webnovel

Chapter 23

Beberapa jam setelah Reynold meninggalkan desa di pesisir laut Meriley, dia mengunyah makanan pemberian dari pemburu Bridge. Selain itu, dia tidak ingin terlibat sama orang-orang yang sudah menyakiti perasaannya. Tidak peduli perbuatan baik yang dilakukan keluarganya, malah dibalas dengan perlakuan buruk. Amarahnya tidak kuasa membendung. Berniat melampiaskan begitu sudah menjadi lebih kuat dan hebat. Kepalan tangan yang digenggam mengerat.

Hingga muncullah sebuah portal di depan mata Reynold. Wajahnya terbelalak tidak percaya dengan apa yang barusan dia lihat. Reynold mengucek-ucek kedua bola matanya. Anehnya, bola mata Reynold kembali normal setelah menjumpai portal misterius. Portal tersebut berwarna abu-abu. Merubah wujudnya dalam bentuk sebuah pintu dari kayu. Genggaman tangan kanan menyentuh permukaan pintu tersebut. Dirinya langsung tersedot ke dalam portal tersebut. Sekaligus Reynold berubah secara total. Dari fisik hingga kemampuan sihirnya. Serta pintu yang tidak sengaja kesentuh, akan menghubungkan dirinya dengan dungeon bernama Unkown Origin.

Kedua bola matanya terbangun. Dia melirik sekitarnya. Tidak ada apapun di sana. Reynold mencoba untuk berdiri. Akan tetapi, indera penglihatannya mengabur. Telapak tangan kiri memegang pelipis kanan. Terasa nyeri akibat terhisap dari suatu portal. Terutama pergelangan tangan hingga kaki. Tidak terasa, dia mendongak area sekitarnya. Suara petir menggelegar hebat. Cuaca berubah menjadi kelam. Awan-awan hitam menutupi sinar matahari hingga tidak menyisakan sedikit pun.

Tiba-tiba, para undead dengan baju zirah separuh, berjalan sempoyongan. Melotot tajam sembari bola orb menyala-nyala. Rahangnya terbuka secara tiba-tiba. Pedang dan perisai mereka genggam. Bukan pedang saja. Tombak, kapak dan crossbow mereka pegang masing-masing.

"Gawat!" kata Reynold bergumam.

Reynold berlari-lari. Dikejar-kejar oleh segerombolan undead. Serta monster seperti elf dan dwarf yang sudah gugur. Sebuah anak panah dilepaskan. Mengarah kepada Reynold. Tetapi, kepalanya merunduk. Sorot matanya tertuju ke depan. Merasakan suara petir yang terus menggelegar. Mengakibatkan gendang telinganya bergetar. Reynold berputar arah ke samping kanan. Mengarahkan senapan shotgun ke para undead. Suara peluru ditembakkan, melesat ke arah mereka. Beberapa dari mereka terpental disertai tubuhnya tersungkur. Shotgun miliknya ditaruh di punggung. Pedang gergaji digenggam erat. Mengatur napas sedemikian rupa. Memastikan tidak ada seorang pun yang mengikutinya. Sayangnya, keinginan Reynold tidak berhasil. Dia pun berbelok ke kiri. Ada sebuah jalan menuju tengah hutan. Tanpa basa-basi, Reynold masuk di tengah-tengah hutan. Mengabaikan papan penanda dari kayu.

Bersembunyi di antara semak-semak merupakan keahlian Reynold terbaru. Semenjak dirinya diusir oleh warga di sekitar perairan Meriley, dia selalu berlatih secara ototidak. Sampai dia harus melatih instingnya. Insting yang dimaksud berupa laba-laba dan penggunaan kekuatan misterius. Kekuatan pemberian dari kedua orang tuanya. Ditambah lagi, Reynold ingat betul saat dirinya berada di sebuah tempat yang tidak diketahui. Melihat sekitarnya yang nampak di bola mata Reynold. Lapangan luas tanpa tumbuhan. Menyisakan tulang belulang dari berbagai monster dan manusia, bercampur menjadi satu. Cuaca yang terus menerus gelap tanpa henti. Petir menggelegar setiap waktu.

