webnovel

Chapter 13

Tiecia mencoba membangunkan Andrew dalam keadaan tidak sadarkan diri. Gadis berambut pirang berteriak meminta tolong. Berurai air mata karena situasinya panik. Orang-orang berlalu lalang menghampiri Tiecia. Beberapa pengajar beserta penjaga keamanan Kris turut membantunya. Ternyata Profesor Watts sedang berpatroli barusan. Beliau mendengar suara teriakan salah satu mudirnya. Hawa keberadaan dua orang sekitarnya mulai menghilang. Profesor Watts mengecek urat nadi Andrew.

"Tenang saja. Dia masih hidup."

"Syukurlah," katanya mengusap air mata lega.

"Beritahu aku apa yang sedang terjadi. Kris, bawa dia ke ruang kesehatan. Di sana, ada perawat Amber Dean. Beliau akan melakukan pengecekan terhadap kondisi Andrew."

Namun anehnya, tidak ada teman Andrew seperti Zack Mash dan Glenn Mills. Keduanya tidak menunjukkan batang hidung mereka. Profesor Watts melirik sekitar. Melihat setiap sudut pandang atau sisi yang tidak beliau ketahui. Anehnya, tidak terjadi apapun di sana. Di saat Kris membawa tubuh Andrew ke ruang kesehatan, Professor Watts berjalan mendekati dinding. Menaruh telinga ke dinding. Mendengarkan suara dari samping hingga beberapa menit berselang. Kedua bola mata Profesor Watts terpejam. Fokus pada indera pendengaran.

Tiecia dan beberapa siswa lainnya melihat aksi beliau tanpa bersuara. Dari dinding samping, tidak terjadi apapun. Bingung, Tiecia melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Kedipan mata beserta melirik pada Profesor Watts. Hingga gadis berambut pirang mendengar suara hentakan cukup keras. Beliau langsung mundur secara spontan. Dinding-dinding itu mulai bergetar cukup keras. Profesor Watts mengacungkan tongkat ke tiap sisi. Sedangkan para siswa dan Tiecia saling memandang.

Profesor Watts menarik napas panjang. Mengayunkan tongkat ke dinding bersangkutan. Menghantarkan halilintar dari tongkat itu. Menghancurkan dinding hingga berlubang. Profesor Watts menggeram beserta lidah bibirnya. Mengakibatkan beliau mengalami pergeseran dari kedua kakinya. Kedua tangannya berusaha untuk melepaskan semua energi sihir dari tongkat. Melindungi para siswa sekaligus mengembalikan seperti sedia kala. Tetapi, kekuatannya belum cukup kuat. Tangan kanan diangkat kembali serta menarik napas cepat. Kemudian ditodongkan tongkatnya ke arah sama.

Dinding itu kembali menjadi normal. Profesor Watts menurunkan tongkatnya secara tidak langsung. Keringat bercucuran di sekitar wajahnya. Merapatkan bibirnya sembari memastikan makhluk itu tidak mengganggunya. Langkah kakinya berjalan sambil mengacungkan tongkat. Satu langkah, dua langkah hingga ke lima. Sorot kedua bola mata tidak lepas dari dinding itu. Air liur ditelan oleh Profesor Watts. Membusungkan dada sembari fokus di sana.

"Kau pasti bernama Tiecia bukan? Bawa mereka pergi."

"Tapi bagaimana dengan anda?" tanya Tiecia.

"Tidak perlu mengkhawatirkan diriku. Karena aku tidak mati begitu saja," ucapnya penuh percaya diri.

Gadis berambut pirang mencengkram tongkatnya yang baru saja dikeluarkan. Tiecia menarik napas dalam-dalam. Tiupan angin kencang menerbangkan rambutnya. Kemudian, dia berbalik arah dan memerintahkan mereka untuk kabur dari sini dengan rapi. Profesor Watts menengok ke belakang. Permintaan yang beliau berikan padanya cukup berat. Tetapi, Profesor Watts akan kemampuannya untuk mengarahkan. Jemari kanan mencengkram tongkatnya. Kayu yang terbuat dari pohon Volcano Poplar, memiliki tiga warna garis tepi. Menandakan bahwa beliau akan memulai pertarungan secara serius. Dalam artian, membasmi musuh tanpa ampun.

~o0o~

Profesor Tristan mengayunkan tongkatnya, mengeluarkan energi sihir pada para Astraldi. Tetapi, dia tidak bergeming sama sekali dengan aksi beliau. Serangan demi serangan terus dilancarkan. Hingga salah satu Astraldi berbelok ke arah Profesor Read. Beliau mengacungkan tongkatnya. Tiga butiran bola sihir berkekuatan besar mengenai makhluk kasat mata itu. Sayangnya, serangan itu malah ditembus dengan mudah. Amarah yang memuncak membuat Profesor Tristan melampiaskan kebencian dan kemarahan terhadap mereka.

