanya itu juga, kota-kota lain dan Desa Meriley juga mengalami efek serupa. Di tengah-tengah lautan, sosok bayangan dari bawah laut. Menyipratkan air ke daratan. Orang-orang pada panik karena mereka melihat makhluk langka. Ekornya menyemburkan ke samping kanan. Sedangkan pengunjung lainnya berteriak minta tolong. Bersuara meringkik sampai menggema.

Sementara itu, Kiyoyasu berpikir ada gunanya ikut nimbrung dengan para pengajar di Sekolah Akademi Daponia. Selain mencari informasi, dia diizinkan untuk masuk ke dalam Unknown Origin Dungeon dengan syarat Reynold, Issac dan Tiecia masuk ke dalam. Serta melaporkan apa yang mereka temukan. Terutama ke Profesor Read dan Profesor Tristan. Tetapi karena sebuah peristiwa getaran yang cukup hebat, maka Kiyoyasu mengurungkan niatnya untuk menyusup lebih dalam. Semula, pria itu mencari sesuatu yang bisa dijadikan bahan pertukaran informasi penting walau secuil benda sekalipun.

Kiyoyasu berjalan mengendap-endap. Melirik sekelilingnya dilanda kondisinya sedang dalam berduka. Kedua telapak tangannya menyentuh dinding batu bata. Sorotan kedua bola matanya tertuju sekelilingnya. Terlihat para pengajar sedang sibuk membetulkan fasilitas yang rusak akibat makhluk astraldi yang telah melukai para murid dan membunuh dua orang tidak bersalah. Tetapi, Kiyoyasu tidak peduli dengan hal itu. Sebuah kedipan mata sambil mengendap-endap. Geta miliknya tidak menimbulkan bunyi yang tidak perlu. Kedua lengan dan kaki Kiyoyasu menempel di dinding. Memastikan tidak salah langkah.

"Profesor Patrick!"

Salah satu siswa sedang menggendong seorang siswi dalam keadaan terluka. Keadaan siswi itu cukup parah. Meyakini bahwa dia terkena efek dari serangan makhluk astraldi.

"Ada apa ini?"

"Tolong selamatkan dia dari kutukan astraldi. Saya mohon Profesor!" ucap laki-laki bersujud di hadapan beliau.

Namun, ekspresi di tanah berbeda dari biasanya. Wajah mereka menyeringai. Sudah kali kesekian berniat untuk merampok pria tua yang ceroboh dan kaku. Terutama Profesor Patrick itu sendiri. Kiyoyasu merasa bersalah dengan tempat tersebut. Saat hendak menyentuh sebuah pintu, ada setruman listirk mengarah ke tubuh Kiyoyasu. Telapak tangan kiri dicengkram berulang kali. Menurut penuturan Profesor Tristan, dirinya tidak bisa masuk ke sana lantaran ada sesuatu yang menghalanginya. Meyakini bahwa sihir yang dimilikinya bermantra tinggi. Dengan cepat-cepat Kiyoyasu menangkal aura hitam di sekelilingnya. Serta kebal terhadap aura negatif. Lagipula, Kiyoyasu berencana untuk memantau keadaan Tiecia sendirian lantaran dia hanya satu-satunya perempuan yang punya ikatan dengan Unknown Origin Dungeon. Tetapi menilik latar belakangnya sendiri, dia kemungkinan bisa masuk.

Selain itu, pedang miliknya telah disarungkan. Mempertimbangkan supaya tidak mengalami kejadian seperti sebelumnya, Kiyoyasu menyiapkan pedang sejenis odachi dan boneka yang dirasuki spirit sejenis hewan. Spirit yang Berbulu hitam bermata kuning, siap menggeram. Kemudian, makhluk itu menatap pada Kiyoyasu, menjulurkan lidah layaknya seekor anjing. Dia mengelus-elus kepalanya, membiarkan makhluk itu masuk ke dalam bonekanya. Melayang di udara sembari merasakan gerakan dari boneka tersebut.

Kiyoyasu berjalan cepat melewati koridor sekolah. Jubah transparan penuh hati-hati. Melewati setiap siswa yang kembali ke asrama masing-masing. Meski demikian, Kiyoyasu tidak ingin berakhir seperti para pembunuh lainnya. Dia sempat memikirkan perkataan laba-laba bernama Latros waktu itu.

"Issac, Reynold … persis seperti apa yang dikatakan oleh Latros sang laba-laba. 20 tahun yang lalu, desaku hancur karena perbuatan monster yang membantai Desa Edo. Aku bersama rekanku, Kentarou telah selesai mendapatkan informasi mengenai pedang ini. Tapi bayaran kami adalah hancurnya Desa tersebut."

Tidak ada seorang pun yang bersuara. Para laba-laba yang penasaran dengan Kiyoyasu, mencoba mendekati pria tersebut. Dia membalasnya berupa mengelus-elus kepalanya. Terasa geli dan imut menurutnya. Setelah berjongkok, Kiyoyasu memegang ujung sarung gagangnya. Topeng tengu menatap Issac dan Reynold.

