webnovel

Chapter 18

Ketika berada di dalam penjara, suara erangan monster silih berganti menggema. Berteriak meminta tolong. Profesor Tristan yang saat itu masih muda, tidak kuasa menahan ketakutan yang dialaminya. Hingga ada seorang pria yang digotong oleh para ahli sihir. Mereka menggendong ke dalam sebuah ruangan. Jeruji besi terdengar kencang.

Langkah derapan sepatu yang dikenakan Profesor Tristan semasa muda. Berjalan sembari mendongak atap langit yang sebentar lagi dipasang logam besi. Lapisan itu menurutnya memiliki tiga macam dengan tingkat kepadatan. Yang baru saja dilakukan para prajurit dan penyihir hanyalah membangun fondasi supaya tidak mudah runtuh. Serta membentuk sebuah benteng yang cukup kuat.

Tristan versi muda terkesan dengan nuansa magis dan angkernya. Energi sihirnya baru saja penuh. Hawa udara menyebar ke segala penjuru. Sehingga mereka dapat bernapas dengan baik.

"Tristan, kenapa diam saja? Cepat kemari!" teriak salah satu ahli penyihir memanggil namanya.

"Sebentar!" jawab Tristan.

Jubah berwarna merah memanjang. Menutupi tubuh dan anggota gerak lainnya terkecuali telapak tangan. Bersepatu hitam usang dan rambutnya masih dicukur pendek. Langkah cepat digerakkan dari sepatu milik Tristan. Tongkat sihirnya dari pohon Clus. Melewati korban eksperimen yang dilakukan suruhan dari Diligent Prince Waldwin. Tristan tidak ingin mempercaya rumor yang beredar.

Tristan mendengar suara nyanyian dari para pendeta, melontarkan nyanyian berupa pujian untuk Dewa Ila sang Pencipta. Suara merdunya begitu kentara. Sampai masuk ke dalam lubang telinganya. Berkonsentrasi terhadap panggilan salah satu penyihir.

Dari penampilan, wajah dia pucat pasi. Tepat dekat kelopak kedua matanya. Tidak mempunyai rambut beserta mencengkram tongkat panjangnya. Kulitnya mengeriput serta napasnya tidak karuan. Serasa dia sudah mencapai batasnya. Tristan yang saat itu masih muda, hendak ingin membantunya. Akan tetapi, ditolak secara mentah-mentah oleh seniornya.

"Tidak perlu khawatirkan aku! Sekarang, kau harus ikut denganku. Atau kau akan merasakan akibatnya," gumam penyihir botak nada mengancam.

Tidak ada pilihan lain bagi Tristan kecuali menuruti keinginan beliau. Usianyasudah mencapai 24 tahun. Tetapi perawakannya sudah seperti orang tua berusia lima puluhan. Ketika memasuki ruangan, terdapat Diligent Prince Waldwin sedang melakukan penyiksaan terhadap hewan sejenis olm. Menurut kisahnya, Olm juga disebut ikan manusia karena kulitnya yang seperti manusia, salamander gua atau salamander putih. Berbeda dengan kebanyakan amfibi, Olm itu sepenuhnya hidup serta memiliki kedekatan dengan lautan atau tempat berair. Makhluk itu hanya makan, tidur, dan berkembang biak di bawah air. Jumlahnya mencapai ratusan ribu ekor yang masih berkembang biak. Salamander ini juga dapat beradaptasi terhadap kehidupan yang gelap gulita di habitat bawah tanahnya. Mata olm tidak berkembang, membuatnya buta, sementara indera lainnya, terutama penciuman dan pendengaran, jauh berkembang pesat dibandingkan hewan amfibi lain. Ia juga tidak memiliki pigmentasi di kulitnya. Ia memiliki tiga jari di kaki depannya, tetapi hanya dua jari di kaki belakangnya. Ini juga menunjukkan neoteny, mempertahankan karakteristik larva seperti insang eksternal hingga dewasa.