Hentakan kaki melewati tanah yang baru saja dipijak, membuat Reynold harus mencari cara untuk bisa bertahan hidup. Terlebih, senjata yang dimiliki tidaklah sehebat yang dikiranya. Reynold membuka pedang gergaji. Bersiap untuk melakukan serangan berikutnya. Tubuhnya diputar, mengayunkan secara diagonal pojok kanan. Para undead terkena serangan olehnya. Beberapa dari mereka menerjang Reynold. Dia mundur ke belakang. Lirikan kedua bola matanya tertuju pada segerombolan serigala, yang baru saja muncul. Kedua bola matanya memancarkan merah pekat. Pupilnya berjumlah dua buah. Terbelah menjadi dua bagian karena ada unsur magis berupa hipnotis. Itu pun mereka memakainya tidak tahu.

Reynold mengayunkan pedang gergaji. Memenggal kepala serigala yang hendak menyerangnya. Kepala tersebut putus beserta keluar banyak darah. Cipratan menukik ke atas. Tersungkur ke tanah dalam keadaan meregang nyawa. Kedua bola matanya mendelik begitu saja. Sementara itu, para serigala menggeram di saat Reynold mencengkram shotgun dan pedang gergaji. Memastikan mereka tidak salah mengambil langkah ketika berhadapan dengannya. Dua ekor beserta para undead menerjang Reynold. Tetapi, dia merunduk. Membelah tubuhnya sampai cipratan darah mengalir.

Berkali-kali membelahnya tanpa ada belas kasihan terhadap makhluk hewan. Tatapan tajam dari kedua mata Reynold melotot seperti seekor hewan buas, yang hendak memangsa siapapun menyerangnya. Salah satu dari serigala menggigitnya. Darah bercucuran di lengan kiri. Tendangan dari kanan serta memenggal kepalanya. Memutar pedang gergajinya dan menarik pelatuknya. Suara tembakan berdengung hingga para undead tidak bisa bergerak. Sedangkan para serigala tidak mampu bergerak. Keempat kakinya dipaksa mundur. Suara kedua besi saling berbenturan. Mengubah pedang gergaji dalam bentuk tertutup. Reynold merogoh pisau kecil. Dilemparkan ke dua ekor serigala. Lemparan mengenai kepala mereka. Kemudian, tubuhnya diputar dan mengayunkan pedang gergaji hingga tubuh para serigala terkena serangan.

"Matilah kalian monster," gumam Reynold.

Gumaman tersebut tidak didengar oleh mereka. Walau demikian, segerombolan serigala dan undead tidak bergerak sedikit pun. Termasuk Elf dan Dwarf yang masih hidup. Reynold menurunkan senjatanya. Berdiri tegap seraya menunggu momen yang tepat untuk menyerang.

Namun, muncullah seekor laba-laba mendarat disertai hentakan keras menghancurkan tanah sekitarnya. Laba-laba itu mengeluarkan jaring dari dalam tubuhnya beserta mulut. Memiliki bulu-bulu tipis di sekujur tubuhnya. Termasuk memiliki sepuluh kaki membentang di tiap sisi. kulit berwarna hitam dengan mata berkedip-kedip. Berjalan menghampiri mereka. Reynold tidak mengerti tindakan laba-laba itu. Aura yang terpancar di sekitarnya melelehkan para undead dan serigala. Sedangkan Elf dan Dwarf mundur melalui berlari cepat. Sayangnya, mereka tidak terselamatkan. Lelehan barusan telah memperburuk keadaan yang ada. Reynold menutup kedua matanya dengan kedua telapak tangan. Terasa panas dan menyengat. Menoleh pada Reynold sembari mengedipkan matanya.

"Halo. Kau pasti Reynold bukan?"

Tiba-tiba, pedang gergajinya dicengkram oleh Reynold. Tatapan menakutkan beserta kedua alisnya turun ke bawah. Wajahnya mengeras, seakan-akan yang dia hadapi adalah monster terkuat. Di samping itu, Reynold merasakan langkah kesepuluh kaki berjalan menemui dia. Kaki kanan menyentil dagunya sembari melewati Reynold.

"Kau pasti baru pertama kali ke sini ya?"

"Siapa kau?"

"Ayolah. Aku ini orang yang merawatmu sejak kecil. Serta memberikan hadiah berupa kekuatan sebagian diriku kepadamu."

