webnovel

Chapter 06

Reynold dan Issac berpisah di tengah-tengah koridor. Issac mengambil kelas sihir yang diajar oleh Profesor Eijah Read. Sedangkan Reynold ada kelas kimia yang diajar oleh Tristan Carr. Keduanya tidak menyadari, ada insiden yang menarik perhatian sekolah akademi Daponia.

Sesaat Reynold menuju ke kelas, terlihat ada keramaian di sana. Dia menggunakan tongkat dari kayu Lestre. Ujung tongkatnya ke baju yang dikenakan. Berubahlah wujudnya berupa seragam sekolah. Botol yang ada di samping kanan diminumnya. Menenggak sampai tidak tersisa sambil menikmati sisa-sisa cairan yang ada di dalam botol. Lalu menaruhnya kembali ke saku. Berjalan santai sambil berpura-pura mengamati dari kejauhan. Sampai ada seorang guru perempuan menghampiri Reynold. Seorang wanita berusia 40an, mengenakan rambut keriting lurus sampai seperempat pundak. Warna coklat tua dengan riasan wajah tebal berupa bedak dan lipstik. Selain itu, jubah hitamnya memanjang sampai menutupi sepatu yang dikenakan.

"Profesor Watts. Halo …"

"Halo apanya? Kau lagi ngapain kemari?"

"Begini bu. Saya bisa jelaskan!"

Reynold mengutarakan dirinya ada di koridor secara ringkas. Tetapi tidak akan memberitahukan mengenai Unknown Origin dan seluk beluknya. Itu akan merepotkan bagi Reynold. Bernada lembut tanpa jeda sama sekali. Membuat beliau termangut-mangut paham.

"Begitu rupanya. Pantas saja kau keluar. Tapi bukankah kau ada kelas oleh Profesor Carr jam segini?" tanya Profesor Watts.

"Soal itu—"

"Profesor Watts. Kemari sebentar. Ada yang ingin saya sampaikan …"

Salah satu petugas kebersihan sekaligus penjaga, Kris Mills terengah-engah saat dirinya menemui Profesor Watts. Rambut panjang disertai kulit wajah yang berkeriput. Kedua bola matanya selalu mendelik pada para siswa yang melakukan tindakan yang merugikan mereka sendiri. Terutama berulah terhadap sesama siswa. Baju berkerah lengan panjang disertai jas blazer warna biru tua dalam keadaan kotor dan jarang dicuci. Terbukti baunya menyengat meski sudah diberi deodorant dan parfum di sekujur bajunya. Janggut tipis dan kumis sudah dicukur rapi. Menyisakan beberapa bulu-bulu tipis. Di antara telapak tangannya, terdapat cincin berwarna kuning bundar. Mengaktifkan sihirnya dari cincin tersebut. Reynold pun tertarik. Dia mengambil sisir, merapikan rambut hitamnya. Walau cukurannya pendek, tetap saja dia menjaga penampilan dalam bersosialiasi.

Akhirnya, Profesor Watts dan Reynold menuju ke lokasi kejadian. Melihat seorang gadis dan guru berjubah merah dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Beliau berjongkok, mengecek urat nadi pada lengan kanannya. Profesor Watts memejamkan kedua matanya. Tidak ada pembuluh darah mengalir. Lalu beliau mengangkat kedua lengannya dalam keadaan terlipat. Setelah itu, Profesor merapalkan sebuah doa kepada Dewa Pencipta, Ila. Sedangkan Reynold hanya mengamati dari belakang. Terdiam sejenak.

"Oi bocah! Kenapa kau ada di sini, huh?"

"Soal itu—"

"Tuan Kris! Saya tahu anda bertanya-tanya kenapa dia ada di sini. Kebetulan kami berpapasan dekat koridor. Apa itu melanggar aturan?" tuntut Profesor Watts.

"Bagi saya tidak bu. Tapi anak itu—"

"Saya tahu itu! Dia sudah jelaskan semuanya! Dan saya membutuhkan dia untuk melaporkan kepada pihak kepala sekolah!"