Panjang Olm 20-30 cm (8-12 inci), dengan beberapa spesimen mencapai hingga 40 sentimeter (16 inci). Hewan Betina tumbuh lebih besar dari jantan, tetapi sebaliknya perbedaan eksternal utama antara kedua jenis kelamin adalah di daerah kloaka (bentuk dan ukuran) saat berkembang biak. Batangnya silindris, tebal seragam, dan tersegmentasi dengan alur-alur yang berjarak teratur di perbatasan miomer. Ekornya relatif pendek, pipih ke samping, dan dikelilingi oleh sirip yang tipis. Tungkainya kecil dan tipis, dengan jumlah digit yang lebih sedikit dibandingkan dengan amfibi lainnya: kaki depan memiliki tiga digit, bukan empat normal, dan belakang memiliki dua digit, bukan lima. Tubuhnya ditutupi oleh lapisan kulit tipis, yang mengandung sangat sedikit pigmen riboflavin, membuatnya berwarna putih kekuningan atau merah muda. Organ-organ dalam dapat terlihat bersinar di bagian perut tubuh.

Hewan itu mengerang sembari meminta bantuan kepada Tristan. Tetapi, dia sendiri kebingungan mengenai cambukan dari Diligent Prince Waldwin. Sampai tubuh olm sendiri berdarah. Wenyld, Matriach of Scales menemui Tristan yang berdiri kaku. Sebuah tepukan dari Wenyld, tersenyum tipis kepada dia. Tristan membuka mulutnya secara otomatis. Seorang putri, yang nantinya akan meneruskan takhta bersama dengan suami Diligent Prince Waldwin, tega diperlakukan secara kasar.

"Bernard …"

"Tristan … kau terlambat."

"Maaf aku sempat berpikir sejenak," ujar Tristan menjawab sekenanya.

"Tidak masalah. Yang penting kau bawa mereka ke ruang eksperimen sekarang juga. Kita sudah kekurangan orang," ucap penyihir botak bernama Bernard.

"Secepat itu?"

Kedua kakinya berhenti bergerak. Melotot tajam pada sebuah ruangan yang dipenuhi ruangan eksperimen. Suara rantai berjatuhan. Melepaskan ikatannya perlahan-lahan. Beberapa penjagal membawa sebuah kapak berukuran besar. Diayunkan sekuat tenaga secara vertikal. Memenggal kepala hewan yang ditemuinya. Teriakan demi teriakan silih berganti.

Sementara itu, siksaan yang dilakukan oleh para penjagal dan ahli penyihir terus dilakukan. Tristan melewati setiap kali ruangan di samping kanan. Ada sebuah jalan yang menghubungkan antara penjara khusus hewan dan penjara para napi atau ruang eksperimen. Jeritan tiada henti. Memanggil nama keluarganya karena sudah putus asa. Bibirnya tidak mengecap, tidak bersuara sama sekali sembari menguatkan hati dan mengeraskan wajahnya. Tidak ingin dirinya bernasib sama dengan mereka. Tristan memejamkan kedua matanya. Enggan menatap ke setiap ruangan yang sengaja dibuka. Air ludahnya ditelan olehnya.

Sampai mereka berhenti di sebuah ruangan. Hanya menyisakan pagar besi dan ruangan minimalis. Dilengkapi dengan kursi kayu dan meja dari batu. Selain itu, peralatan bedah dan buku sihir ditaruh di pojok samping kiri. Membiarkan salah satu pasien mengalami evolusi persilangan antara manusia dengan hewan. Sepertinya, ahli sihir itu menaruh sesuatu ke dalam mulutnya sebelum ganti pasien. Disumpal mulutnya oleh penyihir, membiarkan efekn samping bekerja merasuki pasien. Kedua kaki dan tangan mencoba melepaskan diri. Mengalami kejang-kejang disertai pupilnya berubah warna menjadi merah. Gigi taringnya mulai tajam. Mulai nampak disertai kulit dan bulu-bulunya rontok. Menggeram seperti seekor serigala. Tristan membuang mukanya. Mengeluarkan seluruh isi dari perut ke luar. Suara cekokan berulang kali dilakukan.

"Bernard!"

"Aku tahu, aku tahu! Dia baru pertama kali masuk ke sini. Jadi—"

"Percuma kau membelanya. Karena setelah ini, giliran dia yang akan dijadikan bahan eksperimen. Penjagal, tangkap pemuda naif itu!"

"Tunggu!"