"Aku memperhatikan kalian berdua sejak awal karena menginginkan sesuatu di balik portal itu. Sayangnya, aku tidak memiliki kekuatan untuk mendapatkannya. Sewaktu kau pergi ke sana lagi, tanpa pikir panjang langsung ke dalam dengan bergerak cepat. Melalui ini," jelas Kiyoyasu menunjukkan boneka miliknya. Boneka itu memiliki puluhan senjata yang sudah tersedia. Benang yang tersambungkan ke jemari-jemarinya. Jari telunjuk digerakkan, terlihat boneka itu bergerak dengan sendirinya. Suara dengungan kencang menggema di area sekitar. Mengganggu indera pendengaran para laba-laba. Termasuk Issac dan Reynold. Kiyoyasu menyentuh permukaan kasar kayu dari sebuah boneka. Tiba-tiba, benda itu mengecil. Ditaruh ke dalam sebuah kotak berukuran kecil.

"Aku tidak sabar menggunakan ini. Tapi kepada siapa ya?" gumam Kiyoyasu menyeringai bibirnya.

Di sisi lain, Reynold dan Issac saling memandang. Mereka nampaknya kebingungan dengan perkataan Kiyoyasu. Pemuda berambut perak mengelus dagunya. Mencari tahu maksud ucapannya.

"Mungkinkah, kau ingin mencoba ini kepada Diligent Prince Waldwin sebelum kami kalahkan?"

"Bagaimana kau bisa—"

Perkataan Reynold dipotong oleh Issac. Pemuda berambut perak melewati para laba-laba. Termasuk Kiyoyasu dan Latros. Pria mengenakan topeng tengu tidak mengatakan apapun setelah Issac menebak alurnya.

"Betul. Orang yang telah mengirimkan monster ke desa kami adalah dia. Tidak lain adalah orang itu sendiri. Dan aku menggunakan hinata doll sebagai senjataku untuk membunuhnya langsung."

"Hinata doll?" tanya Issac.

Meski terdengar aneh, setidaknya Kiyoyasu menganggap boneka yang dia pegang merupakan senjata yang dimilikinya selain pedang muramasa. Pria berpakaian ninja semakin tidak sabar untuk menggunakan dua senjata sekaligus. Di sisi lain, Issac menghampiri Kiyoyasu. Ketika kedua senjata saling bertatapan, muncullah resonansi.

"Begitu rupanya …"

"Kau akhirnya menyadarinya ya?" sebuah pertanyaan terlintas dari Latros sendiri.

Senyuman bibir dari mulut Issac. Dia berbalik arah, menyunggingkan senyum pada Reynold, Latros dan lain-lainnya.

"Sejak kapan kau menyadarinya?"

"Waktu dia mencari muramasa, aku merasakan sedikit getaran pada tubuh Kiyoyasu. Diduga, dia orang tepat untuk masuk ke Unknown Origin Dungeon. Karena selama ini, dia sudah banyak yang kehilangan."

"Tapi aneh. Kenapa aku tidak bisa merasakannya," gumam Issac.

"Itu karena dirimu baru mulai masuk ke Unknown Origin Dungeon. Sedangkan dia sudah mengetahui setelah Desa Edo telah dihancurkan. Benar begitu?"

"Ya. Ucapanmu tidaklah salah, Latros."

Reynold terkejut dengan penuturan dari laba-laba hitamnya. Tidak biasanya Latros memberikan informasi yang cukup penting. Shotgun dan pedang gergaji dicek ulang. Memastikan senjata yang dimilikinya tidak mengalami kerusakan seperti melawan Bulprogi atau Diliegent Prince Waldwin.

"Kalau begitu, berarti masih aman ya?"

"Aman?"

Issac mengacungkan jari ke depan. Terlihat banyak sekali tempat yang belum dijelajahi oleh siapapun. Termasuk jutaan mayat ditumpuk jadi menggunung. Banyak senjata tertancap di tanah. Ada juga tergeletak dan dikumpulkan oleh para laba-laba.

Mereka sibuk menenun dan memanfaatkan jasad korban yang tidak bernyawa. Dijadikan makanan dan perlindungan diri. Ada juga dicari kekuatan sihir yang terbaik. Kakinya memecahkan kepala maupun tubuhnya. Memotongnya jadi beberapa bagian. Issac berhati-hati supaya tidak menginjak darah maupun daging yang berceceran. Begitu juga dengan Reynold.

"Kiyoyasu namamu bukan?" tanya Reynold.

"Ada apa memangnya?"

"Kau ini …"

Reynold hendak mengatakan sesuatu mengenai pertama kali tahu tempat Unknown Origin Dungeon dari kata-katanya. Akan tetapi, bibir dan lidah berkelu. Kebingungan untuk melontarkan pertanyaan untuknya. Hingga laki-laki berambut perak menghampirinya.

"Bagaimana kau bisa mengetahui adanya portal Unknown Origin Dungeon? Pasti ini bukan pertama kalinya kau investigasi selain kami berdua bukan?"

Kiyoyasu terkejut dengan perkataannya. Pedang muramasa dikeluarkan. Begitu juga dengan tombak dan perisai milik Issac. Keduanya memancarkan aura intimidasi.

"Tidak perlu kalian ributkan dong. Lagipula, Kiyoyasu memiliki alasan tersendiri kenapa dia menyembunyikan dari kalian," ucap Latros.

"Tetap saja rasanya aneh jika mendekati kami berdua dengan jawaban semacam itu," ucap Reynold.

Laki-laki berambut perak menepuk pundak Reynold. Menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia menghela napas. Tidak mampu berbuat apa-apa setelah ini. Kiyoyasu memejamkan kedua matanya. Mengingat kembali saat dirinya berada di Desa Edo.