Seketika, Reynold terkejut dengan ucapan Profesor Watts. Tidak percaya bahwa beliau mengatakan kepada dirinya untuk melaporkan peristiwa ini padanya. Jemari-jemarinya bergerak meregangkan ototnya. Menarik napas dalam-dalam serta memejamkan kedua matanya. Profesor Watts menoleh ke belakang. Merasa tidak enak hati menunjukkan mayat yang sudah terbujur kaku.

"Aku tidak percaya ini … siapa tega yang membunuh muridku dan guru ini?"

"Memangnya Profesor kenal dengan mereka?"

"Gadis itu bernama Adeline Cook. Salah satu siswi yang memiliki nilai rata-rata 80. Walau demikian, sifatnya yang selalu malas-malasan membuat para pengajar enggan memberikan nilai 90 ke atas. Sedangkan guru berjubah ini bernama Skye Cooper. Mengganti posisi Profesor Dane Williams yang pensiun sebulan yang lalu. Mendapatkan nilai hampir sempurna dan memiliki sikap baik sebagai seorang pengajar. Serta mendapatkan kehormatan sebagai The Protector dengan predikat nomor delapan."

Reynold bergumam sejenak. Dagunya dia elus-elus. Mendengarkan secara seksama perkataan beliau. Kemudian, Reynold melihat tongkat Profesor Watts sedang mengambil sebuah sampel rambut. Beliau menaruhnya ke dalam kertas bertuliskan Bahasa Epuni. Secarik kertas berbentuk lingkaran, dengan delapan sisi berbeda.

"Aku akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tolong kepada Tuan Kris dan Reynold, cegah mereka memasuki kejadian ini."

"Saya juga?" kata Reynold berpura-pura plongo.

Anggukan kepala dari Profesor Watts. Telapak tangan kanan diaktifkan. Setelah itu, sebuah rapalan mantra telah dibacakan. Reynold menduga rapalan itu tidak menggunakan Bahasa Epuni. Melainkan sebuah anagram dari tulisan biasa. Karena menggunakan bahasa asli merupakan hal berbahaya jika digunakan secara berulang-ulang. Reynold ingat betul saat dirinya bertemu dengan seorang mantan Profesor, yang dulunya mengajarkan dia berlatih menggunakan sihir dan pedang.

"Ckabhsalf Yromem!"

Tiba-tiba, Profesor Watts masuk ke dalam ingatan seorang guru berjubah merah bernama Skye Cooper. Saat itulah, beliau dalam keadaan tidak kasat mata. Tubuhnya dapat menembus objek manapun. Termasuk orang lain. Kemudian, beliau melihat gadis yang tidak begitu asing. Beliau ingat betul bahwa gadis berambut pirang bernama Tiecia Kydwelly.

Di saat hendak mengakhiri hidup, suara sonar berbunyi. Makhluk astral yang mencekik Tiecia, dipaksa untuk melepaskan kedua lengannya. Gadis berambut pirang terbatuk-batuk. Mengeluarkan dahaknya sembari menghirup udara sebanyak-banyaknya. Termasuk bernapas melalui diafragma dan perut secara bergantian. Tangan kanan mengambil tongkatnya. Merapalkan sebuah mantra disertai berupa sambaran petir, mengarah kepada mereka. Paha sebelah kanan darinya bergerak cepat. Berlari sekuat tenaga tanpa menoleh ke belakang. Sesaat menjumpai siswa yang baru keluar, Tiecia berteriak dengan lantang. "Pergilah dari sini!"

Serta menunjukkan bukti makhluk astral di sampingnya, membuat para siswa berteriak histeris. Tiecia menyuruhnya untuk berlari. Para makhluk astral terus mengejarnya. Menggeram karena efek kejutan listrik. Sampai ada seorang guru berjubah merah, datang untuk menyelamatkan para siswanya. Berambut panjang acak-acakan. Poninya turut memanjang sampai menutupi bagian kedua bola matanya. Tudung kepala dari jubah dibuka. Hidungnya mancung dan ada bekas bibir di bagian bawah pojok kanan. Leher sebelah kanan, terdapat tato berlambang burung elang yang mengepakkan sayapnya. Sedang menggenggam tongkat berukuran panjang dan perisai bundar dengan corak warna antara kuning dan coklat tua.

Tiecia melirik ke samping kanan. Jalan tengah yang dimaksud itu malah menghilang. Gadis berambut pirang keheranan dengan hilangnya tempat tersebut.