Namun semuanya terlambat. Tristan langsung disekap oleh penjagal yang muncul tiba-tiba. Keduanya menyergap Tristan tanpa memberikan perlawanan secara langsung. Pemuda itu ketakutan. Bulu kuduknya bergidik ngeri. Muncullah Bernard secara tiba-tiba. Membius Tristan hingga keadaan tidak sadarkan diri. Kedua bola matanya tertutup secara paksa. Napasnya pelan dan otot-otot anggota gerak melemas. Tubuhnya dibaringkan di atas meja dari batu. Bernard membuang kain ke tempat sampah. Ahli penyihir itu menjentikkan jarinya. Membakar pelan kain berisikan barang bukti. Tidak sabar akan melakukan percobaan dua manusia sekaligus.

~o0o~

Kedua kelopak matanya terbangun. Mendongak pada sihir penerangan. Menoleh ke samping kanan dan kiri. Tidak ada siapa-siapa di sana. Tarikan napas cepat, dipompa melalui pernapasan diafragma. Dikeluarkan ke lubang hidung dan mulut. Kedua bola matanya mendelik. Kedua lengannya diborgol sekuat tenaga. Mencoba untuk melepaskan diri. Lengan kanan diangkat ke atas. Mengerang dengan sekuat tenaga.

"Di mana aku?" geram Tristan.

Pemuda itu melotot tajam pada sebuah pintu. Terlihat ahli penyihir dan penjaga yang baru saja dia kenal, Bernard. Tetapi, ekspresinya tertunduk lesu. Membuang muka karena tidak tahan akan siksaan nantinya. Kepalan kedua telapak tangan terasa kuat. Tubuh Bernard gemetaran.

"Bernard. Bisakah kau menjelaskan kepadaku apa yang terjadi? Kuharap ini bukan leluconmu bukan? Yang mana kau menaruh kadal ke dalam bajuku setiap kali berganti pakaian."

Namun tidak ada jawaban dari Bernard. Ahli penyihir itu tidak berbicara sedikit pun. Langkah alas kakinya berjalan ke kiri. Mengambil sebuah buku yang tergeletak dekat dinding. Tristan menoleh sekitarnya. Dindingnya sangat persis dengan ruang kspresimen saat pertama kali melakukan eksperimen.

Tristan ingat saat pertama kali Diligent Prince Waldwin melakukan demonstrasi kepada para ahli penyihir dan ksatria. Terlihat beliau menyuruh para pelayan mendorong kereta berjalan. Membawakan lima ekor hewan dengan jenis berbeda. Ada yang katak, kupu-kupu, cacing, dan ulat. Yang terakhir itu hewan salamander olm.

Tangan kanan memegang pisau lancip. Sedangkan tangan kirinya memegang tongkat sihir. Itu pun dibatasi sebentar karena energi sihirnya menghisap hingga menghabiskan stamina yang dimilikinya. Diligent Prince Waldwin mengangkat salamander olm dengan hati-hati. Sebilah pisau dan tongkat sihirnya diangkat penuh hati-hati. Buku sihir yang beliau pelajari begitu kuat. Karismatik sebagai seorang pemimpin dan peneliti terpancar di sekujur tubuhnya. Sampai-sampai, beliau menyunggingkan senyum pada makhluk yang dia bedah. Tongkat sihir yang dipegang telapak tangan kiri diayunkan pelan. Tubuh pada salamander olm terpotong-potong serta mengambil organ dalam penting lainnya.

Tristan begitu terpesona dengan kemampuan yang dimiliki oleh Diligent Prince Waldwin. Berharap suatu saat nanti beliau mau mengajarkan menjadi seorang peneliti sekaligus mempelajari hal di Unknown Origin Dungeon.

Namun itu hanyalah harapan palsu. Diligent Prince Waldwin sama sekali tidak menginginkan dirinya. Tristan meronta-ronta meminta tolong. Memohon karena tidak sanggup melihat dirinya disiksa. Pecutan demi pecutan silih berganti. Sampai bagian depan penuh luka akibat cambuk. Teriakan keluar dari kerongkongannya. Matanya terbelalak syok sembari menjerit kesakitan.