"Merawatmu? Sejak kapan? Aku tidak ingat kecuali seekor la—"

Reynold baru menyadari sosok seekor laba-laba itu berjalan. Kemudian menyengat jasad serigala yang tergeletak di tanah. Menghisap dan memakannya hingga berisikan tulang belulang. Cairan berwarna hijau, menetes. Menghasilkan tulang yang sudah terkontaminasi dengan racun.

"Namaku Latros. Dan aku kemari karena berhutang mengenai ayahmu."

~o0o~

Reynold dibawa ke suatu tempat. Di mana tempat itu masih menjadi misteri baginya. Laki-laki itu mengikuti Latros dengan seksama. Nada suara, tatapan bola mata tertuju pada sebuah pohon. Ketika Reynold berjalan, terlihat ribuan laba-laba berukuran sedang membentuk sebuah lingkaran. Melototi pemuda itu dengan keheranan. Mereka yang baru pertama kali hanya bisa tertatap dengan rasa kagum. Kaki-kakinya bergerak cepat. Tubuhnya naik turun disertai bagian belakang bergoyang. Kedipan mata laba-laba memberikan hadiah untuk Reynold. Dia menerima sebuah bingkisan kado pemberian dari seekor laba-laba yang kecil. Ketika dirobek, rupanya berisikan baju berukuran mini. Reynold kebingungan dengan reaksinya. Tetapi, dia mengapresiasi buatan mereka. Jemari-jemarinya ingin menyentuh kepala seekor laba-laba. Tetapi, saat bersentuhan, makhluk berkaki sepuluh itu merasa senang. Setelah itu, laba-laba tersebut berjalan cepat. Bersembunyi dibalik orang tua laba-laba. Reynold tertawa kecil melihatnya.

Selama dalam perjalanan, Reynold terperangah dengan pohon berdiri tegap. Setiap kali menyentuh ranting dan dedaunan, warnanya berubah coklat. Perlahan-lahan-lahan, akar dan ranting mencolek setiap anggota tubuh Reynold. Merasa tidak nyaman dengan perlakuan semacam itu. bibirnya mengerut.

Ketika sampai di sana, Latros menunjukkan sesuatu di sebuah ruangan. Terlihat banyak sekali mayat dalam keadaan terbungkus rapi. Beberapa dari mereka dibungkam mulutnya. Menjerit meminta tolong. Tetapi diabaikan olehnya. Reynold berjalan tanpa mengindahkan perkataannya maupun sikap yang ditunjukkan.

"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku membekap mereka bukan?"

"Tidak. Aku tahu karena merasakan energi sihir yang jahat dalam diri mereka."

"Lanjutkan," ucap Latros penuh antusias.

"Marah. Kesal. Benci. Putus asa. Hingga balas dendam karena teman-temannya dibunuh. Tapi sebenarnya, mereka yang menyerang terlebih dahulu bukan?" tebak Reynold.

"Benar. Manusia memang seperti itu. Mereka mendominasi alam yang masih melimpah. Tidak peduli kau itu sangat kaya raya, miskin, ganteng maupun cantik. Selama mereka menginginkan sesuatu, hasilnya tidak akan puas dengan apa yang mereka dapat. Tidak ada rasa besar hati, menerima dengan lapang dada," ucap Latros menggema.

Beberapa laba-laba menggigit pria satu persatu. Sedangkan mereka sendiri berayun-ayun dengan panik. Laba-laba yang tidak berjaga, melakukan patroli. Memastikan tidak menyisakan sedikit pun orang bersembunyi.

"Kalau mereka telah menyakitimu, tentu harus dihukum seberat-beratnya bukan? Maksudku hukum rimba," usul Reynold.

"Hukum rimba ya? Aku terkejut kau mengatakan demikian."

"Habis bagaimana? Aku bertanggung jawab atas anakmu merasuki tubuhku. Jadi ya …"

Ucapan Reynold berhenti. Dia tidak ingin orang lain mendengar atau membicarakan masa lalunya. Terlalu pahit untuk dikenang. Ucapan barusan membuat orang-orang tidak kuasa menahan terkejutnya. Dia tahu eskpresi wajah yang muncul begitu saja. Berharap mereka diselamatkan oleh seorang pemuda. Tetapi mereka salah.