"Kau baik-baik saja?" tanya salah satu siswi bersamanya.

"Ya."

"Wahai monster yang berbahaya, segera enyahlah dari tempat ini! Jika tidak, akan kukutuk kau—"

Belum selesai bicara, sebuah cengkraman dari makhluk astral mencekik guru berjubah merah. Rahang giginya menggeram. Lengan kirinya diayunkan dari arah serupa. Tetapi, dia kalah cepat. Kedua telapak tangan dari makhluk astral mencekiknya lebih kuat hingga bersuara keras. Kepalanya mendongak tanpa jiwa. Tubuhnya terbujur kaku.

Saat itulah, Profesor Watts menarik napas dalam-dalam. Beliau mengalami sesak napas ketika memasuki ingatan seseorang. Profesor Watts merogoh minuman yang ada di pinggang Reynold. Tetapi, pemuda itu menukarnya dengan botol berisikan air putih biasa. Sedangkan botol satunya dipindahkan ke pinggang kiri. Melirik tajam pada jasad Adeline Cook dan Skye Cooper.

Namun, Ada sesuatu yang ganjil pada jasad mereka. Yaitu tidak ada bekas cekikan atau semacamnya. Ketika Reynold menggeser leher bagian belakang dan depan, tidak ada bekas jeratan semacam tali atau kawat untuk mencekik korban. Selain itu, tidak ada jejak kaki saat ditelusuri oleh petugas keamanan Kris. Dan beliau tidak berbohong. Kecuali, Reynold menduga bahwa Profesor Watts sudah menemukan jawabannya.

"Ada monster … monster jenis astral telah membunuh mereka."

"Makhluk tanpa kasat mata kata anda?" ucap Kris terbelalak kaget.

Reynold mengelus dagunya beserta menatap tiang koridor kiri. Bibirnya tertutup rapat. Tidak mengatakan apapun. Menunggu Profesor Watts melanjutkan untuk bicara.

"Mungkinkah … Astraldi?" tebak Reynold.

"Astraldi? Saya baru pertama kali mendengarnya," ucap Profesor Watts.

"Ayah saya pernah bercerita mengenai eksistensi dia. Makhluk itu adalah roh-roh yang sudah mati, dibangkitkan kembali oleh seseorang untuk membalaskan dendam. Hanya saja, kasus ini jarang terjadi selama 150 tahun lamanya."

"Hingga dua orang tewas dibunuh ya? Sepertinya, saya harus bertanya kepada Profesor Tristan.

"Anda yakin? Bukankah beliau itu guru sejarah dan mistikologi ya?"

"Betul. Tapi beliau pernah terlibat dalam sebuah insiden. Lebih tepatnya, peristiwa berdarah bernama Edgeville Incident di Edgeville Prison."

Meski Profesor Watts mengatakan hal demikian, Reynold yakin ada koneksi antara Edgeville Prison dengan Aeckland Stronghold. Karena dua tempat itu saling keterkaitan satu sama lain. Terutama merupakan sarangnya monster 15 tahun silam. Tepat saat Ayah dan Ibu Reynold berpetualang. Serta dirinya masih belum lahir saat itu.

~o0o~

Sementara itu, Issac membuka pintu pelan-pelan. Langkah kakinya mengendap-endap. Melirik orang-orang pada sibuk diajar oleh Profesor Elijah Read. Pemuda berambut perak mengintip setiap kali melangkah. Dengan hati-hati, dia berjalan menaiki anak tangga. Tiba-tiba, sebuah kapur putih dilempar ke arah Issac. Pemuda berambut perak menangkapnya dengan cepat. Para siswa menarik napas panjang. Terkesima dengan lemparan cepat beliau.

Profesor Read memiliki paras seperti seorang bangsawan muda, yang mengedepankan status kehormatan keluarga daripada bakat alami tiap individu. Hal itu terlihat dari cara pakaian yang dikenakan. Disisir rapi, kumis dan janggut dicukur sampai bersih. Tidak menyisakan bulu-bulu tipis. Mengenakan lensa samping kanan dan rantai emas yang terikat ke samping telinganya. Rahangnya lancip dan berhidung mancung. Melotot tajam pada pemuda berambut perak.