"Kenapa! Kenapa kau membunuh mereka?"

"Profesor Tristan!" teriak Profesor Read.

Serangan bertubi-tubi kepada Astraldi. Partikel sihir berwarna-warn berasal dari tongkatnya. Beliau nampaknya terus menekan hingga makhluk tanpa kasat mata berhasil ditekan mundur. Ayunan tongkat darinya beserta bergerak cepat. Salah satu dari Astraldi menoleh. Tidak jadi menargetkan Profesor Read. Sebaliknya, Profesor Tristan menjadi sasaran oleh mereka. Profesor Read mengayunkan tongkat, keluarlah kobaran api ke bagian kepala. Profesor Tristan berguling ke kanan. Memanggil monster berupa serigala buas. Makhluk itu melolong seperti itu pasca ada sinar cahaya rembulan di langit. Timingnya pas, gumam Profesor Tristan dalam hati.

Di sisi lain, pancaran sinar cahaya menyebar ke seluruh area. Mengakibatkan Profesor Read dan Profesor Tristan melindungi kedua bola matanya lantaran menyilaukan kedua mata mereka. Langkah mundur dilakukan oleh kedua pengajar.

"Kita harus pergi dari sini!" teriak Profesor Read.

"Aku tidak akan membiarkan mereka kabur! Mereka itu milikku!"

"Apa segitunya kau membalas dendam kematian orang-orang yang kau sayangi? Edgeville Incident apakah termotivasi buatmu untuk balas dendam? Apa kau lupa dengan tujuanmu mengajar?" geram Profesor Read.

"Berisik!"

Namun perkataan Profesor Read pada Profestor Tristan semakin menaikkan tensi darah dan situasi di antara mereka. Tongkat Profesor Tristan menyala-nyala. Tanah bergemuruh disertai getaran yang hebat. Teriakan dari Profesor Tristan menyudutkan para Astraldi. Membiarkan mereka terkurung dalam penjara tanah yang telah disiapkan. Sedangkan Profesor Read merasa itu bukanlah Profesor Tristan yang beliau kenal. Seolah-olah, dia sedang menunggu momen yang tepat untuk melawan makhluk semacam dia. Ketika Profesor Read mulai ragu untuk membantu menyrang, seorang gadis berambut pirang datang menghampiri kedua pengajar.

"Profesor Read! Profesor Carr!"

"Tiecia! Apa yang kau lakukan kemari?"

"Saya sudah melakukan apa yang disuruh oleh Profesor Watts barusan! Untuk mengevakuasi para siswa! Saya kemari untuk memberitahukan kepada anda semua! Zack dan Glenn telah menghilang! Menyisakan Andrew Webb seorang!"

"Apa?" kata Profesor Read syok mendengarnya.

"Kemungkinan besar, ada kaitannya dengan portal yang memiliki ada kaitannya dengan teman-teman kita yang menghilang beberapa waktu silam."

Teriakan dari Tiecia tidak kunjung Profesor Tristan sadar. Semakin dia mendengar beritanya, semakin menekan tanpa henti. Langkah derapan kaki dari Profesor Read menghampiri Tiecia. Terlihat gadis itu sedang mencoba melawan. Tetapi kedua kaki gadis berambut pirang tidak bergerak. Tubuhnya tidak mau menuruti keinginan dia. Seperti takdir telah mengunci kematian yang Tiecia alami nantinya. Tangisan air mata pun pecah. Matanya berkaca-kaca. Lengan kanan dari Astraldi berusaha mencekik Tiecia. Tetapi, Profesor Read mengarahkan serangan pantulan sihir pada lengan kanan. Memberikan mantra sihir pada Tiecia berupa mantra tidur. Tubuh gadis berambut pirang tergetak di lantai. Profesor Read menarik napas lega. Kedua bola sihir lingkaran dilemparkan dari atas. Mengakibatkan hujan api. Profesor Read berlari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan Tiecia.

"Profesor Tristan, cobalah ingat tujuan apa anda mengajar! Jangan sampai balas dendam anda menjadi prioritas utama di atas segala-galanya!"

Kata-kata dari Profesor Read telah menghentikan aksi Profesor Tristan. Beliau nampaknya mengalami dilema setelah mendengar teriakan dari Profesor Read. Kedua Astraldi berpindah haluan. Berbalik arah menuju Profesor Read yang menggendong Tiecia. Acungan tongkat dari beliau, diarahkan ke dua sisi berlawanan. Keringat dingin bercucuran di sekitar wajahnya.