Reynold berjalan cepat. Melewati setiap langkah tanpa menginjakkan telur dan sebagainya. Kepalanya mendongak ke atas. Melihat Latros mengambil sesuatu yang tidak dapat dijangkaunya. Sebuah pedang gergaji disimpan dengan rapat. Berbanding terbalik dengan pedang yang dirakitnya. Mengeluarkan energi sihir berwarna hitam. Gagangnya memiliki cabang tiga. Terbelah menjadi dua bagian. Sebuah tongkat dari kayu khusus yang sudah disiapkan untuk Reynold. Ketika disentuh olehnya, muncullah sebuah kata bahasa Epuni. Tulisannya 'The Protector'.

"The Protector?"

"Pelindung bagi dunia dan keluarga."

"Kau bilang ini The Protector? Apa kau sudah tidak waras? Aku tidak percaya orang tuaku merawatmu sampai harus memperlakukanku seperti anak kecil!" geram Reynold.

"Jangan membuatku marah bocah! Kalau bukan orang tuamu, aku tidak sudi merawatmu sampai saat ini! Bahkan sampai harus mengorbankan anak-anakku untukmu!" balas Latros dengan nada membentak.

"Memangnya hutang budi apa yang orang tuaku perbuat terhadapmu? Huh?" sembur Reynold.

Namun tidak ada jawaban dari Latros. Dia sibuk mengurus keluarganya sendiri ketimbang mendapatkan jawaban darinya. Dia pun mnggeram. Berbalik arah tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Beberapa dari mereka menggoyangkan tubuhnya kala diikat dengan jaring laba-laba. Berayun sambil menunggu waktu yang tepat untuk kabur. Sayangnya, Reynold berhenti di tengah jalan. Berbelok ke kanan dengan ekspresi tenang. Pisau yang dia genggam, menghampiri salah satu pria yang hendak kabur. Melangkahi setiap kali telur laba-laba yang tertidur pulas. Pria tua itu berteriak menggema. Mencoba bersuara. Tetapi, mulutnya dibungkam. Lengan kanan diayunkan. Ditusuk berkali-kali hingga darahnya menetes. Di bawahnya, terdapat sebuah mantra sihir berbentuk lingkaran rune sihir. Tetesan darah itu jatuh ke sana. Aktiflah sihir tersebut. Sinar menyala-nyala di tubuhnya. Pria itu mengalami sekarat akibatnya terlalu banyak darah yang keluar. Tetapi, Reynold tidak mempedulikan hal itu. Dia menoleh pada salah satu pria yang sangat mirip dengan seseorang. Reynold membuka mulutnya terkecuali bola matanya. Tarikan napas pendek terdengar dari telinganya.

"Aku ingin tanya. Apa kau punya istri dan anak?" tanya Reynold.

"Brengsek kau!"

"Aku tanya sekali lagi! Apa kau punya istri dan anak?" bentak Reynold.

"Y-ya! Aku punya keluarga yang menungguku!"

Tiba-tiba, Reynold merobek jaringnya. Membuat Latros kaget dengan aksinya. Ketika hendak ingin bertanya kepadanya, pemuda itu membisikkan sesuatu. Membiarkan dia pergi dari sarang laba-laba.

"Kau beruntung punya keluarga. Aku akan membebaskanmu dan hiduplah dengan damai di suatu tempat. Sekali lagi jika aku bertemu denganmu, aku tidak segan-segan menghabisimu. Apa kau mengerti?"

Sebuah anggukan dari pemburu itu. Kemudian, dia pergi tanpa mengatakan apapun. Tanpa menoleh, mengabaikan semua yang ada di belakangnya. Sementara itu, Reynold berjalan melewati para laba-laba kecil. Duduk di atas batu sembari mencengkram kedua lengannya.

"Apa itu keputusan yang terbaik?"

"Entahlah. Aku hanya melepaskan dia saja. Sisanya … dia akan menanggung sendiri akibatnya."

Teriakan kencang dari luar. Menjerit meminta tolong karena para laba-laba memangsanya tanpa henti. Latros terkejut dengan tindakan yang diperbuat Reynold. Sorotan matanya gelap. Mirip seperti anak yang baru saja dilahirkan. Kedua lengannya mengeluarkan energi hitam. Bersiap untuk melatih Reynold tanpa sepengetahuan jiwa aslinya.