"Darimana saja kau? Waktu sudah menunjukkan pukul 1.30!" bentak Profesor Read.

"Saya baru saja dipanggil oleh Profesor Carr untuk konsultasi. Maaf kalau saya datangnya terlambat," katanya berusaha bersikap dan tutur kata sopan.

Namun respon yang didapat adalah lemparan kapur lagi. Suara bunyi retak dari benda itu. Lalu dilemparkan ke kening Issac. Pemuda berambut perak mengerang kesakitan.

"Ya sudah! Kalau kau dipanggil oleh Profesor Carr, mau bagaimana lagi. Tapi lain kali jangan terlambat lagi! Dan jangan membuatku kesal untuk kedua kalinya! Apa kau sudah paham, Issac Garretwards?" geram Profesor Read.

Mau tidak mau Issac mengangguk pelan. Dia tidak terlibat lebih dalam dengan pria yang gila kehormatan dan status. Jas yang terdapat motif kain renda emas di pundaknya, berlengan panjang. Serta dijadikan sebagai pelindung pada bagian punggung. Kemudian, beliau mengacungkan tongkat kepada para siswa. Mengaktifkan sihir berlemen air pada Issac. Seketika, dia mengeluarkan tongkatnya. Menggunakan perisai angin dalam dirinya. Semburan air barusan terjatuh. Sontak para siswa melihatnya terkesima dengan aksi Issac. Tetapi bagi pemuda berambut perak, terlalu mencolok. Tatapan mata dari mereka mengarah pada Issac. Menelan ludah sembari berkeringat dingin. Kedua telapak tangan tidak mampu berkutik mendapatkan sorotan tajam dari mereka. Terutama dari Maisie, teman masa kecilnya. Senyuman licik terpancar dari bibirnya. Issac melirik sekilas, fokus kembali ke tempat duduk. Baru dia menaruh pantat di atas kursi, orang-orang pada menjauh. Bergeser ke samping sambil menatapnya penuh jijik. Issac terdiam sambil membuka pelajaran yang diberikan oleh beliau. Tidak mempedulikan reaksi teman sekelasnya. Selama pemuda berambut perak tidak berulah, dia akan konsentrasi mengenai ilmu yang dibeikan oleh beliau.

Profesor Read menerangkan mengenai ilmu sihir teleportasi. Beliau menerangkan bahwa sihir tersebut merupakan bagian dari Ancient Spell dan tidak semua orang bisa menggunakannya. Sihir itu berfungsi untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Tidak peduli jaraknya dekat maupun jauh. Semua bisa saling terkoneksi satu sama lain. Penyebab disebut Ancient Spell karena sihir itu dapat menguras energi sihir alias mana dalam tubuh manusia. Sekali diaktifkan, tubuhnya semakin melemas. Jika digunakan secara terus menerus, akan menghilangkan nyawa seseorang. Selain itu, proses penggunannya sangatlah rumit dari segi mekanisme. Membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa digunakan. Dan orang-orang yang terpilih bisa memakainya lebih dari satu kali. Itu pun sangat langka.

Issac mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Profesor Read. Tangan kanan bergerak secara spontan. Menuliskan di buku catatan sambil berkedip. Pemuda berambut perak konsentrasi terhadap penjelasan dari beliau.

Sebuah lemparan kertas dari kanan. Mengarah pada kepala Issac. Kertas itu berjatuhan di atas mejanya. Tetapi diabaikan oleh pemuda berambut perak. Maisie menggeram melihatnya. Gadis itu merobek kertas dari buku catatan. Sebuah lemparan melambung. Ditambah sihir dari Maisie berupa penambah berat. Tepat mengenai bagian kepala sebelah kanan. Akibatnya, Issac mengalami pendarah di bagian pelipis. Tetesan darahnya mengenai pipi kanan. Para siswa yang melihat kejadian hanya terdiam sejenak. Tersentak sambil berharap Profesor Read memperhatikan aksinya.