"Tolong hentikan … aku tidak kuat lagi …"

Namun tidak ada jawaban serius darinya. Indera penglihatannya semakin mengabur. Mulai menyerukan dirinya untuk dibunuh. Satu persatu, impian yang diinginkan mulai hancur karena keserakahan Diligent Prince Waldwin yang menginginkan Unknown Origin Dungeon tanpa memprtimbangkan omongan orang lain. Tiba-tiba, salah satu ahli sihir membacakan sebuah mantra khusus yang tidak diketahui olehnya. Seekor ulat merayap ke dalam lubang telinga Tristan. Masuk mke dalam gendang telinga dan menyuntiknya. Rahang giginya menggeram. Kedua bola matanya mendelik dengan tatapan kesal dan jeritan. Teriakan kencang sampai terdengar dari dalam. Sangat kencang dan mengganggu orang-orang sekitarnya.

"Hentikan!" jerit Tristan bersuara cekokan dari kerongkongannya.

Indera penglihatan mulai mengabur secara cepat. Lalu kembali berubah gelap dan kedua telapak tangannya melemas seraya tidak kuat menahan sakit. Para ahli sihir yang hendak menemuinya, ketakutan saat bertemu dengan ahli sihir lainnya. Peneliti sampai detik ini tidak menunjukkan batang hidungnya. Sejak itulah, Tristan bersumpah pada dirinya untuk tidak membahas insiden itu kepada siapapun. Karena, dia dulunya nyaris menjadi monster bernama Astraldi.

~o0o~

"Dengan kata lain, Astraldi itu adalah—"

"Makhluk tanpa kasat mata yang berawal dari eksperimen oleh para penyihir di sana. Selain itu, Edgeville incident bermula karena seseorang bernama Bernard melancarkan aksi pemberontakan. Dan membeaskanku dari tempat terkutuk itu," potong Profesor Tristan memejamkan kedua bola matanya.

Kepala sekolah Clay tidak akan bertanya lagi setelah itu. Kemudian, sebuah tulisan mengenai Astraldi. Makhluk itu sejatinya berasal dari seekor ulat mirip seperti makanan sphagetti, bermutasi ke tubuh manusia. Mengakibatkan efek samping yang lebih kuat dan berbahaya. Kepala sekolah Clay masih beruntung melihat Profesor Tristan baik-baik saja. Akan tetapi, dalam lubuk hatinya masih memikirkan soal bisa bertahan hidup selama bertahun-tahun. Kedua mata menyoroti anggota tubuh Profesor Tristan. Tidak ada gejala atau efek samping yang disebutkan. Tarikan napas pelan dari Kepala sekolah Clay. Langsung mengambil tindakan berupa tangan kanan memanggil salah satu pelayan. Bisikan ke telinga pelayan bersuara pelan. Pelayan itu berbalik arah. Pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Di sisi lain, Profesor Tristan tidak suka dengan skema yang dipikirkan oleh Kepala sekolah Clay. Beliau memiliki firasat buruk soal ini. Saat hendak ingin keluar, Kris memberitahukan sesuatu. Ada seorang siswa bernama Andrew telah ditemukan oleh Tiecia. Ketika memberitahukan itu kepadanya, Kepala sekolah Clay berkata, "Kris, evakuasi para siswa. Aku akan turun langsung ke sana dengan menyamar sebagai dirimu!"

"Bukankah itu lebih berbahaya jika anda sendirian?" tanya Profesor Abdul.

"Justru karena itulah, aku akan menyamar. Tidak ada ruginya jika mengetahui sosok Astraldi sesungguhnya," jawab Kepala sekolah Clay.

Profesor Tristan ingin menyanggah. Tetapi, beliau tidak memiliki pilihan kecuali membiarkan Kepala sekolah Clay yang mengambil tindakan. Mereka pun membubarkan diri secara dadakan. Bergegas untuk mengungsikan para siswa yang tidak bisa bertarung. Sekaligus memasang pelindung sekuat-kuatnya. Berharap bala bantuan dari luar telah datang. Sementara itu, Kepala sekolah Clay menenggak botol minuman berisikan penyamaran. Dia menelannya, mengubah wujudnya menjadi Kris. Bersiap untuk temui Astraldi sesegera mungkin.