Di sisi lain, Issac terlalu fokus pada materi dari beliau. Ilmu yang diberikan akan digunakan sebaik-baiknya oleh pemuda berambut perak. Bahkan, dia sering mengajukan pertanyaan pada Profesor Read. Pertanyaan yang dia lontarkan berisikan proses dan penggunaan alkemis saat sihir teleportasi digunakan. Serta percobaan yang digunakan oleh penyihir terdahulu. Profesor Read menjawabnya penuh semangat dan bangga diri. Ketika mereka terhanyut dalam sebuah pertanyaan dan jawaban secara profesional, ada sesuatu yang tidak disangka-sangka dalam diri Profesor Read. Siapa sangka bahwa mengajar itu lebih mengasyikkan. Disaat dirinya terlalu bangga pada keluarga mengenai pekerjaan sebagai pengajar, Issac selalu melontarkan pertanyaan yang kritis. Melupakan sejenak mengenai status dan kebangaan yang tidak penting. Tidak hanya itu saja, Profesor Read yang semula mendengar sebuah rumor mengenai Issac, terbukti salah di matanya. Dia benar-benar serius mau belajar sihir yang diberikan olehnya.

Sampai sebuah lemparan berikutnya mengenai Issac. Kali ini, lebih berat dank eras dari sebelumnya. Lemparan kertas itu dilapisi logam besi. Terdengar suara retakan dari tulangnya. Issac mengerang kesakitan. Teman-teman di sampingnya menutup mulut beserta kedua bola matanya terbelalak kaget.

Suara bisikan terdengar dari seorang pemuda tampan berambut biru. Panjang rambutnya sampai separuh punggung dia. Bermata coklat muda dan berkilauan seperti permata. Para wanita dari bangsawan tergila-gila terhadapnya. Walau demikian, dia nampaknya jatuh hati pada Maisie. Tidak ada seorang pun yang mendekati gadis itu karena dilindungi oleh para pengawal yang perkasa dan kuat. Baik fisik maupun sihir memiliki keunggulan tersendiri.

Issac merogoh sapu tangan. Mengelapnya sambil menenggak air botol minuman. Tiba-tiba dia berkata sambil menunjukkan sebuah gambar istana yang sempat ditelusuri. Lebih tepatnya dalam sebuah dungeon Unknown Origin. "Apakah anda mengetahui tentang istana pertahanan bernama Aeckland Stronghold?"

Professor Read berhenti menulis sejenak. Telapak tangannya menaruh kapur putih untuk terakhir kali. Beliau berbalik arah sambil menyunggingkan senyum. Mengecek jam tangan sekitar jam 1.30 siang.

"Hari ini tidak ada tugas tambahan. Jadi, aku ingin kalian tetap di kelas sampai ada pemberitahuan lanjut dari pengajar kalian. Mengenai pertanyaanmu Issac, ikut dengan saya."

Ekspresi terkejut dari Issac. Pemuda berambut perak melihat sosok Profesor Read terburu-buru menuju pintu ruangan kelas. Langkah derapan kaki berjalan cepat. Membuka knop pintu dengan cepat. Issac pun menyusul dari belakang. Menuruni anak tangga.

Di sisi lain, Maisie menghisap ibu jarinya. Diemutnya mencapai separuh. Lalu dia keluarkan lagi dengan kedua alis turun. Menyipitkan kedua bola matanya sembari digigit ibu jari Maisie. Sebuah elusan pundak dari tunangannya.

"Tenang saja. Aku, Prince Elliott dan Prince Walter akan menghajar pria yang kurang ajar denganmu."

Kemudian, Prince Elliott memberikan isyarat pada para kacung-kacungnya untuk mengejar Issac saat itu juga. Mereka melaksanakan perintah dari dia. Keempat pengawal melewati para siswa, menuruni anak tangga sambil berbadan tegap. Meregangkan jemari-jemarinya. Bersiap untuk memberikan pelajaran pada Issac. Di sisi lain, Maisie semakin jatuh hati pada Prince Elliott. Kedua bola matanya berbinar-binar sambil mencium pipi berulang kali.

"Prince Elliott …"

Namun, pangeran berparas tampan itu akan memanfaatkan Prince Walter selaku memiliki tubuh fisik yang besar. Dalam lubuk hati Elliott, dia menginginkan sesuatu yang dimiliki Maisie. Hanya, gadis itu terlalu sumringah dengan pertunangan yang dilakukan oleh kedua pangeran tersebut.